02 :: Gangguan

252 20 2
                                    

Saga baru sampai di rumahnya pada pukul sepuluh malam. Seragam yang dikenakannya sudah tidak lagi berbentuk. Rambutnya acak-acakan. Dan gelagatnya seperti orang yang baru saja meneguk alkohol.

"Dari mana saja kamu?!" teriakan itu terdengar begitu tegas.

Saga bertindak seolah tidak mendengar apa-apa. Dia tetap melangkah, menaiki anak tangga dengan keadaan setengah sadar.

Dirga menggeram. "Saga!"

Saga menoleh. "Berisik!" Saga mengayunkan tangannya di udara. Sebagai tanda bahwa dia tidak ingin mendengar perkataan apapun lagi.

"Berhenti berbuat seenaknya dirumah ini!" Dirga membentak lagi.

"Berhenti berbuat seenaknya dirumah ini." Saga mengikuti perkataan Dirga dengan ekspresi meledek. Membuat Dirga naik pitam begitu cepat. "Siapa yang mengajari kamu bertingkah tidak sopan seperti itu, Saga!"

Saga tertawa nyaring. Perkataan Dirga membuatnya merasa digelitiki. "Sejak kapan dirumah ini ada sopan santun?"

Saga terkekeh masam. "Kalau Papa lupa, biar Saga kasih tahu. Di rumah ini cuma ada keegoisan dan penghianatan!"
Dirga mengepal tangannya. Giginya saling beradu. Wajahnya memerah menahan amarah. "Dasar anak tidak tahu diri!!"

Saga memutar bola matanya. Dia kembali melanjutkan langkahnya. Tidak memperdulikan Dirga yang menyerapahinya dengan ucapan yang tidak sepatutnya terdengar. Bagi Saga ini hal yang biasa. Dia sudah terlalu hancur untuk dibuat patah.

Saga menutup pintu kamarnya dengan sangat kencang. Melempar tas ke sembarang tempat lalu menjatuhkan badannya ke kasur king size miliknya.

Hari yang sangat terasa panjang. Menyiksa batinnya terlalu dalam. Tidak ada lagi ruang untuk luka baru. Luka yang dia dapat terus bertumpuk dan bertambah setiap harinya. Seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Saga meraih handphonenya. Mengetik beberapa huruf untuk mencari kontak seseorang. Setelah terdengar nada dering, benda pipih itu ditempelkannya pada telinga.

"HALO?"

Teriakan kencang itu membuat Saga menjauhkan handphonenya sesaat. Senyumnya merekah dan moodnya berangsur membaik.

"Lo bisa santai sedikit nggak sih?" ujar Saga dengan nada kesal.

"Mau apa lo nelfon gue? Kangen?" Bagaimana tidak kesal, handphonenya berdering saat dia sudah memejamkan mata dan bersiap untuk tidur.

Melihat siapa yang menelfon membuat kekesalannya bertambah berkali-kali lipat. Angel yakin bahwa hidupnya tidak akan setenang sebelum dia mengenal Saga.

Saga terkekeh pelan. Dengan suara serak, Saga berujar. "Kepedean lo cewek galak! Nggak level gue ngangenin lo."

Angel mendengus keras. "Gengsi kan lo, bilang aja lo nggak bisa tidur sebelum denger suara gue."

Perkataan Angel memang tidak sepenuhnya salah. Dan Saga mengakui itu.

"Lo tahu nggak apa hoby gue sekarang?"
Angel diam. Dia tidak menjawab. Keduanya sama-sama diam untuk beberapa sekon. Membiarkan keheningan yang mengambil alih.

Saga menyahut. "Bikin lo kesel." Setelah mengucapkan itu, Saga tertawa terbahak-bahak.

Seseorang melihat Saga dari celah pintu kamar. Dia tersenyum masam. Baru kali ini Saga tertawa selepas itu setelah kejadian yang merenggut kebahagiaan dari kehidupannya. Dia pergi meninggalkan Saga yang masih tertawa bahagia.

"Lo selalu aja ngebuat gue kesel! Apa lo emang dilahirin buat bikin orang darah tinggi?!"

Tawanya mereda, bersisa senyum tipis yang masih menghiasi bibirnya.
"Dan orang itu adalah lo."

My Cutie Angel [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang