Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Gerombolan siswa memenuhi pintu. Saling berdesakan seperti tidak punya aturan. Padahal jika mereka tidak berebut seperti itu pun rumahnya tidak akan pindah kemana-mana.
Berbeda dengan yang lainnya Saga masih duduk di samping lapangan sudah dengan hoodie putih dan string bag hitamnya. Tatapannya kosong memandang lapangan yang tidak di huni oleh siapa pun. Pikirannya melayang. Raganya boleh saja ada disana, tapi jiwanya ada ditempat lain. Seperti patung. Dia hanya diam.
"DORR!!" lengkingan itu hadir bersamaan punggung Saga yang dipukul kencang.
"Kaget bego!" Saga menatap sinis Alden yang datang mengagetkannya. Jantungnya jadi berdebar kencang. Alden kampret!
"He he sorry," Alden menyengir. "Abisnya gue lihat lo bengong dari tadi, mikirin apa sih?"
"Kepo." Saga sewot. Dia kembali membuang pandangannya dari Alden.
"Udah kayak cewek lo bilang kepo-kepo!" Saga mendengus.
Cowok dengan rambut sedikit keriwil itu duduk di samping Saga. Memperhatikan sahabatnya dari samping. Alden memang jarang sekali melihat Saga seperti ini, tingkahnya membuatnya heran.
"Pantesan banyak cewek tergila-gila sama lo. Kalau dilihat-lihat lo ganteng Ga,"
Saga langsung menoleh dan menatap Alden horor. Saga bergidik ngeri. Dia menggeser badannya menjauh dari Alden yang masih memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Homo lo anjir! Sana jangan deket-deket gue!" Saga melotot melihat Alden ikut bergeser.
Saga menepis tangan Alden yang hendak memeluk tangannya. "Bangsat!"
"Serem banget lo Den!"
Alden tertawa kencang. Dia bahkan memegangi perutnya. Badannya berguncang karena tawa yang begitu lepasnya melihat wajah Saga yang panik bercampur kesal.
"Idiot!" Saga melempar batu, melemparnya pada Alden.
Setelah tawanya mereda, Alden berujar dengan wajah yang memerah.
"Muka lo kocak banget, Ga! Mirip cewek yang takut dimacem-macemin sama orang jahat!" Alden melanjutkan tawanya.Saga menyerapahi Alden. Dia terus mendumel. Bahkan sampai berkata kasar, sebagai bukti bahwa dia sangat kesal dan tidak akan puas memarahi Alden yang berani bertindak seperti itu kepadanya. Saga memberi balasan tidak hanya dengan umpatan, dia memukul dahi, menginjak kaki, dan menonjok perut Alden. Walau tidak sekencang saat bertengkar dengan musuhnya. Tapi lumayan bisa membuat Alden meringis sakit.
"Makanya jangan macem-macem lo, udah tau cewek pms kalo diganggu sewotnya minta ampun!" sahut Radit yang baru saja muncul.
"Mau gue tonjok lo?" Saga sudah menatap Radit tajam. Siap melayangkan pukulannya.
Radit tertawa, dia menaruh tangan didepan dada, menahan Saga yang ingin melangkah mendekatinya. "Bercanda doang njir! Baperan najis!"
"Lo ngomong baperan sekali lagi beneran gue tonjok."
"Iya, maaf Mas Aga yang ganteng, gue berjanda," ucap Radit, "Eh, bercanda maksudnya."
Adit datang dengan ember berair yang didalamnya sudah ada kain pel. Menyodorkan pada Alden kencang hingga menyebabkan airnya tumpah.
"Piket lo! Enak banget cekikikan disini, sana buru!" semprot Adit seperti emak-emak yang sedang memarahi anaknya.
Alden memberenggut kesal. Dia menerima uluran Adit niat tidak niat. Kalau bukan karena Ira yang jadi seksi kebersihan Alden tidak akan mau menghabiskan tenaga dan waktunya hanya untuk membersihkan kelas. Dia memilih untuk mengalah daripada harus kena omel panjang kali lebar dari cewek yang notabene sangar banget itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutie Angel [Hiatus]
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] "Lo harus belajar buat menilai sesuatu dari sudut pandang yang berbeda." ∇∇∇ Setiap manusia pasti punya luka, Yang lo tahu, Atau yang lo gak tahu. Lo harus inget, Gue ini manusia. Siap be...