Hyunjin pergi dari depan gedung apartemen Yeji setelah memastikan Yeji masuk ke dalam gedung dengan selamat. Ia tidak tahu mau pergi kemana. Jika pulang ke rumah akan dimarahi paman dan istrinya yang kejam. Jika di jalanan, para penagih hutang akan memukulnya karena memaksa membayar hutang paman dan bibinya.
Dan apa yang dipikirkannya terjadi lagi, Hyunjin harus menghadapi tiga pria bertubuh besar yang ingin menagih hutang paman dan bibinya. Mereka menuntut Hyunjin melunasi semua hutang, jika tidak bisa membayar maka ia akan terus dipukuli oleh mereka. Paman dan bibinya memang selama ini menuntut Hyunjin untuk membayar hutang-hutang mereka karena merasa berjasa membesarkan Hyunjin yang dibuang orangtuanya dari bayi.
Mereka berhutang pada tiga tempat dengan jumlah yang besar, dan belum ada satupun yang lunas. Untuk membayar hutang-hutang, Hyunjin bekerja part time di dua tempat sekaligus. Ia bekerja menjadi pelayan cafe sepulang sekolah dan bekerja di minimarket dua puluh empat jam di dekat sungai Han dari tengah malam sampai pagi. Walaupun begitu gajinya tidak cukup untuk menutupi hutang-hutang mereka, sebab bunga hutang yang terus bertambah. Selain itu ia juga harus membayar uang sekolahnya sendiri.
Hyunjin menghela nafasnya setelah beberapa pukulan menghantam tubuhnya. Ia merasakan sakit yang teramat perih di bagian pinggang dan punggungnya karena mereka menyikutnya begitu keras. Ia biasanya kebal dengan rasa sakit karena terlampau sering merasakannya. Tetapi sekarang ia lebih sering merasa sakit yang hebat, sampai airmatanya menetes. Hyunjin berjalan sempoyongan dan membungkuk ke tempat persembunyian teramannya. Karena saat ini ia merasa tubuhnya tidak mampu untuk bekerja dan tidak mampu menahan pukulan lagi jika bertemu penagih hutang yang lain.
Hyunjin pun sampai di salah satu rumah yang terlihat gelap dari depan yang terletak di sudut gang kumuh. Hyunjin mengetuk pintunya pelan dan sang pemilik rumah membukakannya pintu.
"Astaga! Kenapa lagi lo Jin?" Sang pemilik rumah yang merupakan sahabat baiknya Hyunjin sangat terkejut melihat Hyunjin dalam keadaan lemah seperti sekarang.
"Han, gue nginap di rumah lo ya"
"Iya iya" Han langsung memapah Hyunjin masuk ke dalam dan membaringkan Hyunjin ke sofanya.
Han itu adalah teman Hyunjin dari kecil, sebaya dengan Hyunjin tetapi lebih dulu sekolah dibandingkan Hyunjin karena itu sekarang ia sudah tamat dan bekerja sebagai hacker dan penata rambut sebagai pekerjaan sampingannya. Han berasal dari keluarga yang susah, sama seperti Hyunjin dan ia sangat menyayangi Hyunjin. Han menganggap Hyunjin sebagai adiknya sendiri karena ia juga tidak mempunyai saudara kandung.
Han merasa heran melihat Hyunjin meringis. Selama ini Hyunjin sosok yang selalu tampak kuat seberapa banyak luka dan lebam di tubuhnya.
"Ternyata preman bisa meringis juga"
Hyunjin hanya diam, karena ia benar-benar merasa punggungnya sangat sakit sampai-sampai ia sulit mengatakan sesuatu.
"Maaf, maaf, lo beneran kesakitan banget ya, kita ke rumah sakit ya" Han baru menyadari sakit yang Hyunjin rasakan tampaknya bukan main-main karena Hyunjin tidak pernah seperti ini sebelumnya. Biasanya kalau ia mengajak Hyunjin bercanda saat sakit, paling Hyunjin hanya memukul bahunya.
"Ga usah"
"Udah lo ga usah mikirin biaya, uang gue ada"
Tangan Hyunjin sampai bergetar memegang pundak Han.
"Jangan"
KAMU SEDANG MEMBACA
He is not A Bad Boy
FanfictionBeberapa part pada setiap cerita saya di-private, silahkan follow sebelum membaca😊 "LIAT APA LO!" "Lain kali jaga mata lo! Jangan kehausan banget liat gw" ~Hyunjin~ sang preman dekil yang tampan. "PEDE BANGET LO! MISKIN AJA SONGONG" ~Yeji~ Gadi...