Sembilan

41 3 0
                                    

"Manusia itu harus memiliki rasa malu, tapi bukan malu saat menuntut ilmu. Malu dengan dirinya, malu karena 'Iffah nya yang harus tetap dijaga, malu akan dosanya. Karena sifat malu adalah sebagian dari iman."

Perjalanan Hidup

Semua murid saat ini sedang kerja bakti karena sebentar lagi ada Tabligh Akbar yang akan diselenggarakan di pondok. Nisrina dan kelompoknya membersihkan semua halaman dan bagian membuang sampah. Ifah dan kelompoknya membersihkan halaman luar. Dan sebagian kelompok lain membersihkan kamar mandi dan ada juga yang membersihkan ruangan aula.

"Mbak Rina, ini dibuang juga nggak?" Aini menunjukkan botol-botol kecil yang tidak terpakai yang tersimpan di dalam karung.

"Iya buang saja."

Nisrina kembali melanjutkan menyapu dan mencari sampah - sampah untuk dibuang di belakang asrama putri.

"Kalau ini?" Kali ini Aini mengangkat panci yang bolong.

"Janganlah. Itu masih bisa dipakai. Simpan saja di situ." Nisrina menunjuk karung yang berwarna hijau di pojok. Aini menurut lalu berjalan menaruh panci berlubang itu ke dalam karung. Saat melihat isi karung itu Aini terdiam matanya membelo.

"Huaaa mbak Rina." Aini teriak lalu berlari memeluk erat Nisrina.

Nisrina mencoba melepaskan pelukan kencang Aini tapi gadis itu semakin mengeratkan pelukannya.

Nisrina pasrah dia mengambil oksigen sebanyak mungkin karena Aini yang terlalu rapat merangkul tubuhnya.

"Ad _ ada ular mbak di sana. Ya Allah aku takut. Ularnya melingkar, ularnya besar banget mbak." jelasnya dengan badan yang bergetar karena menangis.

"Sebentar, lepasin dulu ya mbak mau lihat ularnya."

Nisrina lalu berjalan perlahan ke arah karung dengan tangan mengangkat sapu. Nisrina terkejut saat melihat ular seukuran betisnya melingkar di dalam karung di atas tumpukan kayu dan wajan yang ada di dalamnya.

Perlahan Nisrina berjalan mundur, dia takut. Baru kali ini melihat ular sebesar itu. Meskipun di pesantren ini kerap kali terlihat ular namun dia belum pernah melihat ular seukuran itu. Sapunya ia lempar lalu dia berlari jauh dari karung tersebut.

"Beneran kan mbak?" Aini bertanya pada Nisrina yang ketakutan.

Anggukan kepala itu saja yang menjadi jawaban.

Semua murid satu persatu mulai penasaran dan melihat ke dalam karung tersebut. Ada yang berteriak, ada yang lari ketakutan ada yang sok jago dengan gayanya mengarahkan sapu itu ke karung. Dan saat sapu itu mulai menyentuh sang ular, karung itu terjatuh dan ular itupun menggeliat berjalan dengan kesusahan.

Si anak sok jago tadi kena marah satu pondok, akibatnya ular itu kini mulai tidak bisa diam.

"Eh panggil ustadzah!!" teriak Ida.

"Huaaaaa"

Teriakan dari anak-anak mulai terdengar dan semua berhamburan untuk lari menjauh dari ular yang seakan mengejar pergerakan mereka.

"Eh masuk!  Ada ikhwan mau ke sini."

Semua akhwat lari memasuki ruangan dan menutup pintu. Saat itu ada empat orang laki-laki yang membawa kayu. Mereka mulai masuk dan berusaha membawa keluar ular tersebut.

Perjalanan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang