Part 9

5.1K 183 2
                                    

"Mmmh haah haah"

Napas Kaguya terengah-engah ketika ia memalingkan wajahnya ke samping, memutus tautan bibirnya dengan Naruto kala itu.

"Ada apa?" tanya Naruto pelan dan menghirup dalam aroma tubuh yang menguar dari leher Kaguya dengan sesekali mengecup tulang selangka perempuan itu lembut.

"Ada yang menelepon, itu nada panggilan masuk handphoneku" ucap Kaguya lalu berdiri dari posisi duduknya yang berada di atas paha Naruto.

Naruto menghela napas berat ketika melihat Kaguya keluar menuju suara nada dering yang berasal dari dapur itu. Ia lalu bangkit dan mengikuti perempuan itu keluar.

.
.
.
.
.

Kaguya meraih smartphonenya yang berada di atas pantry, ia meliriknya sesaat untuk mengecek siapa yang menghubunginya lalu meletakan benda tipis itu di samping wajahnya.

"Ya, ada apa Karin" ucap Kaguya.

"Eheheh maaf jika menggangumu malam-malam begini Kaguya, aku tadi menghubungi Naruto tapi nomor si bocah duren itu tidak aktif. Aku hanya ingin memastikan apa kalian benar-benar akan ke sini. Nenek menyuruhku membersihkan kamar untuk kalian. Dan aku tidak mau repot-repot jika ujungnya kalian tidak jadi ke sini seperti tahun lalu" ucap Karin yang merupakan sepupu Naruto dari pihak keluarga ibunya itu.

"Tentu, maaf jika merepotkan mu, Karin. Lusa kami akan berangkat pagi-pagi" balas Kaguya.

"Hm tidak masalah, baiklah kalau begitu. Aku tutup ya. Dah" ucap Karin.

"Hm, dah"

Kaguya menurunkan smartphonenya ketika ia merasa sambungan telepon itu telah terputus.

"Siapa?" tanya Naruto tiba-tiba dengan dagu yang ia sanggakan pada bahu Kaguya.

"Jangan pura-pura tuli, kau sejak tadi menguping di belakang ku" balas Kaguya yang tetap masih berdiri di posisinya dengan jempol yang terlihat mengetik sesuatu pada smartphonenya.

"Ck, jutek sekali, bagaimana kalau kita lanjutkan yang tadi hm?" gumam Naruto seduktif di bawah daun telinga Kaguya, tangannya merayap perlahan dari perut ramping Kaguya, terus menuju bagian atas namun terhenti ketika perempuan itu memberi punggung tanganya sebuah cubitan kecil.

"Apa maksudmu, hm?" lirik Kaguya lewat ujung matanya.

"Oh ayolah, umurmu sudah 31 tahun, tidak mungkin kau tidak mengerti kan" bisik Naruto dan meniup daun telinga kaguya. Ia memberikan sedikit tekanan pada kedua telapak tangannya yang menggenggam puncak dada perempuan itu.

"Mmh, Naruto"

Kaguya menggeliat ketika telapak tangan besar Naruto menelusuri tubuhnya, laki-laki itu memutar dan mengangkat pinggangnya membuat dirinya terduduk di atas meja pantry.

Bibir mereka kembali bertemu.
Dan semakin dalam ketika Kaguya mengalungkan tangannya, menarik Naruto untuk lebih merapat padanya.

"Kau tidak sepasif tadi ya" celetuk Naruto dan menyeringai tipis di sela ciumannya ketika menyadari Kaguya yang terasa lebih aktif saat membalasnya itu. Dan ia mendapat jambakan pelan pada rambut pirangnya oleh Kaguya.

"Ssst, jangan di sini" desis Kaguya ketika tangan Naruto masuk dan bermain di dalam roknya.

"Di mana? Di kamar? Narumi bisa terganggu dan aku tidak mau bermain pelan-pelan" Naruto nyengir pada Kaguya dengan hidung mereka yang saling bersentuhan.

"Ck, dasar"

Dan pada akhirnya, malam di ruangan itu dipenuhi oleh suara erangan dan lenguhan yang berasal dari dua makhluk penuh hasrat itu.

.
.
.
.
.

Di pagi hari.

Tidur Kaguya terganggu oleh sebuah tepukan pelan yang mengenai wajahnya, dan di saat iris berwarna amethyst itu menunjukan kilaunya, wajah imut Narumi yang tersenyum polos itu menyambutnya.

"Pagi sayang, terima kasih telah membangunkanku" Kaguya mengecup pipi Narumi yang terduduk menghadap ke arahnya. Ia terkikik pelan ketika bocah itu kembali menjatuhkan tubuhnya pada bantal empuk di sampinya. Membuat Kaguya dapat melihat sosok berambut pirang lain yang berbaring menyamping menghadapnya, dengan wajahnya yang terlihat tenang dalam tidurnya.

Kaguya bangkit dari posisi berbaringnya, membuat selimut putih yang menutupi tubuhnya turun sebatas perut. Perempuan itu beringsut mencondongkan tubuhnya pada Naruto yang masih terlelap. Helaian peraknya jatuh terurai mengenai Narumi dan langsung dimainkan oleh bocah pirang itu.

Entah dorongan darimana, namun wajahnya semakin mendekat dan mengeliminasi jarak antara bibirnya dengan pipi lelaki itu, sampai....

"Pagi"

Kaguya tersentak ketika bibir lelaki itu tiba-tiba bergumam serak.

"Aduh!"

Membuatnya secara reflek menegakkan kembali tubuhnya, namun terpekik ketika ia merasa beberapa helai rambutnya tak sengaja terjambak oleh Narumi yang tengah memainkannya.

"Jika mau morning kiss seharusnya bangunkan aku dulu" Naruto menyeringai.

"Diam!"

Srek!

Kaguya menarik selimut dan menutupi dadanya saat ia sadar akan tubuhnya yang polos tanpa mengenakan apa pun itu.

Dan Naruto hanya terkekeh saat melihat itu. Ia lalu bangkit dan turun dari ranjang Kaguya.

Kaguya melotot saat melihat Naruto yang ternyata mengenakan sebuah kaos hitam berlengan panjang dan boxer abu-abu. Ia pikir lelaki itu juga sama polosnya dengan tubuhnya saat ini. Kaguya yakin semalam mereka memang melakukan 'itu' dan sama-sama bertubuh polos tanpa pakaian. Ia ingat, ia sendiri ikut berpartisipasi menanggalkan setiap helai pakain dari tubuh penuh gairah mereka saat itu. Meskipun, dirinya tak sampai mengingat bagaimana ia bisa tidur bertiga di sini.

"Kenapa kau tutupi. Menyembunyikannya dari ku?" ucap Naruto dengan senyum miringnya.

"Dingin bodoh! Dan kenapa kau membiarkan ku tidur telanjang sedangkan kau berpakaian, tidak adil!" geram Kaguya dengan matanya yang menyipit tajam.

"Aku hanya ingin melihatmu bangun tidur dengan keadaan yahh seperti ini" ucap Naruto dan dengan senyum jahilnya menarik ujung selimut Kaguya sampai seluruh kain itu jatuh ke atas lantai.

"Naru! Dasar mesum! bodoh! brengsek!"

Maki Kaguya yang turun dari ranjang dan memukuli Naruto dengan bantal secara membabi-buta. Wajahnya memerah dan ia terlalu kesal untuk merasa malu dengan tubuh telanjangnya saat itu.

"Kaguya jangan mengumpat, ada Narumi" ucap Naruto dengan kedua lengan yang terpasang di depan wajahnya menghalau pukulan bantal dari Kaguya yang terus menerus perempuan itu lancarkan.

"Bodo, dia belum mengerti!"

Bruk!

Naruto terjengkang kebelakang dengan Kaguya yang tertarik jatuh menimpanya gara-gara Naruto yang ikut mencengkaram bantal di tangan Kaguya.

"Uhuk perutku"

"Rasakan itu!" ucap Kaguya dan mendaratkan pukulan bantal terakhir pada dada Naruto sebelum perempuan itu terdiam dengan dada yang naik turun untuk mengambil napas.

"Sudah puas" ucap Naruto, laki-laki pirang itu tertawa kecil di akhir kalimatnya.

"Belum!"

"Ahaha, kau terlihat seksi dengan berbagai macam ekspresi di wajahmu itu"

wajah Kaguya terlihat masih memerah.

Dan semakin menebal tanpa bisa ditahan ketika ucapan itu keluar dari mulut Naruto.

Sedangkan Narumi, bocah pirang itu hanya menatap polos kelakuan kekanak-kanakan dua orang dewasa itu dari atas ranjang Kaguya, dengan ibu jari mungilnya yang ia hisap sendiri.

.
.
.
.
.

TBC

Just A Secretary Not Your Wife ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang