Dengan langkah terburu-buru Senjani kembali ke kelasnya. ia mendaratkan bokongnya saat sudah sampai pada mejanya.
"Dari mana aja lu Sen?" tanya Nita yang kini ikutan duduk disamping Senja.
"Perpus, habis ngerjain ini," tunjuknya pada buku yang ia simpan diatas meja.
"Hari ini Bu Sely ngk masuk, jadi tugasnya ngak dikumpulkan," jelas Nita yang kini memasang Aerphone ditelinganya.
"Kalau tahu gini, saya ngak capek-capek ngerjain, kan bisa nyontek di kamu Nit," tukas Senja kesal.
"Ya lagian elu si," ucap Nita.
Senja menyandarkan kepalanya pada meja, memejamkam matanya perlahan namun tiba-tiba saja ia teringat dengan sosok laki-laki di perpus itu.
"Itu cowok siapa ya? Kakinya sakit ngak ya? Semoga aja dia ngak kenapa-kenapa, nanti saya lagi yang disalahin. Auh ahh, kenapa saya mikirin dia si," batin Senja.
Perlahan Senja memejamkan matanya. rasa kantuk yang muncul mulai menyelimutinya, pasalnya semalam ia tak tidur karena membawa cerita di Wp kesayanganya alhasil membuat dia lupa akan tugas dan membuat dia seperti sekarang ini.
Jam pelajaran kedua pun sudah di mulai. Di kelas Raka pun terdengar guru sedang menjelaskan pelajaran.
Kali ini, Pak Ahmad sedang menjelaskan Majas dalam berpuisi."Ren, lu liat si Adhan ngak?" Tanya Angga
"tadi dia keluar belum balik-balik, Rak lu tahu Si Adhan kemana?" tanya Rendy pada Raka yang mengangkat bahunya tanda tak tahu.
"Siapa yang ribut itu?" tanya pak Ahmad menoleh ke arah muridnya sambil menatap mereka dengan tatapan tajam. "Jika saya dengar lagi ada yang berisik, saya jamin kalian di lapangan sambil menghadap bendera!" Tegasnya
Rendy dan Angga diam sejenak, namun mereka tak mempedulihkan perkataan pak Ahmad.
"Makanya Lu jangan berisik," ucap Anggap
"Yang berisik itu elu, lu yang mulai duluan," balas Rendy tak terima.
Raka yang duduk didepan mereka menoleh kebelakang, tapi dia langsung berbalik dan memperhatikan kembali ke arah Pak Ahmad yang melihat kearah Rendy dan Angga.
"RENDY, ANGGA. KELUAR KALIAN SEKARANG! KELAPANGAN DAN IKUTI HUKUMAN DARI SAYA!" Teriakan pak Ahman membuat semuanya membisu.
Wajah Rendy dan Angga kini hanya bisa berpasra, mereka bangkit dari duduknya lalu keluar dari kelas dengan raut yang kesal.
"Untuk yang lainnya, kalian catat. Saya akan kembali setelah mengurusi kedua kambing ini," ucap Pak Ahmad.
"Eeh buset, dikira kita kambing apa," kesal Angga.
"Makanya jadi kambing tu jangan berisik," tukas Rendy.
"Berarti elu kambing juga, dan yang ngajar juga Kambing," ucap Angga yang membuat Keduanya tertawa.
"Tadi kalian berdua bilang apa?" Geram Pak Ahmad.
Rendy dan Angga saling bertatapan dan langsung dijewer oleh Pak Ahmad.
***
Seorang lelaki dengan santainya berbaring pada sebuah bangku panjang. ia menatap langit biru dengan tenangnya. Di tempat ini ia bisa dengan leluasanya berbuat apapun, tempat ini juga yang menjadi saksi bisu saat mendapatkan cinta pertamanya sekaligus kehilangannya."Aku selalu berdoa, semoga engkau kembali," ucapnya pada langit.
Ia tersenyum kecut, kepingan rasa sakit itu mulai ia rasakan. Banyangan masa kelam itu terlintas bengitu saja.
Memang sakit itu akan terasa jika luka itu masih membekas.
"Sejak dirimu pergi, aku berjanji menutup hatiku entah aku tak tahu sampai kapan akan terbuka," manolognya lagi.
Lelaki itu kini memejamkan matanya perlahan, mencoba menghapus sejuta kenangan dalam memorinya walau akan sulit.
"Kunci hatiku kau bawa pergi, hingga tertutup rapat dan tak ada yang bisa membukanya," batinnya.
Tbc
