Dengan napas yang memburu, Adhan terus menghabisi Rio. Sementara yang lainnya yang melihat Adhan seperti itu segera menjauhkan Adhan dari Rio.
Rendy yang tadi bersama Lia harus terpaksa meninggalkan Lia dan berlari ke tempat perkelahian itu.
"Udah Dhan. Lu jangan kebawa emosi terus!" Bentak Raka.
Adhan menatap sinis Raka. Ia berjalan keluar dari club itu karena banyak pasang mata menatapnya takut.
"Tu anak kenapa lagi si?" tanya Rendy yang baru saja datang ke tempat Raka dan Angga.
"Ini pasti menyangkut Lala. Dia ngak bisa nerima kepergian Lala, apalagi Waktu insiden itu dia datang pada saat Lala udah terkapar di lantai," ucap Raka yang kemudian keluar dari club.
"Oh malam kau sunggu kejam. Niat hati ingin bersenang tapi mala kacau." Rendy menatap Angga jijik lalu menjitak kepala Angga.
"Yuk pulang! jangan diam aja nyet," ajak Rendy lalu menyusul Raka.
"Lu main pergi-pergi aja, si Lia gimana woi?"tanya Angga sedikit berteriak.
Rendy tak mendengar Angga yang membuat cowok manis itu berdecak kesal lalu ia keluar dari club menyusul kedua sahabatnya itu.
*****
Malam ini Senja pulang lebih telat dari jam sebelumnya. Ia pun mengganti pakaiannya dengan baju miliknya,
Celana jins hitam di sertai kaos Oblong putih serta tas yang dipakainya.Ia menyusuri jalan yang tidak terlalu ramai, maklumlah ini sudah pukul 10 lewat, wajar saja walanan sangat sepi apalagi gadis itu tak membawa sepeda.
Sesekali Senja mengusap tubuhnya yang kedinginan, ia lupa membawa jaket padahal ia tahu pada malam hari terasa sangat dingin. Senja menatap layar ponselnya yang berdering lalu mengangkatnya.
"Hallo, ini siapa?" tanyanya pada si penelpon.
Tak ada jawaban dari lawan bicaranya. Nampak terlihat wajah kekesalan yang dikeluarkan oleh gadis manis itu, tanpa berpikir panjang, ia pun langsung menekan tombol merah sambil berdecak kesal.
"Siapa si yang isengin saya, ngak ada kerjaan aja," decaknya sambil memasukan ponsel ke saku jeansnya.
Gadis manis itu melanjutkan perjalananya tanpa dia ketahui ada yang mengikutinya, entah itu siapa tapi Senja merasa tak nyaman saat itu. Dengan langkah yang di percepatnya ia pun menuju sebuah Halte bus, tapi sialnya tempat itu sepi.
"Hay cantik, sendirian aja." Senja sempat terkejut mendegar sapaan dari orang asing yang kini berdiri di sampingnya.
Dengan keberanian yang ia punya, ia menatap tajam ke arah lelaki yang berbaju hitam. Senja mencoba untuk membentaknya tapi justru itu yang membuat lelaki disampingnya semakin menggodanya.
"Pergi! Kalau ennggak ... saya telfon polisi." Senja mencoba menahan rasa takutnya, dengan gerakan cepat Senja merai hanpone dan menekan beberapa nomer.
"Hahaha. Percuma lu telfon, kayak bakal datang tu polisi, mending lu ikut gua." Tarikan paksa kini datang dari lelaji itu, membuat gadis manis di sampingnya meringgis kesakitan.
"Lepasin! Tolong!" Teriakan Senja kini membuat lelaki itu geram ia pun mendekap mulut sang gadis dengan tangannya dan sempat membuat gadis itu sulit untuk bernapas.
"Woy! Lepasin bangsat!" Teriakan seseorang yang entah dari mana dan tiba-tiba saja sudah ada di depan gadis itu dan preman tadi.
"Ck! Ada yang mau jadi pahlawan kemalaman ni," ucap preman itu melepaskan Senja dan kini perhatiannya terarah pada lelaki jangkung di depanya.
Tak perlu menunggu lama lagi, lelaki dengan kaos hitam itu tengah menghajar preman sialan yang hampir saja menculik Senja.
Sempat terjadi kendang mendendang antara si Pria berlesung pipit dengan preman jalanan. Kini terlihat si preman itu susah untuk bangkit akibat tendangan luar biasa dari lelaki berlesung itu, walau dirinya sempat memgeluarkan darah di bibir kanannya akibat pukulan Preman tadi dan Saat ini Preman itu Sudah pergi entah kemana.
"Kamu tak apa-apa?" Senja menghampiri lelaki itu dan lansung bertanya tentang keadaan lelaki tampan tadi.
Yang ditanya hanya menatap gadis manis di depanya, sempat ada rasa kekesalan pada gadis itu karena jujur saja ia masih kesal dengan ulah sang gadis di kafe itu.
"Kamu?" tunjuk Senja karena ia baru saja sadar akan siapa yang ada di depannya. "Kamu tak apa-apa?" Tanyanya lagi lalu memberikan sebuah tissu untuk lelaki itu.
"Lain kali hati-hati," ucap Raka yang menerima tissu lalu beranjak pergi ke motornya. "Urusan kita belum selesai, lu masih punya hutang sama gue," lanjutnya lalu memaki helm dan meninggalkan gadis itu sendirian.
Senja menarik napasnya perlahan. Ia bersyukur Tuhan masih sayang padanya, buktinya Tuhan mengirim malaikat penolong untuknya. Senja menatap Bus di depanya tanpa berpikir lama lagi ia menaiki bus itu, walau sudah penuh dan harus berdesak-desakan tapi ia memilih untuk naik, dirinya takut jika ada yang mengganggunya seperti tadi.
***
Suara motor terpakir jelas di sebuah garasi. Terlihat seorang lelaki baru saja turun dari motornya dan memasuki Rumah megah namun siapa sangkah, di dalam rumah megah itu terdapat nerakah yang tak dapat didefenisikan dengan kata-kata. Lelaki berlesung itu pun masuk tanpa takut jika harus berhadapan dengan singa yang siap menerkamnya.
"Dari mana saja kamu?" Pertanyaan dari seseorang saat lelaki berlesung itu mulai menginjakkan kaki pada ruang tamu, disambut tatapan tajam oleh seorang lelaki yang duduk di sofa.
Lelaki itu tak menjawab, ia pun terus melanjutkan perjalannanya sebelum sebuah suara itu kembali menggema di ruangan itu.
"Raka Alamsya! Dari mana saja kamu!" Bentak Harun membuat Raka menghentikan langkahnya menatap Harun dengan tatapan penuh kebencian.
"Anda tak perlu tahu saya dari mana, dan jangan pernag lagi mengatur tentang hidup saya, Tuan Harun yang terhormat," ucapnya lalu menaiki tangga menuju kamarnya.
Harun menatap Kepergian Raka dengan wajah garangnya, ia sudah tidak tahan dengan sikap anaknya yang sudah kelewatan.
"Kita lihat saja, apa yang bakal saya lakukan kepadamu anak nakal," ucapnya geram lalu meninggalkan ruang tamu.
Tbc
Makasih guys yang sudah baca di part ini❤
Jangan lupa Vote dan coment ya guysTunggu part selanjutnya😉