Aku Bimbang!

16K 114 0
                                    

Bagian VI
Aku Bimbang!

Berjalan dan melangkah dengan langkah kaki yang sama denganmu dibawah terik matahari yang menyilaukan setiap pandangan keatas langit. Cerah! Hari ini sangat mendukung perjalananku bersama dengan Rissa. Perlahan-lahan berjalan menelesuri jalan setapak sambil menggenggam tangannya dengan erat. Tanpa kendaraan, aku dan dia mencoba menikmati waktu dengan berjalan kaki.

"Bim, beli es krim yuk!" ajak Rissa.

" ayo! " jawabku langsung menarik tangannya menuju penjual es krim diseberang sana.

Disebuah taman, berayun dengan ayunan sambil memakan sedikit demi sedikit es krim yang hampir meleleh karena terik matahari yang amat panas saat itu.

"sa, kamu nggak malu memangnya dekat dan mau menjadi kekasih seorang lelaki yang kadang ada rezeki, kadang tidaka ada sama sekali?" tanyaku.

" kenapa kamu bertanya seperti itu? Untuk apa?" tanya dia balik

" hmm tidak, aku hanya penasaran. Kenapa saat itu kamu menerima aku sedangkan lambat laun kamu sudah tahu seperti apa kehidupanku" ucapku dengan pelan.

"Bima, semenjak aku mengenalmu aku tidak pernah memperdulikan apakah kamu berasal dari anak orang kaya atau tidak? Aku tidak pernah memperdulikan itu. Yang aku pikir saat itu, apakah kamu akan setia dan tulus padaku bim? Jika kamu benar memegang kesetiaanmu padaku, aku akan setia padamu hingga akhir hayat hidupku. Aku akan menjadi wanita yang mampu menguatkanmu, menyemangatimu hingga kamu berhasil kelak." ucapnya dengan suara yang lembut.

Perkataannya membuat hatiku tersentuh. Namun, tidak mungkin bagiku untuk menampakkan setetes airmata ini dihadapannya. Terkadang keraguanku sering muncul, apakah aku pantas mendampinginya nanti?, mampukah aku membahagiakannya seperti ayahnya yang membahagiakannya selama ini, sedangkan aku hanyalah berasal dari keluarga yang sederhana sedangkan dia tidak.

Aku menggenggam tangannya erat, sambil mengayunkan ayunan perlahan-lahan dengan kedua kaki ini.

"untuk apa kamu bertanya seperti itu, bim? Aku tidak yakin kalau itu hanya sekedar penasaran. Apakah kamu meragukan perjalanan kita selama ini? Ragukah kamu denganku bim?" tanya Rissa dengan kedua mata yang mulai berlinang.

" tidak sayang, terkadang selalu terbesit dalam pikiranku. Mampukah aku membahagiakanmu hari ini hingga nanti? Aku tidak punya harta yang berlebih sa, hidupku dikota besar ini hanya pas-pasan. Tidakkah kamu merasa ilfiil sa? Tanyaku sekali lagi.

Tampaknya dia menghela napasnya, lalu menjawab perkataanku sebelumnya,

" Bima, sudah ku bilang aku tidak mempermasalahkan itu semua. Aku menjalani ini karena rasa tulusku padamu bim, aku hanya ingin membahagiakan dan dibahagiakan bersama satu orang saja. Yaitu kamu bima. " ucapnya dengan ucapan yang mulai meradang.

Lalu ia melanjutkan ucapannya,

"kenapa sih bim,? kenapa kamu harus berkata seperti itu disaat seperti ini? Aku itu sudah capek jika bertanya tentang keraguan, tapi tetap saja kamu tidak mempercayaiku" sahutnya.

Suasana kembali sendu, hening dan tak bersuara. Rissa hanya menunduk, aku telah salah memilih rissa. Namun, cinta tidak pernah salah siapa yang patut ia cintai. Dan saat ini aku memang mencintainya, bila memang terdapat resiko dalam cinta ini aku akan berusaha melewatinya.

"sa, maafkan aku telah bertanya seperti itu padamu" kataku dengan pelan.

"untuk apa minta maaf? Memangnya kamu salah apa?" tanyanya.

"aku salah telah meragukan kesetiaanmu sa, aku salah karena tidak pernah memikirkan ketulusanmu selama ini padaku" jawabku.

"jika kamu salah, kamu harus memperbaikinya bim!" sahut Rissa dengan senyuman datar.

" bagaimana caraku memperbaikinya sa? Beritahu aku biar aku mengubahnya" tanyaku sekali lagi.

"hmm... dengan cara usaha! Kamu harus buktikan padaku detik ini sampai nanti bahwa kamu suatu saat nanti akan sukses, akan membahagiakan aku! Jangan dari ucapan saja. Tapi harus dibuktikan, lagian ya bim,, makan es krim bersamamu aja hari ini aku bahagia banget loh" ucapnya dengan senang hati.

"hahhahaha siaap bos! Laksanakan!" ucapku dengan semangat.

Rissa kembali terlihat ceria, sepertinya ia memang benar. Untuk apa saat ini aku merendahkan diriku dihadapannya, jikalau suatu saat nanti bila aku berusaha lebih keras aku mampu membahagiakannya tidak hanya secara batin tetapi secara lahir atau fisik atau harta pun aku bisa membahagiakannya.

Note : " Tak perlu merendah, kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan selagi kamu terus berusaha. Dan tidak perlu kamu dengar apa yang oranglain ucap tentangmu, yang penting satu hal yang kamu ingat buktikan dan usaha!"

Love and LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang