3

3.9K 112 0
                                    

"Tolong jangan permainkan saya. Ini hati loh bukan mainan." Mata Dena menyipit menatap curiga. Bagaimana mungkin ada seseorang yang tiba-tiba datang, kenal pun belum lama, lalu mengajak menikah begitu saja. Jangan-jangan punya niat jahat pula. Kan jadi berabe urusannya. Apalagi jika serius ditanggapi. Apa kabar hatinya nanti.

"Loh, siapa yang mainin. Saya serius loh Mbak. Belum pernah saya seserius ini dengan wanita."

"Halahhh ... modus. Mulut manis lelaki doang. Emang biasanya gimana kalau kamu menghadapi wanita?"

"Biasanya ya saya cuek aja. Tapi kalau yang sekarang beda. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama."

"Jatuh cinta kok sama bini orang. kayak nggak laku aja," cibirnya.

"Seandainya bisa mengatur hati ya nggak mungkin akan banyak orang yang patah hati. Begitupun saya. Saya merasa cinta ya karena memang cinta. Dan tidak ada alasan apapun atau pun tanya kenapa dan mengapa. Itulah cinta yang saya rasakan.

"Manis banget omongannya. Nanti kalau udah dapat ditinggalin. Saya udah nggak percaya laki-laki."

"Kan saya ngajaknya juga nikah, Mbak. Bukan buat dijadiin pacar, tapi buat dijadiin istri loh. Saya ingin menghabiskan sisa hidup saya bersama kekasih halal tercinta."

"Ngarepp."

"Bangetlah. Siap yang nggak mau. Cantik lagi ceweknya."

"Dasar aneh." Wanita itu pun beranjak dari duduknya meninggalkan si lelaki muda. Teringat sesuatu ia pun menoleh sejenak, "Betewe nama kamu siapa?"

"Cieeee, Mbak kepo."

"Ish, ngeselin. Yaudah nggak usah ngasih tahu. Nggak penting."

"Nama saya Angkasa. Kalau butuh apapun sebut nama saya tiga kali ya. Hehehe."

"Bodo amat." Dengan sedikit menghentakkan kaki, Dena berjalan menuju rumah. Merasa kesal telah dipermainkan.

Sesampainya di rumah, suaminya tengah asyik bermain ponsel. Kadang dirinya merasa jenuh. Sekian lama hidup bersama, ketika di rumah mereka berdua selalu melakukan kegiatan masing-masing. Jarang berinteraksi.

Pernikahan yang aneh menurutnya. Datar dan menjenuhkan. Tidak seperti teman yang lain yang selalu antusias menceritakan rumah tangganya.

Tentang betapa romantisnya sang suami yang lembut dan pengertian, tentang pertumbuhan anak-anak mereka yang sedang lucu-lucunya, tentang betapa menyenangkannya setiap weekand jalan-jalan ke tempat rekreasi.

Menyenangkan sekali.

Berbanding terbalik dengan kehidupannya. Sungguh jauh berbeda.

Haruskah ia mencari cinta yang lain yang bisa lebih menghargainya, yang menyayanginya dengan tulus, dan yang paling terpenting adalah bisa membuat hidupnya terasa lebih berharga.

Dena mengusap wajah dengan kasar. Kalut dengan berbagai pikiran yang berkecamuk.

Ia jadi berpikir. Lelaki muda itu apakah ujian untuk rumah tangganya ataukah jawaban dari semua doa-doanya? batinnya penuh tanya.

Ah, seandainya ia bisa mengetahui masa depan, mungkin dirinya takkan sepusing ini.

***

Diajak Nikah Brondong (Buku Stok Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang