Sampai aku tutup usia
Kan kujaga hatimu ....Suara dering ponsel mengalihkan Dena dari pikiran buruknya. Ia pun melirik nama si penelepon. Tak ada namanya. Berarti nomor baru.
Ia paling malas kalau ada nomor baru tak dikenal. Tapi untuk kali ini entah mengapa ia ingin mengangkatnya.
"Haloo ...."
"Aihh, diangkat juga akhirnya sama Mbak cantik. Mbak nggak papa? Saya punya perasaan nggak enak nih. Makanya saya telepon."
Deg!
Ternyata ini nomor Angkasa. Dirinya memang belum menyimpan di kontak. Yang membuatnya heran, kenapa lelaki ini bisa sekuat itu memiliki feeling tentang dirinya.
Seseorang yang baru dikenal, tapi lebih peduli dan perhatian dari pada orang yang sudah bertahun-tahun hidup bersamanya.
Bolehkah ia merasa terharu? Ada seseorang yang sedemikian hingga yang begitu peduli padanya.
"Halooo ... Masih ada di sana?"
"I-iyaa. Kamu di mana? Lagi ngintipin aku, ya?"
"Hahahaha. Ya enggaklah. Masa ngintipin. Betewe suaranya ditelepon ternyata merdu, yaa. Seneng deh denger suaranya."
Blush!
Wajah Dena terasa memerah mendengar ucapan Angkasa. Lelaki itu selalu saja bisa membuatnya salah tingkah.
"Suaranya seperti habis nangis. Kenapa? Mau cerita? Saya siap loh jadi pendengar setia. Bahkan salah satu impian saya saat ini adalah bisa senantiasa mendengar ceritamu sebelum tidur. Bercerita tentang apapun. Bahkan hingga puluhan purnama terlewati, hingga kapanpun saya sungguh takkan pernah keberatan."
"Nggak papa kok. Sotoy banget."
"Mbak, yang bisa membuat hatimu bahagia bukan orang lain, tapi dirimu sendiri. Jadi berbahagialah.
Ehemm .. sekarang sih sudah ada saya, ya. Jadi bahagiamu sudah kujamin jika bersama saya.""Manis banget kalau ngomong. Pasti boong. Nanti udah dapat maunya saya ditinggalin lagi."
"Udah dapatnya susah payah masa saya tinggalin. Saya serius pengen bahagiain kamu. Kalau mau cobain aja."
"Masa coba-coba."
"Emang iklan coba-coba. Mbak, mau coba bahagia bersama saya? Yuk, nikah!"
Dena terdiam mendengar ucapan itu. Ucapan yang terdengar terasa tulus mengenai hatinya. Benarkah lelaki ini sungguh-sungguh dengan pernyataannya. Tapi bagaimana bisa? Sedangkan pertemuan mereka bisa dihitung dengan jari.
Bersama suaminya yang kenal lama pun pada akhirnya ia dikecewakan dan disia-siakan. Apa kabar Angkasa yang baru hitungan bulan atau bahkan hari, karena dirinya yang sedari awal risih dengan kemunculannya. Sehingga baru mau memberi kesempatan untuk 'berteman.'
"Kok diem?"
"Kamu aneh. Ngajak nikah kayak mau ngajak jajan beli permen. Saya juga lom mengenal kamu."
"Kalau begitu mari kita kenalan. Haloo ... Nama saya Angkasa. Punya pekerjaan dan sudah mapan. Cukuplah untuk membahagiakan calon istri yang cantik ini. Kamu juga nggak perlu kerja banting tulang seperti tulang punggung. Biarkan itu menjadi tugas saya sebagai suami. Eh, calon. Kamu tinggal duduk manis di rumah dan doakan pekerjaan suamimu lancar selalu. Eh, masih calon ding."
Dena hanya bisa menghela napas mendengar ucapan Angkasa. Haruskah ia percaya dengan ucapan manisnya?
"Tapi kenapa saya? Kenapa kamu nggak nyari yang masih gadis saja? Emang kamu nggak takut dicibir orang?"
"Kenapa harus malu. Kan saya nyarinya wanita yang bisa jadi istri dan ibu buat anak saya nanti. Bukan mempermasalahkan status."
"Serius nggak malu?"
"Nanya sekali lagi dapat kecupan manis loh."
"Ish, dasar."
"Jadi mau?"
"Entahlah. Bikin mumet aja kamu mah."
"Hahaha. Kok mumet sih. Kan mau bikin bahagia, bukan mumet, Mbak cantik."
"Ya mumet bikin saya bingung."
"Sudah saatnya kamu bahagia, Mbak."
"Kamu seolah-olah seperti mengetahui banyak tentang saya. Kok aneh."
"Kenapa harus aneh. Semua tentangmu saya tahu semua."
"Segitunya."
"Melakukan sesuatu itu tidak boleh nanggung. Harus total."
"Udah dululah. Nggak ada habisnya ngomong sama kamu."
Klik!
Ngobrol lama-lama membuat kepala Dena jadi pening. Entah harus percaya atau tidak, yang pasti ia harap tidak terlalu mempercayai omongan si lelaki muda. Agar tak terlalu melambung tinggi. Kalau nanti jatuh kan sakit.
Dena akan melihat, sampai sejauh mana lelaki muda itu akan berjuang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Diajak Nikah Brondong (Buku Stok Ready)
RomancePermasalahan yang mendera rumah tangganya membuat Dena menjadi sosok yang tertutup. memendam semua kecewa seorang diri. Tulang rusuk yang menjadi tulang punggung? Siapa yang takkan lelah? Hingga seorang lelaki muda menawarkan komitmen, kebahagian, c...