HIJRAH

1 0 0
                                    

Hari ini saya sedang menikmati dan mengerutkan kening merenungkan makna tulisan puisi dari salah satu penyair hebat kalahiran Tasikmalaya.

Mungkin anda kenal dengan Kang Acep Zamzam Noor. Tanpa diembel-embeli nama besar Ayahhandanya KH. Ilyas Rukhiyat sebagai pimpinan Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya. Beliau sudah memiliki nama besar sebagai seorang seniman, sastrawan ternama baik di Tasikmalaya, Jawa Barat, Nasional maupun Dunia.

Berbagai karyanya berupa sastra dan lukisan merupakan karya yang tidak diragukan lagi. Salah satu puisi terbaik yang saya suka berjudul:

ROMANTIC AGONY

Ciumanmu melontarkanku ke dasar sunyi
Dan kembali kusyukuri nikmat kejatuhanku di bumi
Sinar bulan kuinjak dalam debu
Kegelapanlah yang kusongsong sebagai harapan baru
Ketika pohon-pohon hitam berbaris mengurungku
Langit merah padam siap menimpaku di segala penjuru
Aku bicara sebagai bangkai dari serigala-serigala
Mengerti ucapanku. Kujabat tangan sungai yang deras
Dan kubiarkan salam-salamku hanyut oleh gelombang
Kini pakaianku kesabaran yang sobek, keiklasan yang koyak.
Aku bersujud mencari lumpur yang wangi.

Saya begitu masgul, dengan puisi di atas. Entah apa yang membuatku sedih. Ada dimensi dialog transendensi sebuah keinginan untuk berhijrah. Dengan lembutnya penulis mengungkapkan penghambaan diri dengan berlitotes. Kita ini bukan apa-apa.

Hanya sebongkah bangkai yang hanya memiliki kesabaran yang sobek dan keiklasan yang koyak. Yang hanya mengharap keridaan-Nya.
Aamiin ya robal alamin.

Mohon maaf bila pemaknaannya kurang sempurna.
🙏🏾🙏🏾🙏🏾

Coretan di Pinggir KolamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang