Part 01

104 5 0
                                    

Gadis itu berjalan menuruni tangga dirumahnya dengan tergesa-gesa. Melompat bahkan berlari tak membuatnya terjatuh. Sampai dilantai 1 gadis tersebut langsung berlari kencang menuju garasi dimana mobilnya berada.

"Shit" geram gadis tersebut saat tidak menemukan kunci mobil miliknya. Gadis itu melihat jam dipergelangan tangan kirinya. Pukul 07:12. Karena tak menemukan kunci mobilnya, gadis tersebut nekat berlari menuju tempat yang ditujunya. Gadis itu langsung berlari keluar dari halaman mansion besarnya, bahkan untuk memesan taksi online pun tidak terpikirkan olehnya. Berlari dan terus berlari yang saat ini ada dipikiran gadis itu. Gadis itu tak merasa lelah, 10km baginya hanya jarak yang dekat.

Setelah 25 menit berlari, gadis itu sampai ditempat tujuannya. CLARRITY CORP terpampang jelas dihadapannya saat ini. Nafasnya yang putus-putus menandakan bahwa dia lelah. Gadis itu melihat penampilannya sekali lagi, blouse berantakan, keringat yang mengalir, dan rambut yang acak-acakan tidak membuat gadis itu terlihat jelek. Bahkan gadis itu terlihat menawan dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya. Tak peduli tatapan yang orang lain berikan padanya, gadis itu terus berjalan kedalam perusahaan besar dihadapannya. Dengan wajah datar dan tatapan malas, gadis itu sampai didepan meja resepsionis perusahaan itu.

"Tuan Kim ada?" tanya gadis itu dingin. Resepsionis yang sedang berdandan berjengit kaget. Dilihatnya gadis itu dengan tatapan kurang ajar. Tapi setelah melihat wajahnya dia mengenali gadis yang ada didepannya.
"T-tuan Kim ada diruangannya Nona. Mau saya antar?" tanya sang resepsionis gugup.
"Tak perlu" jawab gadis itu singkat. Tanpa menunggu jawaban dari resepsionis itu, gadis itu langsung berjalan menuju lift dan menekan tombol 10, dimana seseorang yang dicarinya berada.

'Ting'

Suara tersebut menandakan bahwa gadis itu sudah sampai dilantai 10. Gadis yang berantakan tadi berjalan dengan anggun. Tanpa mengetuk pintu gadis itu menerobos masuk, mengabaikan seorang sekretaris yang berteriak memanggilnya. Gadis itu langsung masuk tanpa permisi, mengganggu seseorang yang berada diruangan itu. Gadis itu terpengarah melihatnya, seseorang yang berarti dihidupnya sedang bercumbu dengan orang lain. Tidak sadar bahwa ada orang lain yang melihat adegan tersebut. Lalu sekretaris yang tadi memanggil-manggil namanya memegang mulutnya yang terbuka, langsung pergi dari situ karena tahu bahwa bukan saatnya dia berada disini.

"Bedebah sialan" desis gadis itu menyeramkan sampai-sampai membuat dua manusia yang sedang bercumbu tidak melanjutkan aktivitasnya. Wanita  yang sedang dicumbu tadi langsung turun dari pangkuan seorang laki-laki tampan yang masih terkejut. Wanita tadi langsung berlari untuk keluar dari ruangan itu, tapi dihadang oleh gadis itu.

"Siapa yang membolehkanmu keluar dari ruangan ini?" tanya gadis itu dingin dan datar. Tanpa mengeluarkan ekspresi apapun gadis itu menarik lengan wanita yang tadi bercumbu, lalu melemparnya bagai barang keatas sofa.

"APA MAKSUDMU CLA?" teriak laki-laki itu keras. Yang ditatap gadis itu dengan tatapan datar, kecewa, dan marah menjadi satu.
"Maksudku? Kau tanya maksudku apa? Aku hanya datang dan ingin memberimu kejutan, tapi tenyata malah aku yang diberi kejutan. Dasar bedebah sialan." desis gadis yang dipanggil Cla tersebut.
"BERANINYA KAU." teriak laki-laki dihadapan Cla.
"HEY!! INI PERUSAHAANKU, TENTU SAJA AKU BERANI. MEMANGNYA SIAPA KAU? KALAU BUKAN KARENA AKU, KAU PUN MENJADI GELANDANGAN DIJALANAN. AKU MEMBERIMU SEGALANYA, DAN INI BALASANMU. SIALAN!!!' bentak Cla marah sambil menunjuk muka laki-laki yang sudah menciut ketakutan. Tidak pernah melihat gadis itu semarah ini.
"B-bukan begitu maksudku Clarry." laki-laki itu terbata-bata saat menjawab ucapan Clarry.
"Aku tak butuh alasanmu, kau sudah bermain dibelakangku. Dan ini saatnya aku membalaskan rasa sakitku padamu dan jalang itu." desis Clarry sambil mengunci pintu ruangan yang terdapat dirinya, laki-laki itu, dan seorang wanita yang tadi bercumbu dengan laki-laki itu.

Berjalan pelan menuju brankas disebelah meja kerja. Membuka passwordnya cepat dan mengambil barang kesayangannya, sebuah katana. Katana yang dibeli dengan harga yang mahal, gagang yang berlapis emas dengan kualitas katana paling baik. Mampu memotong tulang dengan satu tebasan saja. Yang pasti katana itu sangat tajam. Clarry memainkan katanya dengan ahli, seakan katana itu adalah barang yang tidak berbahaya. Laki-laki dan wanita yang ada disana memelototkan matanya. Takut akan Clarry yang membawa katana.

"Brian and Daisy. Selamat datang dinerakaku." ucap Clarry dengan seringai yang menakutkan. Suara Clarry sedikit berbeda.
"Jangan lakukan itu Clarry," mohon Brian dengan tangan didepan dada.
"Clarry? Sepertinya kau salah orang. Aku bukan Clarry, i'm Jasmine." ucap Clarry/Jasmine. Alter ego Clarry muncul karena penghianatan, sakit hati, dan niat balas dendam. Dan sekarang kembali muncul karena dihianati oleh seseorang yang sangat dia sayangi, bahkan dia percayakan untuk memimpin perusahaan miliknya.

"Clarry tidak akan berbuat sepertiku. Karena kau menyakiti Clarry, sama saja kau menyakiti aku. Dan aku tidak akan membiarkanmu dan dia hidup." ucap Jasmine tenang dan dingin. Jasmine kembali memainkan katananya. Menggoreskan dilantai, menebas angin, dan menusuk pot bunga yang ada disana. Pot itu langsung hancur dan isinya berserakan.
"Nasibmu dan dia akan seperti pot ini. Hancur dan organmu berserakan. Terdengar menyenangkan, bukan?"

"Aku mohon lepaskan aku, aku masih ingin hidup" ucap Daisy memohon pada Jasmine supaya dilepaskan. Air matanya mengucur deras.
"Teruslah memohon jalang, hidup dan matimu ada ditanganku saat ini. Kau berbuat dan kau juga yang harus bertanggung jawab." bisik Jasmine ditelinga Daisy, Daisy yang mendengar hal itu langsung bergetar ketakutan, menatap mata Jasmine yang berwarna abu-abu gelap. Jasmine mengangkat dagu Daisy dengan telunjuknya, kemudian mencekik leher Daisy dengan kencang. Wajah Daisy mulai memerah, udara diparu-parunya mulai kehabisan oksigen. Tangan Daisy memegang tangan Jasmine yang mencengkram lehernya dengan erat, berusaha melepaskannya.
"Mau apa kau jalang??" tanya Jasmine sambil terkekeh.
"Tak bisa bernapas heh?!"

Daisy hanya mengangguk dan mulai menangis.
"Kau ingin bernapas?" tanya Jasmine dan dijawab anggukan oleh Daisy.
"Haha setelah kau mati dan aku akan membiarkanmu untuk bernapas Daisy"
Jasmine melepaskan cengkramannya dileher Daisy, Daisy terbatuk-batuk dan berusaha menghirup udara. Tanpa ucapan apapun, Jasmine menebas kepala Daisy, kepala itu menggelinding jauh. Dan darah langsung memenuhi tempat itu. Brian yang melihatnya ingin memuntahkan isi perutnya.
"Bertele-tele. Dasar jalang" ucap Jasmine sambil menusukkan katananya di leher Daisy dan menariknya hingga perutnya. Mengambil jantung Daisy yang sudah berhenti berdetak lalu melemparnya kearah Brian yang sudah menutup matanya, ketakutan.
"Sekarang giliranmu Brian," ucap Jasmine lembut namun terdengar menyeramkan ditelinga Brian.
"Kumohon jangan bunuh aku, aku adalah tunanganmu Clarry. Jangan lupakan itu." Brian memohon didepan Jasmine, bersujud hingga mencium kaki Jasmine supaya tidak dibunuh.
"Cih. Lantas aku peduli jika kau adalah tunanganku. Kau yang berselingkuh, dan kau juga yang harus menerima akibatnya Brian. Jadi jangan salahkan aku yang ingin membunuhmu. Saat ini." bentak Jasmine sambil menendang Brian yang masih mencium kakinya. Darah segar mengucur dari hidung Brian. Brian meringis kesakitan, lalu menyentuh hidungnya yang sedikit bengkok ke kanan, dan jangan lupakan darah yang terus mengalir.

Jasmine mencolek darah yang menciprat ke katana kesayangannya, lalu mencecap darah itu tanpa rasa jijik sedikitpun.

"Manis. Darahmu manis tapi perlakuanmu sangat pahit Brian." bisik Jasmine ditelinga Brian dengan seringai yang terlihat menyeramkan. Bruan bergidik ngeri mendengar suara rendah Jasmine. Tanpa aba-aba, Jasmine menusukkan katananya pada perut Brian. Brian berteriak keras, dan meraung. Memegangi perutnya yang mengeluarkan darah.

TBC

The GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang