Part 04

48 4 0
                                    

Memangnya apa yang harus aku harapkan? Sembuh dan ditinggalkan oleh mereka? Jangan harap ~ Jasmine Deremian Andreas.

***

Tanpa mendengar apapun dari Cleo, Jasmine melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Meninggalkan Cleo yang mengepalkan tangannya karena merasa tidak becus menyembuhkan Clarry.

"SIALAN!!!!!!" Teriak Cleo frustasi.

***

Clarry berjalan dengan anggun saat memasuki kantornya, Clarrity Corp. Para karyawan yang melihat kedatangan Clarry langsung menghentikan semua kegiatan yang sedang dilakukan hanya utnuk memberikan hormat pada Clarry. Dan tentu saja hal itu tidak pernah mendapatkan balasan setimpal karna Clarry selalu memasang wajah datar.

Tapi, sepertinya karyawan yang bekerja pada Clarry tidak keberatan akan hal itu. Kenapa? Karna aura yang dikeluarkan Clarry begitu menakutkan. Mereka lebih memilih jalan aman daripada harus berurusan dengan sang bos.

Clarry tentu saja mengetahui hal tersebut, dan dia hanya diam saja. Asal dia tidak mengetahuinya silahkan jelek-jelekkan dirinya, tapi jika sekali saja dia mengetahuinya. Aku harap kau masih bisa bernapas dikeesokan harinya.

Clarry memasuki sebuah lift yang sepi dan memencet tombol 10, karna ruangan Ceo berada di lantai 10.

~TINGG~

S

esampainya dilantai 10, Clarry berjalan menuju sudut ruangan yang terpisah jauh dari meja kerja sekretarisnya. Sekretaris Clarry agak terkejut dengan kedatangan Clarry yang tiba-tiba, sedangkan dirinya sedang memoles wajahnya dengan santai.

Clarry berjalan mendekati sekretarisnya dengan gerakan selembut kapas, sangat lembut dan menimbulkan kesan yang sangat menakutkan.

"Apakah aku membayarmu mahal hanya untuk memoles wajahmu, Nona Sekretaris?" tanya Clarry dingin disertai senyuman sinis. Tentu saja sang sekretaris ketakutan.

Wajahnya pucat pasi, lututnya bergetar, dan sangat gugup. Bahkan untuk menggeleng pun rasanya tidak bisa. Terlalu mengintimidasi.

"Ah, apakah aku memiliki seorang sekretaris bisu?" tanya Clarry pada dirinya sendiri. Clarry menggelengkan kepalanya dan berdecak kesal.

"Ma-Maafkan aku Nona. Aku tidak tahu jika Anda akan kesini. Maafkan aku" jawab sekretaris Clarry dengan suara yang lirih, dan Clarry hanya mengernyitkan dahinya.

Tanpa berkata apapun lagi, Clarry meninggalkan meja sekretarisnya dan menuju ruangan miliknya. Ruangan yang memiliki luas sebesar kamarnya itu didominasi dengan warna hitam, putih, dan gold. Sangat berkelas.

Clarry berdecak melihat tumpukan berkas perusahaannya. Dengusan kasar terdengar setelah Clarry benar-benar sampai didepan mejanya.

'Aku muak dengan tumpukan kertas ini, tapi jika aku membuangnya, maka aku akan kehilangan segalanya. Sial!' batin Clarry kesal.

Raut wajah clarry tentu saja memperlihatkan kekesalannya yang luar biasa. Dulu, sebelum semuanya terjadi yang mengatur perusahaannya adalah Brian. Dan kali ini harus dirinya sendiri yang mengurusnya. Merepotkan.

3 jam memandangi kertas dan menandatangani berkas didepannya. Clary menumpukan kepalanya dimeja, merehatkan sejenak pikiran dan fisiknya. Dirinya begitu lelah.

~kriiiinggg....kringggg~

Dering ponsel itu mengganggu Clarry yang masih menelungkupkan kepalanya. Clarry mengambil ponsel itu dan menggeser tombol warna hijau, tanpa melihat siapa peneleponnya.

"Jangan ganggu aku. Sialan!" bentak Clarry murka. Dirinya lelah dan saat ini dering ponsel itu mengganggu ketenangan dirinya.
"KAU BERANI MEMBENTAKKU SWEETHEART?" mendengar teriakan melengking dari ponselnya, Clarry langsung menjauhkan ponsel dari telinganya. Dan menatap ponselnya dengan tatapan datar dan dingin.
"Oh, ayolah Mom, kau mengganggu tidurku. Aku lelah setelah menyelesaikan berkas-berkas yang menumpuk diperusahaanku. Jangan ganggu aku."

Tanpa mendengar balasan dari seberang, Clarry langsung mematikan sambungan teleponnya. Dan melanjutkan tidurnya yang terganggu karena telepon dari Mommy-nya.

***

Saat ini Jasmine mengambil alih tubuh Clarry, tatapan yang sebelumnya tajam semakin tajam. Aura yang menguar dari tubuh itupun semakin mengerikan. Membuat sekelompok orang yang berada disitu bergetar ketakutan.

Jasmine duduk diatas kap mobilnya sambil memainkan sebuah belati dengan ukiran indah. Keindahan yang membawa kesakitan. Jasmine mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru tempat itu.

Banyak mobil mahal terparkir rapi didepannya. Dengan pengemudinya, tentu saja. Malam ini, Jasmine menerima tantangan dari seorang yang katanya penguasa jalanan.

Jasmine berdecih dengan senyuman sinis yang terpatri dibibir manisnya. Oh, ayolah. Sang penguasa dunia gelap sedang berada disini. Ingin sekali Jasmine meneriakan hal tersebut.

Namun, tidak seru jika lawannya langsung menyerah dan mengaku kalah seperti itu. Sangat dibenci oleh Jasmine dan Clarry. Keduanya sangat membenci seorang pengecut.

Jasmine melihat seseorang mendekat dan Jasmine seera tahu bahwa dia adalah pemilik area balapan kali ini.

"Taruhannya adalah uang. Cukup banyak, tapi aku yakin kau ingin menolaknya, karena tidak sesuai dengan kastamu." penjelasan si pemilik area balap itu membuat Jasmine menaikkan sebelah alisnya.

"Aku tak perlu taruhan itu. Aku menerima semua orang yang menantangku balapan. Tidak peduli seberapa banyak atau sedikit taruhannya."

"Oke, aku akan siapkan uangnya. Dan aku yakin kau yang akan memenangkan pertandingan kali ini." ucap Delon mantap.

"Of course Delon. I'm winner tonight." ucapan Jasmine membuat bulu kuduk Delon berdiri. Jangan lupakan dengan seringaian tajam seorang Jasmine Dermarais A.

***

TBC

Udah part 4 aja ya. Gak kerasa.

Dan tetep. Kalo kalian suka, klik bintangnya dan jangan lupa comment.

Stay tune.

The GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang