Xaviera menenggak saliva, ia memejamkan mata, menghela napas mengumpulkan semua keberaniannya kemudian menoleh ke arah pria itu. Berdiri dari duduknya.
"I-iya, Pak Zayden?"
"Apa-apaan, kamu dibayar di sini buat kerja, bukan males-malesan."
"Lulusan apa kamu?"
"Kamu mengetik pakai otak dan tangan, sinkronkan keduanya."
"Lebih baik kamu sekolah TIK sekali lagi."
Xaviera mengingat-ingat semburan dengan wajah datar dari pria itu, yang hanya sebagian yang ia lihat karena berada di ruangan divisinya. Katanya, kemungkinan besar akan dipecat. Memang, banyak yang ditegur, dan tak lama angkat kaki dari perusahaan kemudian tergantikan orang baru.
Ya Tuhan, Xaviera nyaman di sini, sekalipun pria di hadapannya yang merupakan bos barunya setahun yang lalu tidak senyaman kehidupannya selama lima tahunnya di sini.
"Tolong, yang lain keluar sebentar," pinta pria itu, menatap sekitaran yang seakan waktu terhenti. "Saya bilang keluar." Padahal, nada bicaranya datar dan monoton, namun berhasil membuat semuanya berdiri kemudian beranjak keluar, meninggalkan Xaviera yang kalut dengan isi kepalanya bertanya-tanya kenapa Pak Zayden menyuruh mereka demikian.
"Xaviera," panggil Pak Zayden, Xaviera menunduk, ia bisa merasakan matanya yang penuh siap mengeluarkan air mata. Gadis itu terisak. "Eh, hei, ada apa?"
"Pak, saya mohon ... jangan pecat saya ...," ungkapnya lirih.
Pak Zayden menghela napas. "Saya ke sini bukan mau pecat kamu."
Xaviera mendongak, menatap bosnya dengan wajah yang masih basah akibat air mata. "Eh, terus?"
"Makanya, dengerin saya dulu!" Xaviera membeku kala Pak Zayden tiba-tiba menyeka tepian matanya, membersihkan buliran demi buliran air mata yang ada di wajah Xaviera dengan tangan kosong. "Kamu mau jadi istri saya?"
Deg!
Xaviera tanpa pikir panjang mengorek telinganya dengan kelingking, merasa pendengarannya bermasalah. "Bapak tadi ngomong apa?"
Pak Zayden menghela napas, ia mengeluarkan sesuatu dari balik jaket panjangnya, sebuah kalung berbuah dua cincin di sana.
"Kamu gak salah denger." Mata Xaviera melingkar sempurna.
Cerita ini tersedia di
Playbook: An Urie
Karyakarsa: anurie
Dan bisa dibeli di WA 0815-2041-2991
KAMU SEDANG MEMBACA
ICE BILLIONAIRE [B.U. Series - G]
Storie d'amore18+ Gibran Zayden. Hemat bicara, banyak bekerja. Jarang berekspresi, seperti batu bata. Ia CEO sekaligus anak dari pemilik perusahaan cabang tempat Xaviera Luciano bekerja. Gelarnya, kulkas tampan. Pemberian dari para bucinnya yang ingin sekali melu...