I Feel You

3.2K 109 4
                                    

"Rose, sepertinya kau butuh sesuatu untuk menghangatkan dirimu,"ucap Lionel dengan suara tercekat setelah pulih dari saat-saat yang mendebarkan diantara mereka berdua.

Rose hanya mengangguk pelan. Entah kenapa hatinya tiba-tiba mencelos saat Lionel beranjak meninggalkannya sendirian di dalam kamar.

Lionel beranjak ke dapur untuk  meracikkan Rose minuman rempah jahe yang tersimpan di lemarinya.
"Minumlah,supaya badanmu hangat," ujar Lionel sembari mengangsurkan secangkir ramuan rempah jahe.

Sayup-sayup terdengar suara pintu yang diketuk dari luar. "Itu mungkin pelayan yang datang mencariku,"ujar Rose memecah keheningan yang terjadi diantara mereka.
"Baiklah,biar kulihat mereka. Kau tunggu saja di sini",pinta Lionel.
.
.
"Maaf Tuan,tadi saya meninggalkan nona saya,Lady Rose di teras pondok Anda. Apakah dia baik-baik saja?" tanya Daisy dengan suara bergetar penuh dengan kecemasan.

"Dia ada di dalam. Sepertinya dia butuh istirahat. Oya,kalian ini bekerja untuk siapa?",tanya Lionel memastikan kedua orang tamunya adalah memang benar-benar orang yang tepat.

"Kami berdua adalah pelayan dan kusir kereta Earl of Carlisle. Her ladyship adalah keponakannya",jawab Daisy dengan kepala tertunduk. Dia tidak berani mengangkat wajahnya yang penuh dengan raut muka penyesalan itu.

"Oh begitu..masuklah. Sepertinya dia terserang masuk angin," ujar Lionel.

"Kalau boleh tahu saya berbicara dengan Tuan siapa?", ujar Daisy memberanikan diri untuk bertanya.

"Ini kartu namaku",ujar Lionel sembari mengangsurkan sebuah kartu nama.

"Terimakasih banyak. Kami minta ijin untuk melihat keadaannya",lanjut Daisy kemudian.
.
.
"Oh, sungguh saya sangat menyesal milady",ujar Daisy sembari berjalan cepat dan menghambur ke arah Rose yang sedang terbaring lemah.

"Jangan begitu Daisy. Ini bukan salahmu",balas Rose dengan tersenyum seolah tidak ada satu hal pun yang perlu dicemaskan.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang ,milady. Koki pasti sudah menunggu belanjaan saya sedari tadi",Daisy berkata dengan panik.

Sejenak Rose terdiam. Otaknya sibuk berpikir.

"Daisy,bagaimana jika Roger kembali ke kastil secepatnya mengantarkan belanjaanmu. Dia bisa menyampaikan pada koki bahwa kau ijin pulang ke desa karena ibumu mendadak sakit keras."usul Rose beberapa saat kemudian.

"Lalu bagaimana dengan Anda,milady?"tanya Daisy.

"Perintahkan pada Roger untuk  menyampaikan suratku ini pada pelayan pribadiku, Brenda",ujar Rose. Tangannya kini tengah sibuk meraih sebuah pena dan kertas yang terdapat di sebuah meja kecil di dalam kamar itu.

"Nah, berikan ini pada Roger. Semoga semua berjalan sesuai dengan rencana",ujar Rose sembari mendesah puas setelah ia selesai melipat suratnya untuk Brenda.

"Tapi besok kita harus segera kembali milady, pelayan seperti saya hanya diberikan ijin mendadak selama satu hari saja setiap tahunnya",ujar Daisy beberapa saat kemudian.

"Aku mengerti Daisy. Semoga Pakaianku besok sudah kering. Kau sendiri juga harus menghangatkan dirimu Daisy. Pakaianmu juga sama basahnya denganku",ujar Rose sembari meringis.

"Kami para pelayan tidak terlalu ambil pusing milady. Lagipula gaun berbahan satin ini kurasa akan cepat kering",jawab Daisy sembari sibuk mengeringkan diri dengan kain seadanya di pondok itu.

"Daisy,kurasa tuan rumah kita orang yang sangat baik",ujar Rose kemudian.

"Sepertinya begitu milady. Dia memberikan kartu nama ini kepada saya",jawab Daisy.

Lady 'Rose' RosalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang