desire

2.9K 145 7
                                    

Lionel kembali kehilangan kata-kata ketika melihat sesosok makhluk cantik di depannya.
Kemudian Rose memecah keheningan yang terjadi di antara mereka.

"Haii..,tentu saja aku manusia. Aku tersesat di hutan ini,bajuku basah. Bolehkah aku ikut masuk ke dalam pondok? Udara diluar sini terasa dingin",tanya Rose dengan suara sedikit bergetar.

Lionel mengerjapkan mata sejenak, meskipun perasaan ragu sempatbmenyelimuti hatinya namun kemudian ia mengangguk, lalu membukakan pintu pondoknya.

Setelah itu Lionel menyalakan perapian kecil di pondoknya. Pondok kayu itu hanya terdiri dari satu ruang serbaguna,dua buah kamar,sebuah dapur dan sebuah kamar mandi.

Rose duduk di salah satu kursi kayu,ia sedikit menggigil kedinginan. "Apa kau punya pakaian yang bisa kupinjam,aku kedinginan",pinta Rose. Ia sepertinya telah menanggalkan segala etiket dan sopan santun seorang lady akibat rasa dingin yang melanda tubuhnya.

"Maaf nona,aku tidak memiliki gaun satupun di pondok ini. Dan pakaianku akan kebesaran jika dikenakan oleh wanita sepertimu. Lagipula bajuku juga basah. Lebih baik kau gunakan selimut yang terdapat di kamar untuk mengeringkan diri sementara waktu",jawab Lionel sembari melepas baju atasannya yang basah.

"Baiklah...aku permisi ke kamar dulu. Terimakasih atas kebaikanmu",ujar Rose. Sembari berjalan mundur menuju kamar matanya membelalak melihat pemandangan yang ada di depannya.

Lionel yang saat itu bertelanjang dada, memunggungi Rose sembari sibuk melepas sepatu berkudanya yang basah kuyup. Lionel ingat,dia hanya membawa satu stel pakaian ganti ketika kemari. Pakaian itu ia letakkan di dalam kamar.

Tiba-tiba Lionel mematung,karena tidak tahu  kamar mana yang dimasuki oleh Rose. Ia pun mengetuk pintu kamar di depannya beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Lionel menganggap kamar itu bukan yang dimasuki oleh Rose,lalu ia pun masuk.

Betapa terkejutnya dirinya ketika masuk ke kamar itu ternyata mendapati Rose sedang menggigil kedinginan bergelung selimut. Lionel seketika panik,ia belum pernah menghadapi kejadian seperti ini sebelumnya.

"Kau kedinginan my Lady?",tanya Lionel memberanikan diri. "Iya,aku memang mudah masuk angin jika terkena air hujan",jawab Rose."Tunggu,kenapa kau memanggilku dengan my Lady?",tanya Rose penasaran."Panggil saja aku Rose".

Lionel hanya tersenyum samar. Sesungguhnya ia sedang bersusah payah menahan diri agar jangan sampai bersikap kurang ajar dan memeluk lady cantik di depannya yang nampaknya membutuhkan kehangatan itu.

"Aku bukan seorang Lady,asal kau tahu. Aku gadis pelayan malang yang sedang tersesat karena tertinggal dari rombongan teman-temanku saat memetik berry di hutan", lanjut Rose kemudian.

Agaknya kali ini sifat liar Rose kembali muncul. Bayangkan saja, gadis itu bahkan tidak ingin dikenali sebagai lady bangsawan di depan seorang pria asing.

Lionel merasa sulit untuk mempercayai cerita Rose,namun ia hanya tersenyum dan mengangguk. Ia masih penasaran ingin mengenal siapa sebenarnya gadis di depannya ini.

Menurut pengamatan Lionel,pastilah gadis ini seorang Lady yang sedang menghadapi suatu kerumitan sehingga harus berada di tengah hutan seperti ini.

"Apa kau punya sesuatu yang bisa menghangatkan badanku,selimut ini tidak mempan.. sepertinya aku semakin menggigil",ujar Rose dengan panik.

"Maafkan aku,aku tidak tahu lagi bagaimana caranya. Jika kau tak keberatan,aku akan memeriksamu. Aku janji tidak akan macam-macam padamu,aku hanya mencoba menolong",jawab Lionel sama paniknya.

"Berbaliklah sebentar nona,aku akan berganti pakaian terlebih dahulu",pinta Lionel.
.
.
.
"Kulitmu dingin",kata Lionel sembari memegang punggung tangan Rose. Kemudian ia meremas-remas tangan mungil Rose yang tidak terbalut sehelai kain pun.
Rose terkejut dengan perlakuan Lionel. Namun anehnya gadis itu tidak menolak perlakuan laki-laki asing di sampingnya itu. Rose merasa heran dengan perasaan hatinya yang begitu mempercayai kata-kata dari lelaki asing di hadapannya ini.

"Siapa nama lengkapmu gadis manis?",tanya Lionel lembut.
"Rosaline Ross",jawab Rose lirih setengah terbata.
"Hmmm..dan kau?",tanya Rose memberanikan diri bertanya.

"Panggil saja aku Lionel",jawab Lionel kemudian. Kedua manik mata mereka saling bertemu menimbulkan getaran yang aneh diantara keduanya.

Hujan di luar semakin deras.
Kilat juga tak berhenti menyambar-nyambar.

Rose diam terpukau pada sosok tampan di depannya itu.

Begitupun Lionel.

Pria muda berusia awal duapuluhan itu terjebak dalam situasi yang sulit.
Hanya berdua saja di dalam kamarnya ditemani sesosok 'peri hutan' yang sangat cantik.

Detak jantung keduanya seolah terdengar berdentam beriringan.

"Baru pertama kali aku merasakan ada yang bergetar di dadaku saat bertemu dengan wanita", Lionel membatin di dalam hati.

Ia menatap Rose lekat, seolah masih ingin meyakinkan diri bahwa makhluk di depannya itu nyata. Hati kecilnya tidak ingin melewatkan saat-saat yang langka ini berlalu begitu cepat.

Rose tersenyum manis. Pandangan matanya balas menatap Lionel. Kedua sorot mata anak manusia itu jelas menunjukkan bahwa mereka saling mengagumi satu sama lain.

Pandangan manik mata mereka seolah saling memaku dan terkunci. Untuk semenit lamanya mereka hanya terdiam dan saling menatap seolah-seolah keduanya sedang terbang bersama ke negeri awan.

To be continue...

=============

Lady 'Rose' RosalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang