one day

2.8K 159 2
                                    

Pagi hari ini cuaca cukup cerah. Kebetulan sekali nanti malam lady Kaytlin akan mengundang beberapa teman dekatnya untuk acara makan malam. Hari ini juga bertepatan dengan hari ulang tahun gadis kecilnya,Annabel, yang ke sebelas tahun.

"Bibi,hari ini adalah ulangtahun Annabel. Aku ingin memasak makanan spesial untuknya. Aku akan membuatkan gadis kecil itu kue tart berry",tawar Kaytlin pada bibinya yang tengah memetik beberapa tangkai mawar untuk mengisi vas bunga.

"Oh,sungguh baik sekali kamu Rose.Aku sungguh merasa terharu",desah bibi Kaytlin . "Tapi kau tak perlu repot-repot begitu anakku",ujar bibi Kaytlin agak sungkan karena tak ingin merepotkan Rose.

"Oh Bibi,tak bisakah aku merasa sedikit saja berguna setelah semua kebaikan yang telah kalian berikan padaku?",lanjut Rose dengan nada memohon.

Bibi Kaytlin hanya menghela nafas panjang.Di satu sisi ia merasa terharu,namun di sisi lain ia juga tak ingin merepotkan keponakannya itu.

"Baiklah Rose,mintalah bantuan kepada koki dapur untuk menyiapkan segala keperluanmu",ujar bibi Kaytlin yang akhirnya mengalah.

"Siap bibiku tersayang",lanjut Rose sembari mengecup pipi lady Kaytlin dan segera beranjak menuju dapur.

***
"My lady,tampaknya bahan kuenya ada yang kurang. Kita tidak memiliki persediaan buah berry di tempat penyimpanan",ujar Daisy sang asisten juru masak kepada Rose.

"Oh,baiklah...kenapa kita tidak mencarinya saja di hutan. Aku dulu terbiasa mencari buah berry itu di hutan,"lanjut Rose kemudian.

"Baiklah,saya akan berangkat pagi ini juga mencarinya",jawab Daisy kemudian. Pelayan dapur itu agaknya tidak terlalu bersemangat dengan tugas memetik buah berry di hutan.

"Daisy, biarkan aku ikut mencari buah berry di hutan",usul Rose dengan tiba-tiba. Sebenarnya sudah sejak tiba di sini Rose ingin sekali melakukan kembali hobi lamanya itu. Namun hingga kini ia belum dapat lolos dari pengawasan ketat bibinya.

"Mana boleh my lady. Saya tak akan membiarkan itu terjadi",jawab Daisy cepat-cepat.

Rose terlihat menimbang-nimbang sejenak. "Baiklah.. kita pergi bersama dengan kereta pelayan. Daisy please..kumohon..",pinta Rose dengan memelas.

Daisy terlihat tidak bergeming dan tidak mengacuhkan permohonan Rose.

"Hmm ,baiklah..aku terpaksa mengancammu ,Daisy. Asal kau tahu, aku pernah melihatmu dan kusir kereta berciuman. Dan...",ujar Rose dengan mencorongkan jari sambil berbisik di telinga Daisy.

Dengan cepat wajah pelayan dapur itu jadi merona ,"Cukup my Lady..Baiklah my lady...saya akan membantu Anda.Dan kuharap Anda akan merahasiakan hal itu",ujar Daisy dengan pasrah dan terkejut.

Rose hanya menyeringai puas dengan siasatnya yang ternyata berhasil untuk membujuk Daisy,si pelayan dapur.

"Aku akan menunggu di dekat semak mawar sebelum pintu gerbang depan",lanjut Rose.
Tak lama kemudian ia berlalu untuk mengambil mantel bepergiannya.

"Daisy ! Kemana saja kau. Kukira kau sudah berangkat ke pasar untuk membeli keperluan dapur yang habis. Hari ini kita ada jamuan khusus",ujar Albert sang koki dengan sedikit membentak ketika berpapasan dengan Daisy di kebun sayur dekat istal kuda.

"Ba..baiklah,ini saya sedang bersiap untuk berangkat",jawab Daisy dengan sedikit gemetar. Ia pun segera memanggil Roger ,si kusir kereta ,dan membisikinya serta memberitahu apa rencana mereka hari ini.

***
Kereta pelayan itu segera berangkat menuju ke pasar sebelum matahari semakin naik.
Selama Daisy berbelanja di pasar,Rose hanya berdiam diri dan sabar menunggu di dalam kereta pelayan.

Setelah Daisy menyelesaikan keperluannya di pasar,maka kereta itu pun bertolak kembali untuk pulang. Antara pasar setempat dan kastil kediaman keluarga Lord Howard terdapat kebun dan hutan yang luas membentang diselilingi beberapa area pemukiman penyewa lahan.

"My lady, saya tidak yakin rencana Anda akan berhasil",ujar Daisy gelisah.
"Oh Daisy, ini hanya memetik berry saja. Ini tidak akan lama",ujar Rose menenangkan.

"Nah,kita berhenti di sini saja",ujar Rose sembari mengetuk atap kereta.
"Saya yang akan memetik berry my Lady, Anda tunggu di kereta saja"ujar Daisy masih belum mau menyerah. "Tentu saja,aku akan senang sekali kalau ikut membantumu agar cepat selesai",jawab Rose sambil mendesah puas. Daisy pun tidak dapat mencegah lagi keinginan Rose itu.

Rose nampak sangat menikmati kegiatan memetik berry hutan ini."My lady,ayolah kita cepat kembali,cuacanya semakin mendung. Sebentar lagi hujan tiba",bujuk Daisy setelah keranjang buah berry mereka sudah cukup terisi.

Sudah lebih dari setengah jam mereka berputar-putar di hutan itu. "Lihat Daisy,itu ada sebuah pondok. Mungkin saja penghuninya sedang pergi. Kita bisa numpang beristirahat sejenak di terasnya. Kakiku pegal sekali ",bujuk Rose pada Daisy.

"Oh,my lady itu nampaknya bukan hal yang baik. Mari kita segera kembali ke kereta",tolak Daisy. Pelayan dapur berusia empat puluh tahun itu tampak begitu bimbang sedari tadi.

Rose hanya bisa merengut,dan ia pun mengikuti juga apa kata Daisy. Namun ketika mereka baru berjalan sekitar limapuluh meter menjauhi pondok itu,bukan Rose namanya jika ia mendadak menjadi penurut.
"Aduuhh..aduhhh Daisy,kurasa kakiku terkilir. Aku tidak kuat lagi berjalan jauh",rintih Rose kemudian. Daisy tampak panik dan gelisah,"Oh,Tidak! Kenapa harus begini..Baiklah my Lady,saya papah anda ke pondok itu," ujar Daisy putus asa.
Tiba-tiba hujan turun membasahi bumi dengan derasnya sehingga membuat lady dan pelayan itu basah kuyup.

"Tampaknya pondok ini kosong. Berjanjilah pada saya, untuk tidak kemana-mana sebelum saya dan Roger tiba kembali di sini menjemput Anda",ujar Daisy sambil terengah-engah. Rose hanya mengangguk pasrah,meskipun sebenarnya hatinya bersorak kegirangan.

"Daisy,pakailah mantelku agar kau tak basah kuyup",pinta Rose setengah memaksa sembari melepas mantelnya. "Oh,my Lady,saya sangat menyesalkan kejadian ini.Sungguh,saya menyesal telah menuruti bujukan Anda,"sesal Daisy dengan bersungguh-sungguh.

"Sudahlah Daisy,ini semua bukan salahmu. Cepatlah kau panggil Roger kemari",ujar Rose tidak sabar."Baiklah,my Lady. Ingat baik-baik pesan saya tadi". Rose tidak menjawab,ia hanya tersenyum menyeringai.

Rose telah menunggu selama beberapa menit di teras itu ditemani hujan petir yang turun dengan derasnya. Niatan semula Rose hanya ingin memuaskan rasa ingin tahunya tentang pondok itu. Pondok macam apakah ini yang terletak sendirian di tengah hutan,siapa kira-kira pemiliknya,apakah ada orang disana yang bisa dimintai minuman dan sebagainya. Karena jujur saja Rose saat itu merasa sangat haus dan kakinya terasa lelah.

Tetapi begitu ia sendirian di teras pondok,tiba-tiba rasa takut menyergapnya dengan cepat. Terlebih lagi sekarang ketika sayup-sayup dari kejauhan terdengar suara kuda yang berlari mendekat. Rasa takutnya semakin menjadi-jadi. Ia merutuk sambil menyesal dalam hati,bahwa ia tidak bisa menetapi janjinya pada Alex, untuk jadi lady yang baik dan penurut.

Kemudian didengarnya suara langkah kaki milik seorang pria menaiki undakan tangga teras pondok. Rambut dan badan pria itu basah kuyup ,sehingga menampakkan dengan jelas bentuk badannya yang tegap berotot. Jantung Rose berdetak kencang,bibirnya kelu dan tak dapat berkata-kata.

Kemudian ia melihat wajah itu. Itu adalah wajah pria paling tampan yang pernah ditemuinya seumur hidup. Rasa takutnya berubah menjadi debaran aneh di dadanya ketika pria asing itu terdiam dan menatapnya begitu lama. Kemudian ia mendengar pria itu berkata"Ap..Apakah aku telah melihat peri hutan?",tanya pria asing itu sembari berjalan mendekat.

Dan tiba -tiba saja hati Rose diliputi kehangatan luar biasa. Entah darimana ia mendapat keyakinan penuh bahwa pria di depannya bukanlah orang asing jahat yang akan menyakitinya. Sehingga seketika Rose pun tersenyum. Mungkin itu adalah senyuman paling manis yang ia berikan kepada seorang pria asing.

>>>> to be continue

Lady 'Rose' RosalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang