Alevia bertengger dibalkon lantai dua sekolahnya sambil menatap langit yang terus menerus menumpahkan isinya. Ya, diluar sedang hujan deras, dan Alevia tidak bisa pulang karena lupa membawa payung ataupun jas hujan.
Sekolah sudah bubar sekitar satu setengah jam yang lalu. Namun gadis itu belum beranjak dari sana, karena terkurung oleh hujan. Beberapa siswa lebih memilih menerobos derasnya hujan daripada harus berdiam diri disekolah hingga hujan reda.
Sebenarnya Alevia bisa saja melakukan hal itu. Tetapi dia urung melakukannya karena hari ini ia membawa laptopnya. Dan ia tidak ingin melakukan hal konyol yang bisa menyebabkan laptopnya rusak.
Bosan berdiri mematung dibalkon. Alevia memutuskan untuk ke kantin, ia berjalan pelan menyusuri koridor sekolah yang mulai sepi. Hanya tersisa segelintir siswa yang mungkin akan mengikuti ekskul dan sisanya adalah para anggota OSIS.
Setelah sampai dikantin, Alevia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Ternyata masih banyak siswa yang berdiam disini, entah untuk makan atau hanya sekedar nongkrong.
Alevia tak ambil pusing, ia berjalan ke bangku paling pojok dan meletakkan tas juga laptopnya disana. Kemudian gadis itu menuju stand penjualan lalu membeli sebotol air mineral dan kentang goreng.
Baiklah ia akan berdiam disini, menikmati musik sembari membaca, sambil menunggu hujan reda. Baru saja duduk dan hendak menyalakan laptopnya, tiba-tiba handphonenya bergetar menandakan sebuah telfon masuk.
Ia merogoh handphone dari saku seragam dan bergegas mengangkatnya.
"Halo"
"...."
"Iya-iya, aku masih disekolah kok."
"...."
"Iyaaa bangggg. Gak kemana-mana,"
"...."
"Hu'uh"
"...."
"Iyaaa baw-"
Tut..tut..tut
Sambungan telfon dimatikan sepihak. Alevia gemas dibuatnya. "Huh.. untung abang. Kalo gak udah ku jual ginjalnya."
Ia kemudian mengeluarkan earphone dari dalam tas dan mencolokkannya ke handphone. Alevia mulai menikmati irama musik sambil terus membaca cerita diwattpad melalui laptopnya.
Entah sudah berapa lama Alevia terbuai dengan bacaan dan lagunya. Saat ia mendongak, kantin sudah sepi. Para penjual juga sudah menutup stand-stand mereka.
Alevia melepas earphone dari telinga dan mengedarkan pandangan jauh ke tengah lapangan. Ternyata hujan sudah reda, mungkin sedari tadi. Hanya saja ia terlalu hanyut dengan bacaannya.
Gadis itu segera berkemas dan bergegas keluar dari sana. Setelah tiba didepan gerbang, ponselnya berdering. Satu notifikasi chat masuk.
Bang alen
Lo masih disekolah?Alevia segera mengetikkan balasan, kemudian berjalan ke halte terdekat. Ia akan menunggu abangnya disana.
Tak sampai 15menit, abangnya tiba dengan sebuah motor. Alevia mengerutkan alisnya, setahu Alevia, abangnya tidak memiliki motor seperti itu. Tapi ia urung bertanya dan segera naik. Motor melesat, membelah jalan yang basah akibat hujan siang tadi.
-----Keesokannya, Alevia berangkat pagi-pagi sekali. Bukan hanya hari ini, tapi setiap hari gadis itu memang selalu berangkat pagi-pagi buta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEVIA
Teen FictionKeberadaan dua murid baru yang secara tidak langsung telah mengusik ketenangan hidup Alevia dan mengantarkannya pada sebuah masalah yang tidak pernah diinginkannya sama sekali.