Chapter 6

12 3 1
                                    

Saat tiba dibawah, sayup-sayup Alevia mendengar suara orang bercengkrama, yang ia yakini sebagai suara mamanya. Ia semakin mempercepat langkahnya menuju ruang tamu.

Begitu sampai diruang tamu, mata Alevia sontak membelalak. Kala melihat tamu yang dimaksud bi Inah kepadanya. Masih dengan keterkejutannya, gadis itu menyeret langkahnya untuk mendekat.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Alevia datar.

Semua yang ada disana menoleh kearah gadis itu. Farlen tersenyum menggoda sambil mengerlingkan matanya.

"Di apelin pacar nih Al," goda Farlen yang langsung mendapat cubitan kecil dari Alevia. "Aww, sakit bege!" Ringis pria itu.

Alevia mencebik, "Bodo! Siapa suruh nyebelin."

Resya geleng-geleng kepala melihat tingkah keduanya. "Eh malah berantem. Malu tahu ada tamu." Jeda sebentar, "Kamu juga Vi, temennya dateng kok malah ditanya begitu." Resya menegur perlakuan Alevia barusan.

"Maaf yah, Alevia emang suka gitu." Lanjut Resya meminta maaf.

Yang diajak bicara hanya tersenyum sambil mengangguk kecil. Sedangkan Alevia sudah memutar bola matanya malas.

"Yaudah, kalian ngobrol dulu yah. Tante mau kedalam. Sini Dafa mama bawa masuk aja." Resya pamit sambil mengambil alih Dafa dari gendongan Alevia, lalu kemudian diikuti Farlen dibelakang.

Sepeninggalan mereka, Alevia segera mengambil posisi duduk berhadapan. Dan tanpa tedeng aling-aling, ia langsung to the point menanyakan maksud kedatangan pria dihadapannya.

-----

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Menghembuskan napas berat, Alevia berbaring telentang diranjang. Gadis itu berkali-kali mendesah sambil memijat pelipisnya yang terasa berdenyut karena percakapan tadi pagi yang terus terngiang dikepalanya.

Alevia tidak tahu harus berbuat apa. Masih ada satu jam lagi untuk berpikir dan mengambil keputusan, sebelum ia mengirimkan pesan pada pria itu yang berisi jawabannya. Seharusnya bagi Alevia itu hal yang mudah. Namun entah mengapa, mengingat ucapan pria itu tadi pagi, membuatnya kelabakan.

Flashback on

Sepeninggalan mereka, Alevia segera mengambil posisi duduk berhadapan. Dan tanpa tedeng aling-aling, ia langsung to the point menanyakan maksud kedatangan pria dihadapannya.

"Jadi, ada perlu apa kamu kesini?"

Pria dihadapannya tidak langsung menjawab, ia malah mengedarkan pandangannya ke seisi rumah, lalu berujar.

"Lo.. gak nawarin gue minum dulu gitu?"

Alevia mendengus, tetapi kemudian ia segera berlalu dari hadapan pria itu bermaksud membuatkan minum.

Kurang lebih tiga menit Alevia meninggalkan pria itu, kini ia kembali dengan nampan yang berisi segelas sirup dan setoples cemilan. Selesai meletakan nampan, Alevia langsung duduk dan memberi kode agar pria itu segera bicara.

Pria dihadapannya tersenyum sangat tipis. Sebelum angkat suara, ia mengulur waktu dengan meminum sirupnya terlebih dahulu.

"Ok, sekarang gue mau to the point maksud kedatangan gue kesini." Jeda sebentar, Alevia hanya menyimak tanpa berniat menyahuti. "Gue mau minta tolong sama lo, tapi lebih tepatnya ini bisa disebut kerjasama."

ALEVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang