Chapter 2

12 4 0
                                    

Hingga bel istirahat berbunyi, Alevia sama sekali tidak fokus dengan pelajaran yang diberikan gurunya didepan. Bagaimana tidak, Alevia merasa risih karena sedari tadi pria yang diketahuinya bernama Axel itu terus-terusan melihat kearahnya.

"Baiklah anak-anak, cukup sekian untuk hari ini. Selamat pagi." Ucap pak Hendra mengakhiri kegiatan mengajarnya.

"Pagii pakkkk...." Balas para siswa serempak.

Semua siswa mengemasi barang mereka dan segera ngacir menuju kantin, terkecuali dua sejoli yang berada dibangku paling depan. Ya, siapa lagi kalau bukan Alevia dan pria pecicilan yang sedari tadi terus memperhatikan Alevia.

Alevia tidak beranjak dari tempat duduknya. Ia malah mengeluarkan novel dan melanjutkan bacaannya. Sampai sebuah suara menginterupsinya.

"Ke kantin bareng yuk." Ajak Axel.

Alevia hanya diam tidak menanggapi.

"Gue traktir deh. Anggap aja sebagai salam pertemanan dari gue." Bujuknya.

Masih sama, gadis itu tetap diam tak bergeming.

Axel mendengus sebal. "Etdah, kacang mahal neng! Ngomong kek jangan dikacangin abangnya."

Geri yang saat itu masih berada disana tertawa melihat tingkah Axel. Ia berdiri dan menepuk pelan pundak pria itu. "Mau bareng gue ke kantin?" Tawar Geri. "Kenalin nama gue Geri. Btw percuma lo paksa, dia gak bakal ke kantin kalo gak ada Eca atau Nala. Ada mereka aja jarang, apalagi gak ada mereka." Geri terkekeh diakhir kalimatnya.

"Gue Axel." Pria itu menatap Geri seolah meminta penjelasan. "Emang gitu yah orangnya?" Tanya Axel penasaran.

Geri mengangguk mantap. "Emang gitu dari sononya.

Axel tersenyum. "Yaudah deh, yuk!"

Sebelum benar-benar pergi. Ia sempat berpamitan pada Alevia. "Gue ke kantin dulu yah! Gak lama, bentar aja kok."

Alevia hanya mengangguk mengiyakan daripada ribet.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Satu kata yang menggambarkan seorang Axellio yaitu 'ribet'. Ya, menurut Alevia, Axel manusia yang ribet. Ia heran mengapa pria itu begitu gencar mengajaknya berbicara walaupun sering diabaikan.

"Dasar aneh"

"Siapa yang aneh?"

Alevia kaget bukan main. Pasalnya gadis yang sedang berada dihadapannya muncul secara tiba-tiba.

"Nalaaaaa..  bisa gak sih jangan ngagetin."

Gadis yang dipanggil Nala itu nyengir mengangkat dua jarinya membentuk huruf v. "Maaf Vi. Abisnya lo sih ngelamun mulu, pake ngata-ngatain aneh segala lagi."

Alevia merengut. "Au ah, serah Nala aja."

Nala terkekeh pelan. "Lagian, lo kenapa sih?"

Alevia memutar tubuhnya menghadap kearah gadis yang sedang duduk disebelahnya. "Nala tau gak-"

"Gak!" Potong Nala cepat.

Alevia lagi-lagi mendengus sebal. "Nala ish, dengerin dulu... Jangan dipotong ucapan Via."

Nala tertawa ngakak, ia suka membuat Alevia marah. Karena gadis itu jarang sekali mengeluarkan ekspresinya didepan mereka. "Yaudah, sok atuh ngomong mbaknya."

Alevia mencebik, namun tetap melanjutkan ucapannya. "Tau gak sih, tadi dikelas inikan ada siswa baru, terus.." Alevia mulai menceritakan semua kejadian yang dialaminya sejak tadi pagi, hingga tiba-tiba..

ALEVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang