Chapter 9

10 2 1
                                    

Ketika yang kamu inginkan tak kunjung kamu dapatkan. Maka ubah caramu bukan tujuanmu.

___________

Matahari yang tadi terik telah berganti dengan senja keemasan ketika Alevia tiba dirumahnya. Gadis itu turun dari boncengan sambil melepas helm dikepalanya.

"Nih," Alevia menyondorkan helm yang tadi dipakainya kepada sang pemilik. "Makasih."

Tanpa menunggu jawaban gadis itu langsung berbalik dan berjalan menuju pintu pagar. Didorongnya pelan pintu itu, lalu tanpa pamit ia segera masuk kedalam.

Saat hendak mengunci pagar. Alevia dibuat bingung karena pria yang tadi mengantarnya belum juga beranjak. Dengan wajah setengah kusut, Alevia kembali keluar dan menghampiri pria itu.

"Ngapain masih disini?" Tanya Alevia dengan sebelah Alis terangkat, sambil bersedekap. "Oh.. mau minta ongkos yah? Yaudah tunggu sini aku ambilin. Kirain ngasih tebengan gratis." Lanjutnya lagi bersiap masuk.

Pria itu melotot lalu buru-buru turun dari motor menahan langkah Alevia yang sudah menjauh. "Eh eh, nggak maemunah." Pria itu terlihat menggaruk tengkuknya. "Ongkos pala lo. Emang gue ojol apa?!"

Alevia berbalik, "Lah terus? Kalo gak nungguin ongkos, ngapain masih disini?"

"Nungguin lo masuk." Jawab pria itu santai.

"Hah?"

"Ha'ah."

Alevia geleng-geleng. "Dasar geblek! Serah kamu deh, mau disitu sampe pagi juga gapapa." Alevia sudah akan masuk saat suara pria itu kembali menginterupsi langkahnya.

"Al,"

Berbalik, Alevia mendengus lalu mengangkat keningnya tanda bertanya.

"Besok gue jemput yah?"

"Gak usah dan gak perlu! Ada bang Alen yang biasa nganter aku."

"Yee.. kalo abang lo telat lagi kayak yang udah-udah gimana?"

"No no no! Pasti gak bakal telat lagi." Ucap Alevia mantap.

"Lo yakin?"

Gadis itu mengangguk kuat-kuat.

Pria itu menengadah ke langit, lalu tersenyum."Yaudah, masuk gih. Kayaknya bentar lagi hujan." Pria itu mendorong pelan bahu Alevia agar gadis itu segera masuk.

Lagi-lagi Alevia hanya mengangguk, sambil memperhatikan pria itu yang mulai menyalakan mesin motornya. Memakai helm full face, pria itu lalu mengangkat kaca helmnya untuk berpamitan pada Alevia.

"Gue pulang dulu Al."

"Iya, hati-hati Sel. Makasih tebengannya."

Setelahnya pria itu hanya mengacungkan jempol dan mulai menjalankan motornya. Sebelum benar-benar menghilang dari pandangan, pria itu sempat menoleh lalu berteriak.

"BESOK GUE JEMPUT AL. TITIK!"

_____

"Yuk bareng gue aja!"

Saat mendengar suara teriakan dibelakangnya, bahu Alevia langsung merosot diikuti dengan hembusan nafas berat.

Kayaknya aku sial banget hari ini.

Belum sempat Alevia berbalik untuk menyahuti ucapan pria dibelakangnya, pria itu sudah lebih dulu menghampiri Alevia dengan motornya.

"Vi, ayo gue anterin."

Alevia nampak tegang. Jujur saja, walau sudah terlewat beberapa minggu kejadian tentang Kenan dirumahnya, namun ia masih saja menghindari bertemu dengan pria itu. Entahlah, ada sesuatu yang membuat gadis itu gugup setengah mati setelah melakukan penolakan atas kerjasama yang ditawarkan Kenan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALEVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang