Part 1: Gan Aan

40.9K 972 102
                                    

Pria asing itu menatapku dengan tajam. Satu alisnya terangkat.

"Kenapa? Kamu takut?" tanyanya terdengar sinis.

Hei! Wanita mana yang tak merasa takut menghadapi situasi seperti ini? Aku seorang gadis yang semula hidup tenang tiba-tiba harus menikah dengan seorang pria asing yang bahkan baru dua kali bertemu.

Sunyi.

Malas menjawab pertanyaan konyol itu, kubiarkan dia mengambil kesimpulan sendiri.

Kupikir ia akan mendekat saat tubuhnya bangkit dari sofa yang ada di satu sisi kamar hotel ini. Ternyata ia berjalan ke meja tv, mengambil sebungkus rokok yang sedari tadi teronggok di sana.

"Apa Anda akan merokok, Tuan?"

"Iya. Kenapa? Kamu akan melarangku?"

"Ini ruangan ber-AC, Tuan. Tidak seharusnya merokok di sini."

"Sudah kebiasaanku mengisap rokok sebelum tidur," ucapnya seraya dengan perlahan mendekat kemudian duduk di sampingku. Sontak aku seketika bergeser. Sayang, posisiku yang berada di ujung ranjang membuatku tak bisa menjauhinya.

Dada bergemuruh ketika wajah oval berkulit cokelat sawo matang dengan kumis dan jambang tipis tertata rapi itu tiba-tiba mendekat ke telingaku. Aku bahkan bisa merasakan napasnya menerpa tubuh yang terbungkus gaun pengantin.

"Atau ... kamu mau menggantikan rokok ini untuk kuisap?" godanya dengan bisikan nakal.

Kedua mataku melebar dan jantung berdegup tak beraturan.

Dasar mesum! Ingin kuteriakkan makian itu ke wajahnya, tapi nyali terlalu ciut untuk melakukannya.

"T-tuan ...," sergahku, "aku ... aku belum bisa--"

Belum selesai perkataanku, ia sudah memotong dengan tawanya yang membahana.

"Kamu pikir aku akan menyentuh tubuhmu? Come on, kamu bahkan bukan tipeku. Badanmu kecil dan ... lihatlah! Dadamu juga kecil!" ucapnya kejam dengan senyum miring.

Astaga! Kurang ajar sekali manusia ini! Mulutnya pedas dan menyebalkan seperti sampah!

Hampir saja kutampar wajahnya jika saja aku tak ingat siapa dia. Pria yang meminjami uang kepada ayahku yang gila berjudi. Hingga akhirnya aku harus rela dinikahi pria berbadan tinggi tegap itu demi membayar utang yang terlanjur terlampau menggunung tersebut. Ya! Aku adalah penebus utang ayah kandungku!

Napas jadi tak beraturan karena emosi yang tak bisa kuledakkan, hanya terkungkung di balik tubuh kecil ini. Apa daya seorang gadis sepertiku yang mungkin bisa saja dibunuh dalam sekejap mata jika dia mau.

Pria itu menjauhkan wajahnya. Lalu, dalam hitungan sepersekian detik menjatuhkan tubuh tegap itu ke ranjang, tepat di sampingku.

Kembali sunyi.

Beberapa menit kubiarkan kepala menunduk dengan tubuh masih menghadap tembok. Aneh. Kenapa lelaki yang masih mengenakan setelan jas pengantin berwarna broken white itu tak mengatakan sepatah kata pun? Apa dia marah atau apa? Demi menjawab rasa penasaran, kuberanikan diri menoleh ke arahnya. Perlahan. Dan ... astaga! Dia tidur! Bahkan terlelap dengan dengkuran halus keluar dari mulut berbibir tipis tersebut.

Ck! Bisa-bisanya ia tidur di malam pertama seperti ini. Aku saja ketakutan setengah mati, dia malah seperti tak terjadi apa pun.

Eh? Tunggu dulu. Memang tak terjadi apa-apa, kan?

Ck!

Pria itu. Andrean Nugraha. Bapakku biasa menyebutnya Gan Aan. Juragan tanah sekaligus pengepul bawang merah yang membeli hasil panen masyarakat daerah pesisir pantai, terutama desaku yang tanahnya sangat cocok untuk salah satu bumbu dapur paling pokok di Indonesia tersebut.

Ranjang PengantinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang