Part 13. Mas Riri Akhirnya Tahu

15.7K 838 152
                                    

Debar di dada semakin menggila saat Mas Riri melontarkan pertanyaan konyol.

"Nda, apa kamu mencintai suamimu?"

"A-apa?"

Langkah seketika terhenti. Begitu pun jantung juga seolah ikut berhenti untuk beberapa saat. Kembali berdetak lagi ketika tersadar dari ketertegunan.

Pria muda berambut lebat itu ikut menghentikan langkah. Badan tegap lima belas senti lebih tinggi dariku itu berputar. Menghadap ke arahku. Aku tak akan membalas tatapannya, karena mungkin bisa saja setan akan berhasil merayuku jatuh ke kubangan khilaf.

Aku hanya bisa tertunduk menatap lantai lorong rumah sakit. Sedang kedua tangan meremas tali tas selempang yang kukenakan menyilang di dada.

"Jawab, Nda!" ulangnya sekali lagi.

Bukan tak mau, tapi aku tak tahu harus menjawab apa. Tak tahu apa yang kurasakan saat ini. Semua begitu abu-abu. Perasaan ini, aku tak mengerti. Gan Aan dan Mas Riri, mereka berdua pria yang istimewa di hati. Namun, dibalik itu semua, ada satu yang pasti dan tak bisa diubah: aku adalah istri seorang Andrean Nugraha.

"M-Mas ... a-aku ...." Dengan bibir bergetar, susah payah kucoba mengatakan sebisaku.

Dia masih menunggu. Tak menyela perkataanku.

"Mas, sebaiknya Mas Riri shalat dulu. Kita bicarain ini nanti."

"Kenapa? Kenapa nggak bisa sekarang? Apa kamu takut mengatakan yang sebenarnya bahwa kalian menikah hanya karena urusan utang-piutang? Kamu menikah dengannya hanya karena untuk menebus utang bapakmu, kan? Iya, kan, Nda?"

Cecaran Mas Riri seketika membuatku mengangkat kepala. Mata membeliak menatap pria bermata teduh yang kini balik menatapku tajam. Apa ini? Bagaimana Mas Riri bisa tahu tentang semua ini? Jangan-jangan ....

"Kenapa? Kamu kaget aku tahu tentang pernikahan kalian? Bapakmu sudah cerita semuanya tadi saat kamu pergi. Akhirnya, aku bisa sedikit bernapas lega. Setidaknya aku masih punya kesempatan."

Bapak! Ya, ini semua karenanya. Awalnya, kupikir semua akan berjalan dengan mudah. Menikah, lalu membiarkan semua berjalan seperti air yang mengalir, lalu ketika Gan Aan bosan dan menceraikanku, aku akan kembali bisa bernapas lega.

Ternyata semua yang kupikirkan salah. Semua berubah ketika hati ikut andil di dalamnya. Entah kenapa, entah setan mana yang merasuki, atau malah malaikat mana yang membisiki, meski baru hitungan hari usia pernikahan ini, tapi juragan itu berhasil mengalihkan duniaku. Berhasil membuatku detik demi detik memikirkannya. Dan ketika aku yakin telah mulai jatuh hati padanya, pria lain dari masa lalu, hadir kembali. Membuat masalah semakin pelik.

Jari jemari saling meremas satu sama lain. Mas Riri masih terus menatap tajam ke arahku.

"Kesempatan apa, Mas?"

Pria itu mendekat. Gugup, kutarik tubuh mundur. Mas Riri malah semakin dekat. Oh, tidak! Aku sudah tak bisa mundur lagi. Punggung sudah menempel pada dinding. Kulihat tatapan matanya berkilat-kilat. Tak ada seulas pun senyum di bibir, membuatnya tampak mengerikan. Seperti mau menerkamku saja.

"M-Mas ... mau apa?"

Tanpa menjawab, tangan dengan benda hitam berdetak di pergelangan itu terulur ke kepalaku. Dadaku berdebar bukan main. Mau apa dia?

"Ada kotoran di jilbabmu," ucapnya seraya menunjukkan secuil kotoran di tangannya.

Huuufftt. Kupikir mau aneh-aneh.

"Mas, ini sudah hampir ashar. Sebaiknya Mas Riri segera shalat. Nanti keburu kehabisan waktu."

Ia berdehem sebentar lalu menarik tubuhnya menjauh.

Ranjang PengantinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang