Chapter 8. Can I hug you?

29 2 0
                                    

"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Jangan pikirkan omongan orang lain. Toh, juga kamu gak minta makan dari orang lain juga kan?"

"Oh nama gue, Lintang Bargantara. Panggil aja Lintang ganteng sedunia." tengil Lintang.

"Itu sih mau lo kampret." ledek Lea sewot.

"Bercanda Leaa,"

"Btw, lo kok malam-malam kayak gini diluar rumah sih? Gak takut apa, gak baik lho cewek diluar rumah malem-malem." Nasehat Lintang.

Seketika rupa Lea yang tadi sewot menjadi sayu.

Ia teringat memori kejadian yang tadi ia alami saat tadi sore.

"Privacy gue." ujarnya dingin.

"Oh,oke."

Lalu berakhir,

Canggung.

"Kalo lo butuh tidur, lo bisa tidur kok di kamar gue." ujar Lintang ramah.

Kemudian Lea pun mendelik.

"Maksud gue, lo bisa tidur di kamar gue. Nah kalo gue di kamar sebelah." ujar Lintang hati-hati.

"Nih cewek kok sensi amat sih? Lagi pms kali ya?" gumam Lintang.

"Oh, gak usah. Gue takut ngerepotin lo sama bonyok lo." tolak Lea.

"Gapapa Lea. Bonyok gue baik-baik kok. Gak ganas sama sekali. Malah dia seneng liat lo." Ujar Lintang sedikit maksa.

"Yaudah kalo lo maksa. Gue mau deh. Makasi ya." ucap Lea tersenyum manis.

"Gila! Senyumnya bikin hati gue adem. Bikin salting nih cewek." gumam Lintang tak jelas.

"yaudah. Kuy kerumah lo." seru Lea.

"Kuy!"

💅💅💅


"Assalamualaikum Bunda, Ayah." salam Lintang.

"Waalaikumsalam, Lintang kok jam segini kamu baru pulang? Habis balapan lagi ya? Dikurangi dong Tang, Bunda takut Lintang kenapa-napa." khawatir Bunda Lintang yang namanya Hanum.

"Lintang. Gapapa kok Bun. Nih masih disampung bunda yang cantik ini." ujar Lintang sambil memeluk Hanum

"Lintang enak ya punya Bunda yang care sama anaknya. Sedangkan gue? Diperhatikan dirumah aja gapernah, apa lagi dikhawatirin? Sangat-sangat impossible!" ujar Lea dalam hati.

"Ayah kemana bun?" tanya Lintang.

"Tuh, dikamar. Udah ngorok dari tadi." ujar Hanum agak sebel.

"Oh,"

"Oiya Bun,tadi Lintang ketemu sama cewek di halte. Nah ini namanya Lea. Sementara dia nginep dulu dirumah kita. Gapapa kan bun?" tanya Lintang.

"Tentu. Bunda malah seneng banget punya temen buat ngobrol dirumah. Gak kaya Lintang, kalo habis pulang dari sekolahan nge-ps aja sama ayahnya. Punya hobi yang bareng pula." ujar Hanum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Oh ya nama bunda Hanum. Panggil aja Bunda Hanum atau Bunda." ujar Hanum.

"B-Bun-Bunda." ujar Lea malu-malu.

"Nah iya kayak gitu." Seru Hanum.

"Iya Bunda, tapi Lea boleh gak peluk Bunda sekali aja?" harap Lea.

"Tentu boleh dong, beribu-ribu kali aja boleh. Anggep aja Bunda ini ibu kedua kamu ya." ujar sambil merentangkan tangan.

Lea pun langsung menyambar tangan Hanum dan memeluknya. Ia butuh pelukan dari seorang ibu.

Jika bukan ibunya, mungkin bisa saja Bunda Lintang kan?

"Gue aja udah beberapa tahun udah gak dipeluk Ibu kaya gini, terimakasih Tuhan. Bunda Hanum bisa menjadi motivasi Lea untuk tetep menjaani hidup. Tuhan terimakasih telah menjadikan Bunda Hanum menjadi penyalur motivasi Lea." ujar Lea dalam hati.

Halo gaes.
Terimakasih udah baca.

Tbc

Salam,
@galantisayang



ARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang