Aku sudah terlanjur kecewa.
Lalu, kamu mau apa?📖📖📖
Hari ini adalah hari kedua masuk sekolah di tahun ajaran baru. Dan, hari ini juga adalah hari yang menyenangkan untuk sebagian besar siswa-siswi SMA Nusa Bangsa, karena pada hari ini tidak akan dilaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal itu dikarenakan akan ada rapat guru.
Meskipun telah diumumkan bahwa mereka harus pulang sesuai jam yang telah ditetapkan, namun tidak sedikit siswa yang sudah pulang duluan. Kata mereka, "Buat apa di sekolah kalau tidak belajar?".
Pagi ini, Revan memilih untuk menghabiskan waktunya di kantin. Kalau sampai ia pulang lebih awal, Rahel pasti akan membentaknya habis-habisan.
"Muka lo kenapa, Van?" tanya Figo, teman sekelasnya juga.
"Berantem sama Dino," jawab Revan.
Figo duduk tepat di depan Revan yang sedang memainkan ponselnya. "Seriusan?"
"Gak lah!"
"Capek ngomong sama lo."
"Ya, udah. Kalau capek, gak usah ngomong sama gue. Simple, 'kan?"
Ponsel Revan bergetar. Saat ia menatap layar ponselnya, nama Raffi muncul dengan jelas di layar ponselnya.
"Kenapa, Fi?"
"Van, lo bisa ke basecamp, gak?"
"Ada apa?" Revan jadi ikut khawatir saat mendengar suara Raffi yang terdengar ngos-ngosan.
"Rimba nyerang kita, Van!"
"Apa? Kok bisa?"
"Ini semua karena Bagas yang keluar dari geng mereka, terus gabung geng gue."
Revan mengacak rambutnya frustasi. "Lagian lo ngapain sih bikin geng motor? Udah tahu resikonya apa."
"Jangan dulu salahin gue! Ke sini aja, bantuin. Di sini cuma gue sama Bagas."
"Oke, gue ke sana sekarang."
Tut.
Revan segera memasukkan ponselnya ke saku celananya, kemudian bergegas keluar dari dalam kantin.
Langkahnya terhenti saat berpas-pasan dengan Rahel tepat di depan kantin. "Hai, Sayang."
"Kamu mau ke mana?" tanya Rahel dengan kedua alis yang saling bertaut.
Jawab apa nih? Revan membatin. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Pasti Rahel tidak akan mengizinkannya jika ia harus jujur.
"Pulang," jawab Revan sambil tersenyum.
"Kelihatan banget kalau bohong," kata Rahel sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.
Revan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kamu mau ke mana?" tanya Rahel lagi, dengan tatapan mengintimidasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Rahel
Teen Fiction[SELESAI-Sekuel He is Revan] Ketika hati dan pikiran mempunyai pendapat yang berbeda tentang arti sebuah kepercayaan. Revan percaya kalau Rahel benar-benar mencintainya dan Rahel percaya bahwa sikap Revan akan berubah. Sebenarnya sesederhana itu. Ta...