WARNING!
↓
Sebelum membaca chapter terakhir She Is RAHEL, disarankan untuk membaca bagian terakhir chapter sebelumnya (chapter 40). Semoga feel-nya dapet :)~ H A P P Y R E A D I N G ~
Kenapa harus pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal?
***
"Revan Sayang, bangun ... a-aku mohon." Rahel mengatakan itu sambil mengusap sebelah pipi Revan.
Masih juga tidak ada respon dari Revan. "Revan S-sayang ... please, bangun. Kamu yang bilang sendiri gini caranya. Aku mohon, buktiin ke aku kalau ini memang caranya."
Raffi yang melihat usaha Rahel itu langsung meneteskan air mata. Seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya, sehingga membuat dadanya terasa sakit.
Tanpa mereka sadari, setetes air mata mengalir dari mata Revan. Tidak ada yang melihat hal itu, termasuk Rahel.
Gadis itu masih menangis, lantas mencium kening Revan sesuai perkataan pemuda itu beberapa waktu yang lalu. Setelah mencium kening Revan, Rahel kembali berbisik, "Aku belum siap dengan perpisahan, Revan. Sayang, please, bangun ...."
Tidak lama setelah Rahel mengatakan itu, ada sesuatu yang membuat Pak Ardi terkejut. Jari telunjuk tangan Revan sebelah kiri bergerak sangat pelan. Pak Ardi mengamati baik-baik pergerakan itu.
"Raffi," panggil Pak Ardi.
"Kenapa, Om?"
"Panggil Dokter."
"Om, sa-saya belum ikh—"
"Panggil Dokter, cepetan!" potong Pak Ardi bernada tegas.
Raffi mengangguk pasrah, lantas keluar dari ruangan itu untuk memanggil dokter. Sesungguhnya Raffi belum siap melepas kepergian Revan, karena mengingat ia belum sempat baikan dengan sahabatnya itu.
Rahel masih terus menangis, tanpa menyadari sudah ada respon dari Revan. "Sayang ...."
Senyuman Pak Ardi mengembang saat melihat mata Revan perlahan terbuka. Ia beralih menatap Rahel yang masih menangis dalam pelukan Revan.
"Ba-bangun ...," lirih Rahel.
"U-dah."
Gadis itu berhenti menangis. Ia menatap wajah kekasihnya itu yang sudah dalam keadaan membuka mata.
Rahel segera menegakkan badannya bersamaan dengan Pak Ardi yang tersenyum bahagia. "Om?" Rahel menatap Pak Ardi.
Pak Ardi mengangguk. "Keajaiban."
Kini gadis itu menatap ke arah Revan bersamaan dengan Raffi dan dokter yang baru saja memasuki ruangan. Langkah Raffi melambat saat melihat mata Revan sudah terbuka.
"Silakan keluar, biar saya periksa dulu," ujar dokter.
"Ayo, kita keluar dulu." Pak Ardi merangkul tubuh Rahel untuk membawanya keluar. Raffi pun mengikuti mereka.
"Om, tadi Revan ... ngomong. Om dengar, 'kan?" tanya Rahel. "Revan udah buka mata, Om. Revan udah bangun!"
"Iya, Rahel, iya. Revan diperiksa dulu sama dokter."
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Rahel
Novela Juvenil[SELESAI-Sekuel He is Revan] Ketika hati dan pikiran mempunyai pendapat yang berbeda tentang arti sebuah kepercayaan. Revan percaya kalau Rahel benar-benar mencintainya dan Rahel percaya bahwa sikap Revan akan berubah. Sebenarnya sesederhana itu. Ta...