Jika dengan aku tersenyum bisa membuat kamu bahagia, maka aku akan melakukannya setiap detik sampai kamu tidak memiliki alasan untuk tidak bahagia.
📖📖📖
"Apa salahnya lo dengerin kata-kata gue? Ini semua buat kebaikan lo!" tegas Raffi.
"Kebaikan apa? Lo kalau ngomong yang jelas, dong. Gue gak ngerti."
Belum sempat Raffi menjawab pertanyaan itu, Revan bisa melihat dengan jelas kalau Rimba tiba-tiba menusuk sahabatnya itu dari belakang.
"Raffi!" teriak Revan.
"Semua sudah terlambat, Revan," ucap Rimba kemudian tertawa sangat keras.
"Enggak!" Nafas Revan memburu. Keringat dingin tiba-tiba membasahi tubuhnya.
"Cuma mimpi." Revan berusaha menormalkan nafasnya. "Apa maksud mimpi itu?"
"Revan, buka pintunya!" Suara berat milik Pak Ardi berhasil membuat Revan sadar. Ia turun dari tempat tidurnya, lalu membuka pintu kamar sesuai perintah ayahnya.
"Kamu kenapa teriak-teriak?" tanya Pak Ardi.
"Mimpi buruk," jawab Revan, jujur.
"Ya sudah. Siap-siap, ya. Temenin Papa joging."
Revan mengangguk menyetujui. Ia kemudian bersiap untuk menemani ayahnya joging, mumpung hari ini adalah hari libur. Tapi, bagaimana dengan mimpi itu? Semuanya seakan berkaitan dengan ucapan-ucapan Raffi sebelumnya.
***
Rahel mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu ia menoleh ke arah samping. Kedua alisnya saling bertaut saat tidak mendapati Mira tidur di sampingnya.
"Mir?" panggil Rahel seraya mengubah posisinya menjadi duduk di atas kasur. Ia mengusap wajahnya, kemudian melirik jam dinding yang ada di kamar Mira.
Betapa terkejutnya Rahel saat tahu kalau ini sudah jam 8. Baru kali ini Rahel bangun terlambat, meskipun hari libur. Karena biasanya, Rahel sudah memasang alarm untuk bangun lebih awal agar bisa membantu Bi Ana menyiapkan sarapan pagi.
Buru-buru Rahel keluar dari kamar Mira. Gadis itu menuruni tangga dengan cepat.
"Good morning, Rahel," sapa Mira sembari menyiapkan sarapan pagi untuknya dan Rahel.
Rahel tersenyum sambil mendekati Mira. "Lo kenapa gak bangunin gue? Gue jadi gak enak karena gak bisa bantuin," kata Rahel.
"Udah, duduk aja, terus cicipin nasi goreng spesial ala Mira."
Setelah menghembuskan nafas pelan, Rahel mengikuti ajakan Mira untuk duduk dan mencicipi masakannya. Rahel mengucapkan doa, lalu segera menyantap makanan buatan sahabatnya itu yang sudah tersaji di atas meja.
"Gimana? Enak?" tanya Mira saat melihat Rahel menyantap masakannya dengan lahap.
Rahel mengangguk mantap. "Gue baru tahu kalau lo jago masak."
"Makanya lo sering nginap di sini," ucap Mira sambil ikut menyantap masakannya sendiri.
"Bakalan sering deh mulai sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Rahel
Teen Fiction[SELESAI-Sekuel He is Revan] Ketika hati dan pikiran mempunyai pendapat yang berbeda tentang arti sebuah kepercayaan. Revan percaya kalau Rahel benar-benar mencintainya dan Rahel percaya bahwa sikap Revan akan berubah. Sebenarnya sesederhana itu. Ta...