I want a little bit of California, with a little bit of London Sky. I wanna take my heart to the end of the world, and fly away tonight.
"Kita sudah sampai. Ayo bergegas!"
Kami berlari menuju gedung besar itu. Sesampainya kami didalam, kami terdiam sejenak. Woah, begitu banyak poster-poster group band luar negeri seperti; The 1997, Arctic Monkey, Skid Row, All Time Low, A Day To Remember, R5, Halestorm, Avenged Sevenfold, dan masih banyak lagi. Ini benar-benar heaven; aku berharap kamar tidurku dirumah, ya, seperti ini—full of bands poster, woah. Ada juga poster Nick Jonas—my ex, Shawn Mandes, Jack U, Taylor Swift, Tove Lo, Ariana Grande dan masih banyak lagi. Repeat. Holly shit!
"Ada yang bisa saya bantu?" Seorang wanita kurus berpakaian anak kantoran dengan lipstik merahnya yang norak dengan wajah yang sok imut mengagetkan kami. Entah kenapa, wanita itu sedikit mirip dengan Clarissa. Sepertinya, wanita itu terlihat 7 tahun lebih tua daripada kami.
"Kami ingin mengumpulkan video kontes "5 Seconds Of Summer: The New Broken Scene."
"Mohon maaf, pengumpulan videonya sudah ditutup sejam yang lalu." Kami kaget, astaga. Are you fucking kidding me?
"Yang benar saja? Setahu kami pengumpulan terakhir adalah besok. Tetapi, kenapa bisa sejam yang lalu?"
"Ah bercanda." Jessy menambahkan.
"Terjadi perubahan tadi pagi. Kemana saja kalian?" Jawabnya.
Well, sudah beberapa hari ini kami tidak membuka internet sama sekali. You know, kami disibukkan dengan pembuatan project. Lagi pula, wi-fi tetangga Jessy sudah tidak bisa diakses lagi, mereka sudah tahu jika selama ini Jessy selalu menggunakannya. Lol.
"Tidak bisakah kami diberikan kesempatan? Begini, kami datang jauh-jauh kemari hanya untuk mengumpulkan ini." Aku menyodorkan flashdisk-ku.
"Yang menyuruh kalian datang kemari siapa? Kenapa kalian tidak mengumpulkannya lewat E-mail saja? Mungkin kalian tidak akan menyesal datang kemari." Jawabnya. Well, aku mulai tidak suka dengan orang ini. Memang sudah dari awal melihatnya, sebenarnya.
"Bitch please. Ini bukan kontes main-main. Ini adalah kesempatan besar kami untuk bertemu mereka. Tolong kami."
"Maaf. Saya tidak bisa membantu. Sudah saya bilang, pengirimannya sudah ditutup sejam lalu, keputusan tidak bisa diganggu gugat."
"Tolong kami, kali ini saja, kami mohon."
"Itu pintu keluar, silahkan. Atau, saya akan memanggil petugas keamanan untuk membawa kalian keluar."
Panic. Panic. Panic. Panic.
Aku dan Jessy sudah kehilangan kesabaran. Ingin sekali aku menjambak rambutnya dan sesekali meninjunya. Apa boleh buat, petugas keamanan yang bertubuh sok kekar ini sudah menjemput kami.
"Ayo, keluar!" Damn it! "Kalian mengganggu kenyamanan disini."
Kami hanya ingin mengumpulkan video ini, ini saja. Kami tidak sama sekali menganggu. Aku mulai lemas, harapan-pun hilang. Kami mulai berjalan mendekati pintu keluar, rasanya our soul masih tersangkut disana—tidak mau pergi.
"Tunggu! Ada apa ini?" Terdengar suara seorang lelaki, yang spontan mengagetkan kami. Petugas keamaanan mulai berhenti menyeret tangan kami berdua.
"Kedua anak itu, menganggu disini." Kata si wanita itu. Aku benar-benar membencinya, Jessy juga, ya.
"Kami hanya ingin mengumpulkan video kontes 5 Seconds Of Summer. Kami tidak tahu jika ada perubahan." Kata kami spontan kepada orang itu, orang yang menghentikan petugas keamanan menggiring kami keluar. Aku melihat tanda pengenalnya di sebelah dada kirinya, namanya Andy. Dia menggunakan baju kaos putih dengan bertuliskan The New Broken Scene, dengan celana panjang jeans hitam dan dengan sepatu converse-nya. Aku tebak, dia masih berumur 23 tahun, lah.
"Ya, tetapi pengumpulan videonya sudah berakhir." Katanya dengan wajah tenang.
"Tolong kami, pak. Ini adalah kesempatan besar kami untuk bertemu mereka. Ini adalah impian kami sejak dulu. Kami mohon." Kami menangis memohon sambil berlutut. God, help us kali ini saja.
"Kalian berasal dari mana? Sudah hentikan ini!"
Aku dan Jessy mulai berdiri. Well, masih menangis. Lol.
"Kami dari Bali."
"Kenapa kalian tidak mengirimnya lewat E-mail saja? Kalian mungkin tidak akan repot datang jauh-jauh kemari." Jelasnya sambil melihat jam tangannya yang berwarna hitam itu. Ini sudah pukul 5 sore.
"Kami takut nantinya video kami tidak akan terlihat karena begitu banyaknya kontestan lainnya."
"Baiklah. Ikut saya ke ruangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Between Reality [COMPLETED]
FanfictionDua penggemar akut sebuah band ternama dari Australia, yang akan mewujudkan mimpi mereka untuk terbang ke Los Angeles. Akankah mereka bisa melewati rintangan yang menghadang didepan mereka?