Persiapan. Semua harus siap. Band merch. Be ready.
Kami sudah siap. Sangat siap.
Pukul 7 pagi, kami sudah berangkat menuju Universal Musik Studio, kali ini orang tua kamilah yang mengantar kami. Aku melihat Andy duduk di tangga bagian depan gedung itu disaat mobil ayahnya Jessi mulai memasuki area Universal Musik Studio, sepertinya dia menunggu kami. Kami sangat bersemangat hari ini!
Aku mulai menghampirinya, sedangkan Jessy sedang mengeluarkan barang-barangnya dibagasi mobil, dia cukup membawa barang bawaan yang sangat banyak. "Hello, Andy." Sapaku. Dia tersenyum lalu berdiri, dan memandangku.
"Hai, Lin. Kali ini, aku mengatakan kalimat yang pantas untuk orang yang sedang berbahagia hari ini, selamat atas kemenanganmu dan juga Jessy. Aku turut bahagia." Dia mengulurkan tangannya, kita berjabat tangan. Tangannya lembut. Tapi, aku rasa lebih lembut tangannya Ashton.
"Terima kasih, Andy. Ini semua juga berkat kamu."
"Sama-sama Linda, ayo kita masuk. Kalian perlu melengkapi registrasi pemenang. Ayo." Dia meraih tanganku, dan mengajakku masuk kedalam. Andy, tanganmu. "Tunggu." Aku melepaskan pegangannya. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud." Katanya lalu melepaskan tanganku dari genggamannya. "Aku perlu menunggu Jessy terlebih dahulu." Kataku.
"Tunggu aku, dork!" Teriak Jessy.
Setelah menunggu Jessy, kami masuk dan wainta itu tidak terlihat lagi. Dia sepertinya mempunyai hari yang buruk kali ini, sama seperti adiknya dan kekesalanku akhirnya terbalaskan juga pada akhirnya. Suasana yang aku rasakan pada hari ini sangatlah berbeda. Aku sangat senang, sebentar lagi mimpiku akan terwujud dan aku juga senang, karena pagi yang cerah ini, tangan Andy menyentuh tanganku. Entah kenapa, rasanya aneh. No way!
Kami mulai mengisi registrasi pemenang, sehabis itu kami akan pergi ke airport bersama yang lainya, yang tergabung dalam kru The New Broken Scene di Universal Musik Studio. Aku bersyukur, Andy ikut. Sesampainya di Airport, kami mulai berpamitan dengan orang tua kami masing-masing. Aku memeluk ayah dan ibuku.
"Lin, apakah ayah boleh ikut bersamamu?" Kata ayahku. ibuku tertawa, "Sudah Lin, jangan hiraukan ayahmu itu. Jaga dirimu baik-baik disana. Ibu bangga padamu." Aku memeluk mereka kembali, "Jika ayah ikut denganku, ayah akan menyusahkanku saja." Aku tertawa. "Tega sekali kamu." Balas ayahku. "Bercanda ayah. Suatu saat nanti kita akan pergi kesana bersama. Aku sayang kalian, doakan aku." Aku mulai berjalan menuju lift dan juga Jessy. "Jangan lupa oleh-oleh khas California, sayang." Kata Ibunya Jessy berteriak. "Ya sayang, jangan lupa juga." Kata ayahku. God, I am gonna miss them and home.
"Jes, siap untuk something big?" Aku berjalan berbarengan dengan Jessy sambil menaruh tangan kananku dipundaknya. Ashton, just waiting for me.
"Always." Balasnya.
Sesampainya di dalam pesawat, aku memilih duduk diseat no 3 dari depan sebelah kanan dan duduk didekat jendela pesawat. Sebelumnya, aku sempat berdebat dengan Jessy masalah tempat duduk, tetapi ini tidak ada gunanya sama sekali, karena, toh hari ini adalah hari besar kami. Apa yang kami tunggu-tunggu selama ini akan menjadi kenyataan.
"Okay, kali ini you are my queen. Nevermind, I am gonna meet Calum, holly hell. No!" Kata Jessy.
Aku menatap jendela kecil pesawat terbang yang sedang kami naiki ini. Pemandangan yang sangat indah yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya, this is real—God created the world out of nothing, and also as long as we are nothing, He can make something out of us. – Martin.
Aku melihat Andy, dia juga duduk diseat no 3 yang sejajar dengan kami, disamping sebelah kiri, dekat dengan Jessy.
Andy menoleh.
"Oh, Hi, Pak." Sapa Jessy dengan mulai memperlihatkan senyumannya, aku rasa dia Fake Smile. Peace.
"Hi. Just Andy." Dia membalas senyum Jessy. Astaga, senyumnya.
"Oh, maaf, Andy." Balas Jessy yang kini mulai membuka Novel yang dia bawa berjudul Lucid. Perjalanan ini mungkin akan sangat lama. Aku tidak membawa apa-apa untuk sekedar menghabiskan waktu didalam pesawat ini, ponselku ada didalam tas, semuanya ada disana. Oke, kecuali aku membawa iPod. Aku mendengarkan lagunya Ok Go yang Shooting The Moon; I really feel calm. Aku mulai menengok Andy, dia tersenyum. Dan, seketika itu juga aku membalas senyumannya.
"Ciye. Ini seperti difilm-film ya."
"Apaan sih, bukan." Aku mulai menutup buku yang Jessy baca dan memukul kecil lengannya. Bukan, ini bukan seperti difilm-film, ini ya seperti sekarang.
Aku melihat Andy tertawa kecil dan mulai memejamkan matanya. Aku juga melakukan hal yang sama, berharap mimpi-mimpi tentang Ashton selama ini yang tersimpan di memori otakku, akan segera muncul kembali dan ketika aku membuka mataku, semuanya akan menjadi kenyataan.
I want a little bit of California, with a little bit of London Sky. I wanna take my heart to the end of the world, and fly away tonight
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Between Reality [COMPLETED]
FanficDua penggemar akut sebuah band ternama dari Australia, yang akan mewujudkan mimpi mereka untuk terbang ke Los Angeles. Akankah mereka bisa melewati rintangan yang menghadang didepan mereka?