Bab 24. Sorry, I Love You

3.8K 575 19
                                    

Honey menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis berpipi tembam itu senyum-senyum teringat tentang pertemuannya dengan Galuh. Tadi, lelaki itu memperlakukannya dengan sangat baik. Tidak hanya mengelus kepalanya dengan lembut, Galuh juga membukakan pintu saat dia turun dari mobil. Bahkan mengantarnya sampai depan pintu. Dia sudah merasa seperti tuan putri saja.

Honey beranjak dari depan meja hias, berjalan menuju kasurnya. Direbahkan tubuhnya di kasur lalu memejamkan mata, membayangkan kembali momen-momen menyenangkan yang tadi dialaminya. Lamunannya sirna ketika Sindy memanggil, dia pun bergegas keluar kamar.

"Ad—"

"Honey, beneran si panu atau kutu air itu adalah sahabat dari Leo?" todong Sindy membuat Honey tidak sempat menyelesaikan perkataannya.

"Namanya Galuh, Bun," ralat Honey.

"Galuh? Bukannya F?" tanya Sindy heran. "Kamu ganti pacar?"

Honey menggeleng pelan.

"Nggak, kok. Galuh adalah nama asli dari F, Bun,. Kan, waktu itu sudah Honey jelaskan sama bunda," terang Honey.

"Sudah aku duga. Mustahil manusia nama aslinya cuma terdiri dari satu huruf saja," kata Sindy sambil mengangguk-angguk.

"Bun, sudah Honey jelaskan dulu. F cuma nama inisial."

"Bodo ah," sahut Sindy tidak peduli.

"Lalu? Bunda tahu dari mana kalau Galuh itu sahabatnya Leo?" tanya Honey heran. Dia merasa belum mengungkapkan itu pada Sindy. Bahkan dia baru tahu soal itu hari ini.

"Hartono yang bilang. Tadi si panu itu bilang langsung padanya. Dia itu nggak kenal rasa takut ya? Kok berani-beraninya langsung ngomong gitu ke Hartono?" omel Sindy. Wanita itu tidak habis pikir dengan keberanian Galuh yang bisa dibilang nekat.

Honey hanya tersenyum tipis. Takjub.

"Ngapain senyum? Itu bukan hal yang harusnya menyenangkan, Honey. Dia itu sudah mirip preman beneran, lho," delik Sindy sebal.

"Bukan preman, Bun. Bad boy," ralat Honey.

"Masa bodo. Bagi Bunda, dia tetap preman. Jangan dekat-dekat dia," larang Sindy.

"Nggak mau, Bun. Honey dan Galuh kan pacaran, ya pasti deketan," tolak Honey.

Sindy menghela napas panjang."Kamu ini, dinasehati juga susah. Apa yang kamu lihat dari lelaki kere dan kurang ajar begitu? Sudah ada Leo yang jelas kaya dan lelaki baik-baik, malah kamu abaikan. Otakmu bermasalah?"

"Otak Honey baik-baik saja, Bun," sanggah Honey. "Lagipula, untuk bisa bersama Galuh, Honey sudah berkorban sangat besar."

"Berkorban sangat besar?" ulang Sindy heran.

"Pokoknya Honey nggak akan putus, Bun," ujar Honey menegaskan.

"Kamu ini, jadi anak, kok, keras kepala banget. Turunan dari siapa, sih?" decak Sindy sambil menggeleng.

"Papa," jawab Honey yang membuat Sindy berekspresi datar.

"Kamu sudah ketularan virus menyebalkan dari pacarmu huh?" sindir Sindy.

Honey hanya tersenyum geli."Nggak kok, Bun," bantahnya. "Galuh baik, kok, Bun. Bunda belum kenal aja."

"Emang, kamu sudah pernah bertemu keluarganya?" tanya Sindy penasaran.

Honey menggeleng pelan. "Belum, sih. Kalau ketemu, Bunda mau merestui?"

Sindy segera menggeleng cepat. "No."

"Lantas, kenapa bunda ingin tahu?"

"Kamu itu harus tahu latar belakang keluarganya, Sayang. Itu penting," tekan Sindy.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang