Bab 16. Lie to Me

4.1K 666 50
                                    

Rumah sakit Medika Tangerang BSD terlihat cukup ramai. Rumah sakit berlantai tujuh tersebut tampak megah, di ruang tunggu lantai dua, Galuh duduk dengan kepala tertunduk. Di sampingnya juga ada Han. Walau begitu, saat ini dia ingin berdamai dengan hatinya sehingga tak lagi ingin membenci siapapun, termasuk Han.

Galuh mengambil handphone dari saku celananya, ingin mengabari Mafty, kalau mungkin dia terlambat atau tidak pulang hari ini. Dia tertegun mendapati pesan masuk dari Honey. Gadis itu mengajaknya bertemu.

Galuh terlihat bimbang untuk memilih antara mengiyakan atau menolak. Akan tetapi, jika memang hal itu mendesak, tentu tidak bisa mengabaikan hal itu begitu saja. Walau begitu, dia tidak tahu, apakah bisa pergi menemui Honey atau tidak. Dia juga tidak tahu, apakah kehadirannya sekarang sesuatu yang benar atau tidak. Galuh kalut, bingung, dan sedikit linglung.

Galuh mengetikkan balasan setelah berpikir sejenak.

F

Aku akan menemuimu nanti malam sekitar jam 8 malam di Kafe Ikon.

Han memberitahukan kalau ayah Rena baru saja berpulang. Bertahun-tahun berjuang dengan penyakitnya, lelaki tersayang Rena tersebut pada akhirnya tidak selamat. Galuh tahu betul perasaan Rena, terutama betapa dekatnya dia dengan ayahnya. Gadis cantik itu bahkan meninggalkannya demi mendapatkan uang untuk biaya berobat ayahnya. Rasanya, berita yang dapat dipercaya saat Han mengatakan Rena berniat untuk bunuh diri setelah pemakaman ayahnya selesai. Gadis itu bahkan pingsan berkali-kali saat proses pemakaman. Kabar yang mengejutkan, tetapi Galuh masih merasa kehadirannya bukan jawaban untuk masalah ini. Namun, mengabaikan Rena, tentu bukan solusi.

"Gal."

Panggilan itu membuat Galuh segera memasukkan handphonenya ke dalam saku.

"Ya? Bagaimana?"

Han mengedikkan dagu, menoleh ke arah dokter yang sedang mendekat pada mereka berdua. Galuh segera berdiri, menyambut kedatangan Dokter itu.

"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Galuh.

"Apa Rena baik-baik saja?" Han juga mengajukan pertanyaan.

"Tenanglah, pasien sudah berhasil melewati masa kritisnya. Sekarang sedang tertidur karena obat. Kalian bisa masuk, tetapi tolong jangan membuat keributan yang dapat mengganggu masa istirahat pasien," jawab Dokter.

Han dan Galuh mengangguk mengerti.

"Baik, Dok."

Dokter itu pergi meninggalkan Han dan Galuh yang berdiri saling berhadapan.

"Kamu, jagalah Rena," kata Han.

"Heh?"

"Dia pasti akan lebih bahagia saat sadar, kamu yang ada di sampingnya, Gal," lanjut Han.

"Tapi—"

"Aku nggak apa-apa, Gal. Aku sudah memutuskan untuk melepaskan Rena," katanya dengan desahan lemah.

"Aku yang nggak bisa, Han," sanggah Galuh.

"Untuk?" Han menatap penasaran ke arah Galuh.

"Untuk bersama Rena." Galuh menghela napas panjang. "Aku punya Honey sekarang."

Han menatap kecewa, tetapi berupaya menepis perasaan itu.

"Temui saja, Rena. Setelahnya, itu urusan nanti," pinta Han.

Galuh tampak ragu.

"Aku mohon," imbuh Han membuat Galuh tidak punya pilihan. Dia punmengangguk mengiyakan. "Baiklah, untuk hari ini saja."

"Terima kasih."

Galuh tidak menjawab, hanya masuk ke ruangan di mana Rena dirawat. Sementara Han berdiri di tempatnya dengan senyum penuh luka.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang