Bab.4 D-Day

6.1K 897 122
                                    

Pupus harapan Honey. F yang diperkirakan adalah Fatah, ternyata bukan. Buktinya, lelaki itu sudah datang dengan menggandeng perempuan lain. Reuni yang ditunggu dengan gembira, mendadak terasa gelap gulita. Akan tetapi, Honey tidak mau mengecewakan dirinya maupun F yang dibelinya di situs. Lelaki itu sudah di perjalanan. Meskipun lelaki itu bukan Fatah, dia telah membelinya. Tidak ada kata mundur di medan perang.

Tidak mudah bagi Honey untuk datang ke reuni. Bukan karena status jomlo saja, melainkan teman-teman yang akan ditemui hari ini orang-orang yang sama dengan yang memberikannya luka sampai sekarang. Tidak pernah ada kata maaf dari para perisak, seolah apa yang dilakukan padanya adalah hal biasa. Entah Honey terlalu rapuh atau teman-temannya tidak tahu diri, Honey enggan memikirkannya lagi. Honey tidak ingin meminta banyak, cukup permintaan maaf dan pengakuan kalau dirinya bagian dari mereka,bukan sekadar mainan yang pantas dipermalukan karena penampilan dan perasaannya.

Saat SMA, berat badannya memang melonjak dratis. Terlebih, saat itu, Honey kehilangan ayah tercinta. Walau rasa kehilangan bukan alasan untuk menjalani hidup tidak sehat, sering bergadang, makan tidak terkontrol dan tidak berolahraga, tetap saja, tak ada alasan bagi orang lain menilai buruk dirinya hanya karena dia berukuran lebih besar dari anak sebayanya.

Walau tak pernah mengalami kekerasan fisik, hanya ledekan verbal, mendapatkan pengucilan dan ditatap dengan tatapan menusuk, membuat mental Honey sangat down. Jika bisa, dia tak ingin datang ke reuni sekolah hari ini. Akan tetapi, selama setahun dia telah berjuang menurunkan berat badan dan lebih percaya diri, dia tak bisa untuk tidak datang dan membuat semua perisak menertawakannya.

Reuni kali ini juga menjadi satu-satunya kesempatan baginya untuk menunjukkan pada perisaknya di masa sekolah kalau dia baik-baik saja dan hidup bahagia. Meski terbilang konyol, Honey tak peduli. Dia hanya ingin membalas sedikit dengan membuat shock orang-orang yang dulu menganggapnya tak akan bisa bahagia atau mendapatkan pasangan yang layak.

"Eh, Lebah, udah datang?"

Ledekan dengan suara cempreng itu membuat Honey menghela napas. Seperti dugaannya, itu adalah Laila. Again. Laila masih sama seperti dulu, nge-bossy. Dunia memang sempit, mereka selalu bertemu seolah takdir tidak ingin Honey melupakan masa lalu.

"Hai, Laila," sapa Honey mencoba untuk ramah,bahkan memberikan seulas senyuman kecil sebagai bonus.

"Lebah ganggu pemandangan, ngapain datang, sih?" sahut Laila sinis."Kamu belum sadar betapa pecundangnya dirimu, huh? Kenapa nggak ma ...."

"Lai." Teguran itu membuat Laila menghentikan ucapannya. Gadis itu menoleh pada laki-laki di sampingnya, pasangan Laila. Entah siapa namanya, Honey lupa.

"Ah, maaf, kebiasaan lama."

Honey sempat terkejut mendengar kata maaf begitu mudah diucapkan Laila pada orang lain, sedangkan padanya tidak pernah.

"Masuk aja, yuk," ajak laki-laki berkumis tipis itu mencoba menyudahi tindakan Laila.

"Oke," sahut Laila.

Keduanya berlalu pergi, meninggalkan Honey yang masih setia berdiri di depan pintu masuk untuk menunggu kedatangan F.

Sepuluh menit berlalu, tetapi F belum juga menunjukkan batang hidungnya.

"Honey." 

Panggilan itu membuat Honey mendongak, menatap sepasang kekasih yang sudah dikenalnya sejak SMA. Pasangan awet tanpa boraks yang rupanya masih bertahan sampai sekarang. Mereka adalah GJ, singkatan dari Genting dan Jojo.

"Kok, berdiri di sini? Nggak masuk?" tanya Jojo lantas mendekati Honey."Nggak ada pacar untuk dipamerkan ya?" Jojo tersenyum sinis. Perempuan cantik yang satu geng dengan Laila itu sepertinya juga belum berubah.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang