5. Chen's Love Story

72 8 27
                                    

🎼🎼🎼

"Jongdae!"

Suara melengking itu, aku mengenalnya. Aku berbalik dan... Benar, kan? Sudah pasti itu Serim. Aku tersenyum ke arahnya yang tengah berlari menghampiriku.

"Lain kali jangan berlari begitu. Aku kasihan kepada sepasang kaki pendekmu," ledekku.

"Hei, kau pikir kau juga setinggi apa?"

"Setidaknya lebih tinggi darimu, haha. Awh!!"

"Rasakan itu!" ketusnya setelah memukul kepalaku.

"Marah, ya?" godaku sambil merangkulnya. Dia hanya mencebik. Lihat, mulutnya seperti bebek. Tapi aku berani bersumpah kepada Tuhan bahwa aku menyukainya bagaimanapun dia, haha.

"Lupakan!" kesalnya, "Tapi nanti malam kau masih menyanyi di restoran itu?"

Aku mengangguk, "Seperti biasa, setiap hari Sabtu dan Minggu. Kenapa? Jangan bilang kau akan menontonku lagi?"

"Jelaslah, aku ini, kan, pengagum suaramu."

Kulepas tanganku yang melingkar di bahunya, "Jangan! Disana aku hanya bekerja, kan? Lagipula sampai larut malam. Kau ini wanita, akan bahaya kalauㅡ"

"Kau bisa mengantarku pulang seperti biasanya, kan?" potongnya. yang sialnya aku lemah dihadapannya. Aku hanya mengangguk setuju demi melihat senyumnya terukir indah.

🎼🎼🎼

Ya, aku hanya penyanyi part time di restoran elit. Aku mengambil part time menyanyi disana karena aku butuh uang untuk kuliahku. Aku bukan berasal dari keluarga berada, maka dari itu aku harus bekerja untuk mencukupi kebutuhanku. Terlebih aku kuliah di luar kota, jauh dari orang tua. Untung saja aku dikaruniai suara yang indah, jadi aku bisa menyanyi di restoran elit yang ya... Upahnya lumayan daripada part time di tempat lain.

Mereka bilang suaraku sangat indah, terlebih jika aku membawakan lagu ballad. Itu sebabnya aku selalu membawakan lagu-lagu ballad di restoran. Ditemani oleh alunan musik lembut, lampu temaram dan suaraku, dinner para pengunjung restoran akan terasa sangat romantis, bukan? Haha.

Ah, aku melihatnya. Benar, Moon Se Rim. Seperti biasa, dia duduk sendirian di meja terdekat denganku seraya menikmati suaraku. Aku sampai heran, sesuka itukah terhadap suaraku hingga rela ke restoran elit ini? Padahal aku bersedia bernyanyi untuknya kapanpun dia minta. Tunggu! Apa mungkin artinya dia menyukaiku juga?

Aku melempar senyum juga ke arahnya, tapi tidak jadi. Ya, karena dia sudah tidak lagi melihatku, melainkan bicara dengan Manajer restoran ini. Apa mereka saling kenal? Tampaknya seperti kawan lama. Ah, sial! Saking asiknya mengamati mereka hingga aku tidak fokus pada lagunya. Alhasil aku melakukan banyak improve disana-sini karena banyak salah lirik.

🎼🎼🎼

Serim menjerit kala aku menepuk bahunya. Haha, dia mungkin terkejut. Ah, lihat! Dia membalasku dengan cara memukul kepalaku. Dasar!

"Kenapa selalu memukul kepalaku? Ibuku berusaka mengeluarkannya sesempurna mungkin," protesku.

"Siapa suruh membuatku terkejut!" rengeknya. Ya... Ya... Aku yang salah, sih. Malam-malam begini membuat kaget wanita yang berdiri sendirian di depan restoran, haha.

"Kau menungguku lama? Maaf, tadi masih dipanggil olehㅡ"

"Santai saja. Bukan masalah besar, kok," potongnya, "Ayo pulang!"

Aku menurut. Berjalan ke halte bersamanya ditengah malam begini membuatku ingin menggenggam tangannya. Tapi kami hanya teman, aku takut dia berpikir yang tidak-tidak terhadapku. Sesekali aku mencuri pandang kearahnya. Sial! Dia memang cantik, tidak terasa tanganku terulur menggapai tangannyaㅡ

Love Story || EXO Edition [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang