8. Lay's Love Story

27 10 10
                                    

🌹🌹🌹

Kemeja putih bersih ini benar-benar membalut tubuhku dengan sempurna. Sebuah tuxedo hitam juga ingin merebut perhatian. Jangan lupakan setelan jas dan dasi kupu-kupu hitam yang membuatku semakin tampak berkharisma. Aku sangat siap untuk hari ini meskipun degup jantungku sangat tidak kooperatif.

Aku melangkahkan kaki dengan mantap memasuki gereja. Kulihat para tamu sudah berdatangan membuatku semakin berdebar. Ah, kurasa aku melupakan sesuatu. Ya, Heqiao, pengantin wanitanya. Kulebarkan langkahku agar segera menuju ruang riasnya. Aku sudah tidak sabar. Dia pasti cantik.

Kuketuk pintunya. Seorang perias membukakannya untukku. Aku tersenyum kala mendapati si cantik yang tengah dipasangkan tudungnya. Dia melihatku dari cerminnya. Dia pun tersenyum dan melambai.

"Aku boleh masuk?"

"Silahkan," sumringahnya, "Apa aku cantik?"

"Tak terdefinisikan," ucapku dilanjutkan decak kagum dariku juga. Jujur saja, aku tidak bisa mendefinisikannya. Dia bahkan lebih cantik bagai seorang dewi. Gaun pengantin putih yang dikenakannya pun masih kalah cantik dengan parasnya. Aku sangat beruntung hari ini.

"Kau melupakan sesuatu, ya?"

"Tidak," sanggahku. Lalu dia menunjuk ke arah dada kiriku. Ya ampun, bagaimana aku bisa lupa? Segera kurogoh saku celanaku dan mengambil boutonniére cantik itu. Kusematkan di bagian kiri jasku setelahnya.

"Kau tampan juga kalau serapi ini."

"Baru sadar, ya?" Aku tertawa melihatnya tertawa renyah juga.

Atensiku tiba-tiba tertuju pada jam dinding antik disana, "Sudah waktunya, aku masuk dulu, ya. Aku tidak sabar melihatmu berjalan di altar, hehe."

Dia terkekeh mendengarku dengan semburat merah mulai menghiasi pipinya. Dia malu ternyata.

Aku keluar dari ruangannya dengan melamun. Ya, itu terjadi tiba-tiba saja. Sebelum seorang pria membuyarkan lamunanku.

"Yixing, aku belum terlambat, kan?"

"Astaga... Di hari yang penting ini kau terlambat. Dasar! Ayo cepat masuk," kesalku seraya menyeretnya memasuki area altar.

Pria itu Shiyuan. Temanku juga, lebih tepatnya teman kami. Ya, kami bertiga saling mengenal sejak duduk di bangku sekolah menengah. Cukup lama, kan?

~flashback on~

Aku memandangi Heqiao yang tak henti-hentinya mengomel. Dia memarahi kami karena selalu saja menerobos taman yang jelas-jelas itu ilegal. Kami hanya tertawa menanggapinya, bagi pria seperti kami apalah arti ilegal.

"Jika kalian tidak mendengarku, maka aku akan berhenti bicara dengan kalian!"

Shiyuan tertawa, "Baiklah, kami minta maaf, ya."

"Kenapa hanya kau yang tidak minta maaf?"

"Karena aku suka melihatmu marah-marah. Terlihat makin cantik saja," ucapku seraya melakukan high five dengan Shiyuan.

"Dasar! Kau mau sampai kapan begini terus, ha!" Heqiao memukuliku dengan tangan kecilnya. Bukannya sakit, tapi aku makin tertawa dibuatnya. Ah, jangan salah... Lama-lama terasa sakit juga. Kutangkap tangannya seraya berkata, "Jika kau terus memukulku, maka kunikahi kau."

Pipinya langsung memerah. Bukan hanya itu, dia langsung melepaskan tangannya dari genggamanku. Mungkin mereka pikir ini bercanda. Tapi sebenarnya ini serius, hehe.

"Kau ini, bisa saja," kekeh Shiyuan seraya melihat Heqiao menjauhi kami.

"Tapi aku serius, haha."

Love Story || EXO Edition [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang