2

1.9K 258 125
                                    


Beberapa bulan berlalu, tapi keadaan hati masih sama begitu, tak ada seorang lain yang menau.  

Tiga orang gadis tampak sedang duduk lesehan diteras rumah, meski bukan termasuk teras yang mewah, tapi cukup menyejukan suasana yang mereka rasakan semilirnya sepoi angin menjelang sore.

Ditemani minuman segar juga beberapa cemilan, sudah hampir sejam berlalu dari waktu mereka melaui waktu untuk berbincang.

"Kasih, kamu ikut kita jugakan kuliah di Universitas yang sama?" tanya salah satu gadis pada Kasih.

"Gak deh Yul" balas Kasih.

Kedua sahabatnya langsung menatap bagai meminta jawaban lebih.

"Kalian taukan gimana keadaan keluargaku, aku gak mau terus-terusan membebani Ibu yang hanya sebagai tukang jahit" jelas Kasih.

Senyum terukir dibibirnya agar kedua sahabatnya tak mengasihaninya.

Ya memamg kedua sahabatnya sudah pasti tau akan hal itu, tapi mereka fikir Kasih akan tetap melanjutkan kuliah bersama mereka.

"Lalu kamu mau ngapain dirumah?" tanya gadis satunya.

"Aku mau kerja saja, ikut Pamanku yang jadi salah satu mandor diperkebunan Teh" balas Kasih.

"Didaerah perbatasan itu? kebun Teh terbesar itu?" balas gadis itu lagi.

"Iya Rumi" balas Kasih tersenyum.

"Kita bakalan jarang ketemu dong" timpal Yuli dengan raut sedihnya.

"Saat kita ada waktu libur bersamaan saja" balas Kasih.

Meski sejujurnya dirinya juga ingin seperti temannya meneruskan untuk kuliah, tapi apa mau dikata jika keadaan tak mengizinkan.

Terima tak terima nasib dirinya ya harus dijalani, yang sejak ditinggal oleh Ayahnya menjadi terbilang kurang segalanya, tapipun tetap harus bersyukur masih ada Ibu yang bisa menjadi pelipur hatinya.

Karna hingga kini tampaknya belum ada seorang lainpun yang mampu memasuki hati sunyinya.

*********

Seorang gadis dewasa dengan kaca mata hitam dan jaket denim yang terlihat cocok dibadannya,  tampak sedang berjalan dikebun Teh ditemani pria yang senantiasa setia disampingnya.

"Berapa pegawai baru yang mulai bekerja hari ini?" tanya gadis itu.

"Sekitar 22 orang Non" balas pria itu.

Masih saja memanggilnya dengan sebuatan yang sesungguhnya gadis itu tak suka, padahal sudah berulang kali diingatkan untuk memanggil nama saja, tapi laki-laki itu selalu menjawab dengan alasan yang sama.

"Pastikan mereka mau belajar dengan baik, karna memetik Teh juga tak bisa sembarangan" balas gadis itu.

"Kalau soal itu Non tak perlu khawatir" balas pria itu.

Keduanya terus melangkah menyusuri kebun yang sudah tampak ramai oleh para pekerja, karna kini melihat kebun juga pekerja secara langsung sudah termasuk menjadi rutinitas yang diharusnkan oleh Ayahnya.

Ntahlah sejak kapan gadis itu akhirnya mau atau lebih tepatnya terpaksa mau, tapi yang pasti sejak hari ini rasa terpaksanya akan terlenyap sirna, percayalah akan hal itu.

"Juna, setelah ini aku mau kerumah sakit, tapi kamu tak perlu ikut, tetap disini saja melihat keadaan" pinta gadis itu.

"Gak bisa gitu dong Suri, aku harus ikut denganmu" balas Juna.

"Aku hanya sebentar dirumah sakit karna setelahnya aku ada urusan lain" balas Suri.

"Justru itu aku harus ikut, karna Bapak memperkerjakanku jugakan untuk selalu menjagamu" balas Juna kekeh.

Pelangi Di Batas Kemarau (GxG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang