Udara malam cukup dingin terasa menelusup pada tubuh Kasih yang sedang berbaring diranjangnya, meski Pamannya tak berbicara apapun pada dirinya tapi ucapan tadi sore itu masih menjelajah fikirannya.Berbagai terkaan silih berganti singgah meski belum satupun jadi keyakinannya, Kasih dibuat tak nyaman akan ucapan Pamannya.
Mungkin memang benar jika dirinya tak boleh terlalu dekat dengan Suri, tapi bukannya memang tak ada kedekatan hanya pertemuan-pertemuan tanpa sengaja yang terjadi, setidaknya begitulah pemikiran Kasih.
Lalu apa yang Pamannya khawatirkan, jika dirinya saja tak terfikir ataupun berkhayal dekat dengan anak pemilik Kebun Teh tempatnya bekerja, apalagi Dia seorang perempuan sama sepertinya.
Disatu sisi Kasih berfikir jika Pamannya berlebihan, tapi disisi lain dirinya membenarkan memang tak baik bila dilihat pekerja yang lain.
Ntah berapa lama Kasih terus terfikirkan akan hal itu, hingga kantuknya membuatnya terlelap dengan sendirinya melalui malam yang cukup panjang.
Sampai dipagi yang mulai menyapa, Kasih begitu rajinnya untuk meyudahi menutup mata, karna saatnya untuk membukanya memulai lagi aktivitas seperti biasanya.
Setelah selesai dengan semua yang harus dilakukannya dirumah, kini Kasih terlihat sudah siap untuk berangkat menuju Kebun Teh bersama Pamannya.
Keduanya tampak melangkah santai meninggalkan pelataran rumah kecil itu, tapi baru saja beberpa langkah dijalan klakson Sepeda Motor membuat langkah Paman juga Keponakannya terhenti.
"Selamat pagi Pak Mardi" sapa seorang Pria yang tampak seumurannya.
Terlihat turun dari boncengan Sepeda Motor itu.
"Pagi Pak Heri" balas Pak Mardi ramah.
Pak Heri tampak memperhatikan Kasih sejenak lalu tersenyum pada Pak Mardi.
"Pak, ini keponakan Saya yang baru beberapa hari bekerja" beritau Pak Mardi seperti tau arti tatapan Pak Heri.
Pak Heri tersenyum ramah pada Kasih sambil mengulurkan tangannya, Kasih tentu membalas dengan sopan.
"Juna, sini kenalan dulu sama Keponakan Pak Mardi" panggil Pak Heri pada anak lelakinya.
Arjuna turun dari Sepeda Motor menghampiri mereka.
"Kebetulan Juna dan Kasih sudah beberapa kali bertemu" beritau Juna.
Memang begitu adanya, sehingga menurutnya tak perlu lagi berkenalan meski merekapun belum pernah berkenalan tapi setidaknya taulah.
"Wah ternyata sudah saling mengenal" balas Pak Heri tertawa padahal tak ada yang lucu.
Juna tersenyum menimpali tawa Bapaknya, begitupun dengan Pak Mardi, Kasih mau tak maupun tersenyum.
Ntah mengapa Juna tampak beberpa kali seolah mencuri pandang pada Kasih, apalagi saat gadis itu tersenyum tadi.
"Karna kalian sudah saling kenal, sekarang berangkat duluan saja sana berdua, biar Bapak jalan sama Pak Mardi" perintah Pak Heri pada Juna juga Kasih.
Keduanya tampak terkejut saling pandang, Kasih terlihat menggeleng samar, tapi jelas itu sebagai pertanda jika dirinya tak mau berangkat berdua dengan Juna.
Meski samar tapi Juna menangkap arti gelengan Kasih itu.
"Juna harus segera kerumah Non Suri Pak, jadi sebaiknya Juna berangkat sekarang biar tidak terlambat" balas Juna.
Bukan sekedar mencari alasan tapi memang benar demikian, meski sesungguhnya bisa-bisa saja jika mengantar Kasih dulu tapi Juna juga mendadak tak enak melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Di Batas Kemarau (GxG)
Romancejika hadirnya pelangi mampu mewarnai hari, maka hadirmu bak hujan yang menyirami gersang dihati ini.