Tak terhitung ntah sudah beribu atau bahkan berjuta detik berlalu, masih dengan suasana dan aroma yang sama, tak berubah dari tandusnya hati yang bagai belum tersentuh air.Ibarat gersang berkepanjangan menanti hujan sudi bertandang, ruang direlung hati terdalam yang kian mengiba kehausan.
Cinta mempunyai kisahnya masing-masing, ada yang seperti Senandung Dara, mungkin juga banyak yang mirip Sayu dan Senja, atau bahkan bagaikan Syair Hawa.
Namun berbeda lagi dari gadis yang mungkin orang akan menyebutnya bodoh jika tau, tapi percayalah gadis itu tak pernah peduli sekalipun seluruh makluk bumi berkata begitu, karna baginya tetap yakin akan hadirnya sang pelangi di batas kemaraunya hati.
*********
Jika biasanya seorang gadis belia itu bersama beberapa temannya saat pulang dari sekolah, tapi siang menjelang sore ini tampak sendirian mengayuh sepedanya.
Meski terik matahari sungguh masih terasa menyengat, tapi gadis itu tetap santai saja membawa sepedanya.
Jalanan menuju rumahnya memang tak ramai tapi aspalnya sudah banyak yang rusak, sehingga tak mungkin membawa sepeda lebih cepat meski ingin segera sampai dirumah.
Hingga saat dipertigaan dirinya akan membelok kekiri dari arah yang berlawananan munculah sepeda motor yang langsung bersenggolan dengan sepedanya.
Membuatnya juga sepeda motor itu sama jatuh, memang jalanan tak ramai tapi dipertigaan itu sering kali membuat orang bingung jika ingin membelok karna posisi jalan juga yang sulit dilihat kecuali berhenti dulu, tapi kebanyakan orang malas melakukan itu.
Keduanya yang sama kaget masih diposisi masing-masing terduduk diaspal dengan saling tatap, meski senggolan pelan tapi jatuhnya sakit juga bahkan tampak ada yang lecet pada keduanya.
Gadis belia itu kini langsung menghampiri seseorang yang membawa sepeda motor itu.
Berusaha membantu orang itu berdiri tapi ditolaknya, bahkan saat gadis belia itu ingin membantunya mengangkat motornya yang jatuh, seseorang itu langsung melakukannya sendiri.
Belum ada yang bersuara dari keduanya, hanya dari gerak saja seolah mewakili kata.
Hingga seseorang diatas motor kini seolah ingin langsung pergi begitu saja, tampak tak peduli pada sekitar atau kejadian yang barusan dialami.
"Tangan kakak lecet" terdengar gadis belia itu bersuara.
Seseorang diatas motor itu menoleh pada gadis disampingnya lalu pada tangannya yang memang sedikit perih, tapi baginya tak masalah.
Setelahnya hendak menstater motor tanpa menjawab gadis belia disampingnya.
"Tunggu kak" cegah gadis itu.
Mampu mengurungkan niat seseorang itu.
Lalu gadis belia itu tampak membuka tas sekolahnya, mencari sesuatu didalamnya, kemudian mengambilnya lalu begitu saja langsung ditempelkan pada tangan seseorang yang sedikit lecet itu setelah dibuka.
"Pakai ini dulu ya Kak, nanti sampai rumah kakak bersihin lukanya trus ganti plester yang baru" ucap gadis itu tampak perhatian.
Atau sekedar karna merasa bersalah sudah membuat keduanya bersenggolan meski jika dijelaskan itu salah keduanya, walau kakinya sendiri lecet tapi dibiarkannya karna merasa rumahnya sudah dekat bisa diobati nanti fikirnya.
Ntah apa yang ada benak gadis itu, sehingga dengan beraninya memakaikan plester ditangan seseorang itu yang bahkan sedari tadi tak bersuara padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Di Batas Kemarau (GxG)
Romansajika hadirnya pelangi mampu mewarnai hari, maka hadirmu bak hujan yang menyirami gersang dihati ini.