27. Berkas

5.3K 256 64
                                    

Angkasa Mahawira namanya.
Pengecut nama tengahnya.
Bodoh adalah gambaran utamanya.
Pasrah itu ciri khasnya.

Angkasa terus memikirkan hari-harinya nanti tanpa Kinar. Memohon pada Tuhan, agar mesin waktu menjadi suatu hal yang tak halu. Jika mesin waktu itu nyata, ia ingin menceritakan semuanya pada Kinar, ia tak mau menyembunyikan satu hal pun dari istrinya.

Ia menangis selama di perjalanan pulang. Angkasa hanya ingin pulang dengam cepat dan menghabiskan malam terakhir ini dengan Kinar.

🌌🌌🌌

Angkasa tiba dirumah, berjalan dengan lemas kearah dapur ketika mencium aroma masakan dari sana.

Senyumnya merekah, ia melihat istrinya sedang mengolah masakan disana. Air mata itu kembali mengalir mengingat masakan itu menjadi masakan terakhir.

Tanpa berpikir panjang, Angkasa menghampiri Kinar dan memeluknya dari belakang.

"Jangan pergi nar, kasih aku kesempatan. Aku mohon.."

Kinar mencoba melepaskan pelukan itu diaaat ia rasa tubuh Angkasa semakin berat.

"Kas? Akasss?"

Seketika tubuh bidang itu terjatuh ke lantai. Suhu badan yang tak normal, bibir yang pucat dan wajah yang penuh keringat.

"Akasssss!!"

Dengan kondisi Angkasa yang setengah sadar, Kinar membopong tubuh Angkasa ke kamar. Memakaikan jaket dan menyelimutinya.

Kinar bolak-balik mengompres kepala Angkasa dan memastikan suhu tubuhnya menurun.

"Kinar, jangan hukum aku kaya gini"

"Maaf Kinar"

"Kinar maafin aku"

Angkasa terus meracaukan nama Kinar dalam tidurnya. Kinar hanya menatap suaminya dengan iba, senyum tipis samar-samar mulai terlihat di wajah Kinar.

"Kas bangun, makan dulu" Angkasa hanya menggeleng, dia terus memanggil nama Kinar.

"Kas, ini aku Kinar" Angkasa diam, matanya tertuju pada sosok wanita yang saat ini sedang duduk di sampingnya. Dengan spontan, ia raih tubuh mungil itu dan memeluknya dengan erat seolah tak ada hari esok.

"Kas, kamu kenapa si?"

"Nar? Ka-kamu kenapa?"

"Ya kamu yang kenapa?! Udah kaya orang sekarat aja ih serem tau nggak?!"

"Kinar, kamu udah nggak marah sama aku?"

"HAH? KAYA GINI DIBILANG GA MARAH? GILA KALI KAMU! LAGIAN KAMU NGAPAIN SI MINUM SUSU KADALUARSA? SEKARANG SAKIT KAN?!"

Meledak.

Sedangkan Angkasa hanya menganga tak percaya. Bukannya baru tadi sore Kinar bilang untuk membantunya mengurus berkas perceraian? Sekarang apa?

"Kinar pertama, aku minta maaf. Kedua, aku bener-bener minta maaf. Ketiga maaf beribu maaf harusnya aku komunikasiin semuanya dengan kamu. Keempat... aku ben-"

"Sst berisik kas! Mana sini KTP kamu? Di dompet? Aku udah siapin dokumen lainnya, tinggal KTP kamu"

Baru saja mendapat lampu dari istrinya, kini ia dijatuhkan kembali pada kenyataan bahwa malam ini adalah malam terakhir mereka sebgai pasangan suami istri.

"Nar, aku hormatin keputusan kamu kalau kamu mau pisah. Tapi aku mohon, kasih aku kesempatan lagi nar. Aku ngga bisa hidup tanpa kamu"

"Kas?"

"Hm?"

"KAS KAMU KENAPA SI YA ALLAH??! INI BERKAS DOKUMEN UNIT APARTMENT BARU KITA KASSSSS ASTAGA. AKU BUTUH KTP KAMU. BURUAN SINI"

"Hah? Jadi? Berkas maksudnya?"

"Iya berkas ini" Jawab Kinar dengan santainya sambil menunjukkan berkas pembelian unit apartemen  yang dikumpulkan di map bening itu.

Angkasa yang berada disampingnya hanya senyum-senyum gemas. Bak remaja yang baru jatuh cinta, Angkasa menutup mulutnya tak percaya, ia menggelengkan kepalanya berkali-kali. Masih tak percaya dengan kebodohannya sedari tadi.

"Maaf kas, kamarin aku egois. Maaf aku ngomomg cerai semudah itu. Maafin aku kas, maaf. Aku sayang kamu. Demi Allah aku nggak tau gimana jadinya kalau aku harus hidup tanpa kamu kas" Kinar kini melebur kedalam dekapan suaminya. Ia menangis, meminta maaf berkali-kali atas sikapnya yang belum dewasa, yang jauh dari kata istri sempurna.

"Kinar, aku yang minta maaf. Harusnya aku nggak sembunyiin ini, harusnya aku komunikasiin semuanya sama kamu. Aku cuma mikirin diri aku sendiri, aku nggak mikirin perasaan kamu. Aku minta maaf"

"Kas, tapi janji jangan kaya gitu lagi.. istri mana yang nggak cemburu waktu liat suaminya ngurusin mantan pacar? Sampe ditinggal sendirian dirumah"

Angkasa tak menjawab, dia hanya mengeratkan pelukan mereka.

"Kinar, terima kasih. Aku sayang kamu dan selamanya akan seperti itu" Lalu ia kecup pucuk kepala istrinya dengan lembut.

"Kas, Aku besok yang jaga Arini dan adiknya boleh?"

"Boleh sayang, besok aku anter sebentar ke rumah sakit abis itu aku langsung ke kampus ya"

"Loh besok kan sabtu kas?"

"Kamu lupa suami tampan kamu ini ketua BEM Kampus?" Katanya sambil memberi smirk menggoda pada Kinar.

Udah berapa abad jadi pasutri, jantung gue kenapa masi heboh aja si? Ya Allah apakah Akas nggak kasian sama Jantung gue?











Pfft, gimana? Yaudala wkwk
Seru ga seru baca ajala haha
Makasiiii semuanyaaaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menggenggam AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang