Hari ini H-2 pernikahan Kinar yang akan dilangsungkan pada hari minggu. Seluruh keluarga Kinar dan Angkasa terlihat sangat sibuk mengurus pernikahan mereka. Mereka mengadakan pernikahan secara senderhana. Tidak banyak yang tahu tentang pernikahan mereka. Termasuk sahabat dekat keduanya.
"Woahhh kok lo gabilang sih punya halaman belakang seluas ini di rumah lo?" Kinar mengitari halaman belakang rumah Angkasa yang nantinya akan menjadi tempat resepsi kecil pernikahan mereka. Yaps, mereka mengusungkan Garden Party sebagai tema pernikahan mereka.
"Kamu aja yang nggak pernah main kesini, jadi nggak tau apa-apa"
Kinar kembali ke arah dapur dan membantu mamanya Angkasa untuk membuat Cookies.
"Tante, Kinar takut nggak bisa jadi istri yang baik buat Angkasa. Kinar takut tan.."
"Kinar, semua juga butuh proses. Dulu tante juga nggak becus jadi ibu rumah tangga. Tapi tante belajar terus untuk jadi yang terbaik untuk papahnya Angkasa. Jadi jangan khawatirin apapun ya"
"Hmm.. Makasih ya tante" Sejujurnya Kinar belum merasa lega atau merasa hilang bebannya setelah berbincang dengan Clara. Ia butuh jawaban yang lebih untuk menenangkan dirinya. Kinar pun beristirahat diruang tamu rumah Angkasa setelah selesai membantu Clara.
"Kamu tahu? Kamu cukup dampingi saya, menjadikan saya sandaran kamu dan cintai saya apa adanya saya"
"Hah?" Kinar kaget dengan keberadaan Angkasa yang secara tiba-tiba datang dari arah belakangnya.
"Tadi kamu bilang kamu takut nggak bisa jadi istri yang baik kan?" Godanya.
"I-iya.. terus?"
"Cukup lakukan yang saya sebutkan tadi" wajah Kinar seketika memerah padam. Semua ucapan Angkasa sukses membuat jantungnya disko lagi. Padahal ke diskotik aja belum pernah.
"Kas, gue boleh minta sesuatu?" Angkasa hanya mengkat satu alisnya mengisyaratkan Kinar untuk melanjutkan ucapannya.
"Kas bisa nggak, lo ngga usah ngomong pakai bahasa formal sama gue? Lo curang, sama yang lain lo ngobrolnya pakai gue-lo tapi sama gue dari awal pakai saya-kamu."
Angkasa terkekeh pelan mendengar permintaan Kinar yang justru terdengar lucu.
"Itu hanya cara saya menghormati kamu. Kalau gitu saya juga punya permintaan buat kamu. Saya mau kamu pakai aku-kamu dan saya pun akan begitu. Gimana? Setuju?" Kinar berpikir sejenak.
Hai, Wanita bar-bar! Kini saatnya untuk bertaubat kau nak!
Dan akhirnya setelah 5 menit Kinar mempertimbangkannya, Kinar menyetujui permintaan Angkasa. Baginya itu tidak terlalu sulit.
Dalam hatinya, Angkasa bersorak penuh kemenangan saat negosiasinya dengan Kinar berjalan mulus.
"Ini hari jumat, hari yang baik untuk memanjatkan doa. Kamu mau doa apa untuk pernikahan kita nanti?"
Mendengar ucapan Angkasa barusan, Kinar hanya menatapnya malas. Kata 'Pernikahan kita' itu seolah-olah semua terjadi atas dasar cinta. Cih
"Aku cuma mau yg terbaik aja" ucapnya pelan.
"Oke. Nanti kalau kamu berdoa, jangan lupa sebut namaku sebagai calon suamimu. Berdoa semoga pernikahan kita nanti menjadi awal dari segala kisah baik untuk kita. Allah itu maha mendengar, maha baik, semoga minggu nanti semuanya dipermudah oleh Allah SWT."
"........" 404 Not Found, error. Otak kinar sulit bekerja.
"Nanti aku bantu perkuat lewat doaku nar"
Angkasa meninggalkan Kinar yang kini wajahnya sudah merona. Sedangkan Kinar kini masih menyalahkan jantungnya yang semakin berdetak kencang.
"Angkasa bener-bener nggak baik buat kesehatan jantung" gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggenggam Angkasa
Teen FictionTentang Angkasa yang begitu luas maknanya bagi Kinara Mahira, mahasiswi yang kerjaannya kupu-kupu. Alias kuliah-pulang. Saking luasnya, kadang kinar merasa bersamanya adalah satu hal yang tidak Tuhan izinkan. Apesnya, kinar terjebak di angkasa yang...