🥀🥀🥀Reina melihat seorang pria berdiri di samping gerbang dan hal tersebut membuat Reina terkejut tapi Reina bersikap biasa saja dan tetap berjalan di depannya.
"Hei kamu!!" pinta seorang lelaki tersebut, melihat dari gayanya dia seperti seorang anggota osis. Tetapi Reina tetap berjalan tidak mempedulikan orang yang memanggilnya."BERHENTI SEKARANG, kalau tidak kamu akan mendapatkan hukuman yang tidak akan kamu lupa!!!" Ucap lagi seorang lelaki tadi tapi lagi-lagi Reina tidak memperdulikannya. Tiba-tiba tangan Reina di cekal oleh lelaki tadi. Reina pun berbalik dan menatap tajam lelaki tersebut.
"Lepaskan tangan saya!" Ucap Reina dengan wajah datarnya.
"Tidak akan sebelum kamu memberitahu namamu!" Balas lelaki tadi yang tidak kalah sengitnya.
"Reina Anastasya" kata Reina.
"Kamu anak baru kan??" Ucap lelaki itu.
"Hm" membalas apa yang di tanyakan lelaki tersebut dengan singkat.
"Sekarang kamu ikut saya ke lapangan!" Ucap lelaki itu sambil menarik tangan Reina untuk ikut bersamanya. Tetapi Reina malah diam tidak bergerak dari tempatnya.
"Lepaskan tangan saya!" Reina dengan nada dinginnya.
"Tidak!" Bantah lelaki itu.
"LEPASKAN TANGAN SAYA!!!" Dengan penuh emosi Reina berteriak tepat di depan wajah lelaki tersebut dan membuat lelaki tersebut kaget bukan main. Dia tidak menyangka bahwa adik kelas nya ini sangat emosional. Dan lelaki tersebut langsung melepas tangan Reina. Untung saja tidak ada orang yang melihat Reina berteriak seperti itu, karena jika ada yang melihatnya pasti orang-orang akan berpikiran tidak-tidak kepada ke dua manusia tersebut.
Di lihat dari wajahnya dapat digambarkan sifat Reina sangat lembut dan polos, tetapi setelah ia berbicara berbanding terbalik dengan dugaan orang.
Reina pun berjalan ke lapangan yang di ikuti oleh kakak kelasnya yang masih dalam keadaan syok. Reina sangat tidak suka jika ada orang yang memegang tangannya apalagi itu adalah seorang pria jadi tidak dapat di pungkiri jika Reina akan semarah itu.
Sesampainya di ujung lapangan Reina pun berhenti. Lelaki tadi kemudian berjalan lebih dulu dan memberi arahan kepada Reina untuk ke tengah lapangan dan Reina pun mengikuti arahan yang di berikan tadi. Matahari sudah terbit sehingga seluruh lapangan dipenuhi dengan sinar matahari langsung. Reina di suruh untuk hormat kepada bendera sebagai hukumannya.
Sepanjang hukumannya berlangsung Reina hanya diam saja tidak berkutik sama sekali tidak seperti gadis di sampingnya. Ya, Reina tidak sendiri dia juga bersama seorang gadis. Reina dapat menebak bahwa di sampingnya ini pasti seorang bad girl. Hal itu bisa di lihat dari gaya berpakaiannya dengan baju dan rok yang ketat. Tetapi, Reina tidak peduli dengan hal itu dan tetap menjalani hukumannya.
"Lo kelas berapa?" Tanya seorang gadis di sampingnya dengan nada sok galak.
"10" ucap Reina menjawab gadis di sampingnya.
"Oh, lo terlambat juga?"ucap gadis itu. Tetapi Reina tidak menanggapinya, dia hanya diam mendengar apa yang dilontarkan gadis di sampingnya.
"Eh gue tuh ajak loh bicara! Emangnya loh nggak punya mulut?? Hahhh???" Kata gadis di sampingnya dengan emosi dan membuat orang yang berlalu lalang memperhatikan keduanya. Tetapi Reina tetap saja diam dan membuat gadis di samping nya itu menjadi semakin emosi.
"Dasar cewek bisu" kata Gadis itu lagi dengan suara pelan tapi masih bisa di dengar oleh Reina.
"Apa lo bilang? Coba ulangi lagi!" Ucap Reina ke gadis itu tanpa melihat wajah gadis di sampingnya.
"Gue bilang lo tuh cewek bisu" dengan nada menantang.
"Lo tuh bodoh atau gimana sih? Lo bilangin gue bisu terus tadi yang gue bilang kelas 10 apa?" balas Reina dengan nada yang meremehkan.
"APA??? LO BILANGIN GUE BODOH??" Gadis itu sambil berteriak.
"Menurut loh?" Tanya Reina tapi tidak menatap wajah gadis di sampingnya. Sepanjang pembicaraannya, Reina tidak pernah melihat wajah gadis di sampingnya itu sehingga ia tidak tahu siapa yang dia ajak biacara.
"Sialan lu ya-"ucap gadis di sampingnya terpotong sebelum Reina jatuh pingsan.
Reina tidak tahan lagi berdiri selama lebih dari 1 jam, dan akhirnya ia pun pingsan dan setelahnya ia tidak tahu lagi apa yang terjadi terhadapnya.🥀🥀🥀
Reina tersadar setelah hampir setengah jam pingsan. Ia tidak tahu dimana ia sekarang. Dia hanya melihat tembok berwarna putih yang di lengkapi dengan peralatan pertolongan pertama. Ya, sekarang dia ada di UKS.
"Hm aww" ringis Reina sambil memegangi kepalanya yang masih pusing. Tiba-tiba ada seorang lelaki menghampirinya.
"Lo nggak papa?" Tanya lelaki itu dengan nada yang agak khawatir.
"Hm" balas singkat dari Reina. Seketika, Reina memikirkan gadis yang ia ajak berdebat. Dia mencari orang yang tadi bersamanya di hukum dan hal itu di lihat oleh lelaki yang menolongnya. Dan sepertinya lelaki itu dapat membaca pikiran Reina.
"cewek yang lo cari nggak ada di sini, dia udah di suruh masuk kelas, dan dia juga minta maaf soal perdebatan kalian tadi" kata lelaki itu.
"Ok" ucap Reina.
"Lo itu lagi sariawan atau gimana sih? Perasaan tadi jawabnya cuman 1 kata aja itu pun hanya 2 huruf" dengan nada bingung. Tetapi Reina tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh lelaki tadi.
"Kenalin gue Dika Prasatyo kelas 11 MIPA 2, kalo lo??" sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman dan berharap mendapat salam balik.
"Reina Anastasya, kelas 10". Tanpa membalas uluran tangan dari Dika.
Dengan rasa kecewa, Dika kembali menarik tangannya yang tidak di balas itu. Meskipun begitu, dia tidak marah. Dia mengerti mengapa Reina tidak membalas tangannya itu.
-
-
-
-
-
Kira-kira Apa yah yang Dika mengerti dari Reina? Mengap Dika bisa berkata seperti itu?
Kalo kalian penasaran, terus ikutin cerita ini.Jangan lupa vote dan share!
Love you readers❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Speechless
Dla nastolatków"Terkadang, diam dapat membuat kebahagiaan tersendiri dalam hidup, namun juga menimbulkan kesedihan yang sangat mendalam." ~cuss langsung aja baca yahh. Di harapkan kepada para pembaca agar menguatkan hati dan pikiran hahaha~