CHAPTER 22

331 33 0
                                    

Pemberitahuan:

Sebelum membaca cerita ini, harap tekan bintang dibagian paling bawah sudut kiri(gratis kok ;]).

HAPPY READING!!

Semuanya seakan berlalu begitu cepat. Mengapa saat semuanya sudah kembali normal, dia datang seperti angin yang tiba-tiba berhembus tanpa aba-aba?.

-Veno Millian Grady-


"Jadi gini..., lo main di belakang kak?" ucap Tasha mengintimidasi Veno dengan mata yang memerah berusaha tidak meneteskan air mata, Veno melonggarkan pelukannya pada cewek yang sedang menangis di dekapannya, dirinya merasa beku, bibirnya kelu untuk berucap sembari menoleh dan menatap Tasha.

Sementara cewek yang barusan di peluk oleh Veno hanya terdiam di tempat.

"Sha!, lo salah paham. Tashaa!.... TASHA DENGERIN GUEE!!" dengan setengah berlari Veno mengejar Tasha, gadis yang tengah dikejarnya itu tiba-tiba berhenti, Veno pun seketika berhenti. Tasha menatap Veno samar sembari meneteskan air mata dan langsung menghapusnya dengan tak bersahabat.

"Gue pernah bilang kan?, kalaupun ada masalah. Kita bicarain baik baik.." ucap Veno menggenggam tangan Tasha dengan wajah yang penuh permohonan, Tasha hanya memalingkan wajah dan lagi meneteskan air mata.

"Tapi lo udah ngelakuin ini berulang kali kak!, apa gue harus percaya?. Jika semuanya adalah kebenaran?, lalu semua ini apa?" ucap Tasha menunjukkan handphonenya ke arah Veno, disitu terdapat berbagai macam foto yang menunjukkan gambar Veno dengan seorang perempuan.

Veno menatap layar handphone tersebut dengan perasaan was was, bagaimana bisa Tasha mengetahui semua foto tersebut?, sekarang bibirnya terasa beku sekali seakan sangat susah untuk berucap.

"Udah gue duga, lo nggak bisa jawab kan?" jawab Tasha dengan tertawa lalu tersenyum miring sambil membuang muka lalu menoleh kearah Veno dan menatap cowok di depannya ini tajam.

"Semua cowok Berengsek!" lanjutnya menekankan kata terakhirnya lalu berjalan cepat meninggalkan Veno yang masih terdiam kaku dengan menundukkan kepala.

Veno seketika terbangun dari tidurnya, dirinya langsung terduduk dengan nafas menggebu lalu mengusap wajahnya kasar sembari menghapus keringat di wajahnya sekarang. dirinya menundukkan kepala sejenak untuk mengumpulkan kesadaran serta energi yang belum sepenuhnya terkumpul. Tangannya beralih ke meja kecil di samping kasurnya yang terdapat lampu tidur perak, mengambil handphone untuk melihat pukul berapa sekarang.

"Mimpi apa barusan gue?, foto.. Foto apa yang ditunjukkan Tasha tadi?" ucap Veno mengerutkan alis sembari mengingat mimpi buruk yang dialaminya barusan.

"Aargghhh!!!, bodo ah cuma mimpi!" ucapnya dengan melempar kembali handphone miliknya ke kasur lalu beralih ke kamar mandi bersiap untuk berangkat sekolah. Dirinya takut terlambat, belum lagi menjemput Tasha jika ia terlambat menjemput gadis itu... Maka yang terjadi bisa seperti beberapa hari yang lalu.

"Ihhh lama banget sih lo anjer, 5 menit lagi udah bell!!, ayo cepet. Gue gamau di jemput lo lagi ya kalo sampe kita telat!" ucap Tasha ketus

"Lah lo tadi gue tungguin udah lebih dari 15 menit Tasha.., seharusnya kita udah nyampe di sekolah sekarang" jawab Veno dengan lembut sembari menatap Tasha di kaca spion

LATASHA [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang