CHAPTER 48

263 19 0
                                    

Pemberitahuan:

Sebelum membaca cerita ini, harap tekan bintang dibagian paling bawah sudut kiri (gratis kok;])

HAPPY READING

Seperti hal-nya pelangi. Mengajarkan kita bahwa keindahan akan datang sesaat, lalu pergi saat kita mulai merasa nyaman.

Tasha merasa hatinya berkecamuk luar biasa sampai-sampai dirinya berusaha keras untuk menghapus setiap cairan bening yang sedikit demi sedikit menetes dengan sendirinya. Beberapa murid yang melihat dirinya hanya melempar tatapan bingung sekaligus bertanya-tanya tanpa berniat melontarkan pertanyaan kepada Tasha.

Sebuah kenyataan yang baru saja terjadi menyadarkan dirinya bahwa cowok itu sudah merusak kepercaya'an-nya. Ia merasa semakin marah, kecewa, sedih, benci. Semua itu bercampur menjadi satu tanpa bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Kepedulian Veno terhadap dirinya selama beberapa hari ini sudah mampu menghilangkan rasa marah yang ia pendam terhadap cowok itu. Namun rupanya, sekali lagi cowok itu membuat Tasha tidak bisa lagi memaafkan Veno. Cowok itu sudah kelewatan.

Tasha kembali menenangkan diri, kakinya melangkah ke arah Wilda dan berusaha tersenyum mencoba menutupi semuanya. "Sorry lama, sini gue bantu bawa!" ia mengambil kameranya lalu mengalungkan pada lehernya, serta membantu membawakan beberapa barang yang ada di tas Wilda untuk memasukkan ke dalam tasnya.

Wilda yang melihat wajah Tasha tidak seperti tadi itu pun kembali menghela napas prihatin. "Gue tau tadi Lo habis kenapa-napa, Lo enggak pinter berbohong Sha. Kak Veno lagi ya?" Tanya Wilda.

"Gue enggak mood nge-bahas ini sekarang, ayo masuk semuanya udah pada masuk loh!" Jawab Tasha seraya menata barang yang ada di tas mininya, tanpa menatap wajah Wilda sedikit pun.

"WILDAA.. TASHAA!!!" Brisia berlari dengan melambaikan tangan ke arah Tasha dan Wilda yang sekarang tengah berdiri, si empu yang merasa terpanggil kemudian menoleh kan kepalanya ke arah sumber suara yang sangat cempreng nan menggelegar tersebut.

Tidak hanya mereka yang menoleh, namun beberapa murid yang berada tak jauh dari sekitar mereka berdiri juga ikut menolehkan kepala. Itu membuat semua murid hanya menggelengkan kepala, semuanya hampir hafal dengan suara Brisia itu. Seluruh AHS siapa yang tidak kenal Brisia? Cewek imut, cantik, body goals, suara kayak toa masjid cempreng lagi, meskipun otaknya agak gesrek namun jangan salah. Lelaki seluruh AHS sudah mengantri untuk menjadi dilan-nya Brisia, sayangnya semua di tolak mentah-mentah oleh Brisia.

Brisia dan Aira sibuk mengatur nafas mereka yang naik turun tak karuan. Wilda serta Tasha lagi-lagi hanya menatap mereka dengan tatapan datar, siapa juga yang suruh lari-lari sampai segitunya?. Lagian juga Tasha dan Wilda sudah berjanji akan menunggu mereka sebelum pintu masuk tempat wisata taman bunga tersebut.

"Kalian nih, santai aja kali. Kita enggak bakal ninggalin kalian, kan tadi kita udah janji bakal nunggu Lo berdua disini!" Sahut Wilda seraya menyodorkan botol minum yang barusan ia ambil dari tasnya.

"Huwahh.., capek, banget, gue... Haus" Brisia menepuk-nepuk dadanya seraya berbicara dengan nada terputus-tupus akibat nafasnya yang naik turun.

Setelah Aira meminum air mineral dari botol tersebut, gadis itu kemudian menyodorkan ke arah Brisia. Dengan sigap Brisia meraihnya dan meneguk sejumlah air yang tersisa sampai habis tak tersisa. Wilda, Tasha, dan Aira sekali lagi di buat geleng-geleng kepala dengan teman-nya yang satu itu.

LATASHA [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang