Ibu

96 12 0
                                    

Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda :
"Jika seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya; oleh karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah untuk separuh yang tersisa."

...

Pagi buta, Nandita berangkat menuju stasiun Bandung dan membeli tiket menuju stasiun Gambir. Dengan bawaan seadanya seperti biasa , ditambah dengan sebuah dus berisi oleh oleh Nandita bawa ke stasiun.

Ia duduk menunggu kereta hampir satu jam, dan dalam hati ia berdoa agar PKM nya berjalan lancar dan ibunya merestui kehendaknya untuk melanjutkan studinya tanpa harus dibayangi kalimat 'kapan nikah' dari ibunya yang menjadi ketakutan terbesar dalam hidup Nandita.

"Mohon perhatian, bagi calon penumpang Bandung-Gambir. Kereta akan berangkat pukul 07.15. Mohon persiapkan diri dan jaga barang bawaan anda. Terima kasih"

Nandita berdiri kemudian mengangkat dus yang ia bawa dan naik ke gerbong 5. Ia mencari tempat duduk yang kosong yang sekiranya bisa ia tempati.
Akhirnya ia memilih duduk disamping seorang wanita paruh baya dan seorang anak kecil.

"Jakarta juga neng?" Tanyanya

"Oh, iya bu.. Ibu juga ya?"

"Iya neng."

Suasana hening.

"Asli Jakarta?" Tanyanya lagi

"Iya bu"

"Kalau saya mah asli Bandung..."

Feeling Nandita mengatakan bahwa percakapan ini akan panjang dan berujung cerita keluarga, masalah ekonomi, sosial, budaya, pra sejarah dan lain lain. Nandita sudah siap siap pasang kuping agar tidak dicap sebagai anak yang tidak peduli orang tua.

"Cuma, anak saya yang bungsu merantau ke Jakarta. Katanya kepingin kuliah di UI, jurusan kedokteran. Sebenernya saya mah gak ngizinin neng, soalnya jauh, terus Jakarta kan kehidupannya keras, biayanya juga mahal neng UI mah. Jadi masuk kesitu itu kemarin pake jalur bidik misi supaya lebih ringan gitu biayainnya. Maklum neng , ayahnya cuma kerja pabrikan, saya cuma guru SD. Yaa.. gaji alakadarnya dicukup-cukupin buat makan sama biayain anak di Jakarta."

Nandita hanya manggut manggut.

"Kalo ini siapa bu?" Ini yang dimaksud Nandita adalah anak kecil yang duduk di pangkuan ibu itu.

"Oh, ini cucu saya. Anak dari anak saya yang pertama. Kasihan ibu bapaknya cerai, jadinya sama saya, sama ibunya juga. Ibunya yang anak sulung saya. Cerai dua tahun lalu karena cekcok suaminya ketahuan main belakang di tempat kerjanya."

Jantung Nandita berdegup kencang.

Gimana gue nikah nanti coba. Batin Nandita

"Anak ibu yang bungsu kuliah semester berapa bu?"

"Alhamdulillah, kemarin teh katanya baru lulus sidang. Lusa udah wisuda. Makanya saya ke Jakarta juga kepengin liat anak saya pake toganya"
Ujar ibu itu nampak tersenyum

Nandita ikut tersenyum.

"Yah neng , yang namanya orang tua mah pingin anaknya sukses, jadi orang. Supaya keluarga bangga dan berguna buat banyak orang. Omongan ibu mah ya neng hati hati. Tajem sama mujarab. Makanya kalau orang tua minta ini itu turutin dulu aja neng. Terus kapan lagi coba nurutin maunya orang tua? Da umur mah siapa yang tau ya" tambahnya

TAKE ME WITH YOU TO JANNAH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang