Bolos (2)

55 7 0
                                    


Vano berjalan kearah perpustakaan dengan langkah panjang. Di perpustakaan sangatlah sepi, hanya angin yang bersuara di dalam ruangan ini. Vano melihat seorang perempuan yang tengah membaca sebuah novel dengan aerphone menggantung di telinganya. Vano dapat mengenali siapa perempuan itu.

"Sha" panggil Vano dan menghampirinya. Namun yang Asha tetap asik dengan kegiatannya. Maklum, Asha kan masih pake aerphone. Vano pun merebut novel dari tangan Asha.

"Ihh, apaan sih balikin nggak" ucap Asha setengah berbisik. Vano pun memberi isyarat untuk melepas aerphone milik Asha. Ya, dan Asha hanya menurut.

"Ada apa sih, ganggu aja"

"Lo ngapain disini? Bolos ya?"

"Enak aja, kelas gue tuh lagi jam kosong tau"

"Lo kan lewat kelas gue, lo nggak nyadar kalo kelas gue nggak ada guru?" Sambungnya

"Bukan nggak nyadar, tapi nggak peduli"

Mereka terdiam beberapa saat, Vano menyadari ada yang salah dari seragam Asha. Kancing baju atas Asha terlepas dan vano dapat melihat tanktop putih di dalamnya.

"Sha, gue boleh ngomong nggak?"

"dari tadi bacot juga nggak ijin dulu"

"Yakan ini penting nggak cuman sekedar bacot"

"Ngomong aja"

"Jangan marah tapi"

"Kancing baju lo yang atas kelepas, gue bisa liat tanktop lo, warna putih kan?" Lanjutnya tanpa dosa.

Mendengar penuturan Vano, Asha reflek menutup kancingnya dengan menggunakan kedua tangannya. Dan segera membenarkan seragamnya.

"Lo ngeselin banget sih"

"Loh kok gue, kan gue cuman ngomong. Coba kalo diem aja nikmatin pemandangannya terus nanti lo keluar banyak yang ngeliat, lo bakal lebih malu lagi sha"

"Bacot lu"

"Makasih gitu kek" gumam Vano kesal.

"Nggak"

"Oke kalo lo nggak mau bilang makasih, gue bakal ceritain tau ke temen temen tadi gue liat pemandangan keren. Beeehhh pasti lo bakal makin terkenal sha" tuturnya menggebu.

"Oke oke makasih untuk hinaannya"

"Eitsss nggak semudah itu" katanya sambil menyodorkan 1 buku paket, 1 buku tulis, dan bolpoin.

"Kerjain hukuman gue, catetin materi demokrasi. Tulisannya yang jelek aja biar dikira gue ngerjain sendiri" lanjutnya dengan wajah pucat pasi.

Ingin Asha mengumpat. Namun rasanya percuma protes dengan seorang yang keras kepala macam Vano. Asha segera mengerjakannya agar cepat selesai.

"Van, lo kenapa lemes gitu. Perasaan tadi biasa aja deh"

"Gue cuman laper sama ngantuk" jawabnya dengan kepala yang diletakkan diatas kedua tangannya.

"Sha, gue mau ke UKS. Kerjain  tugasnya yang bener"

Asha tak menjawab apapun perkataan Vano. Tanpa menunggu jawaban Asha, Vano langsung menuju ke UKS. Setelah keluar dari perpustakaan, darah segar mengalir dari hidung Vano dan segera di bersihkan menggunakan tisu yang selalu ia bawa.

"Sial" umpatnya kesal

Ia pun mempercepat langkahnya menuju ruang kesehatan. Dan setibanya disana ia segera mengistirahatkan tubuh serta otaknya.

Asha mengerjakan tugas Vano dengan benar. Ia tak mau aibnya terbongkar oleh siapapun termasuk ketiga temannya.

Kriiiingggg

DésoléTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang