discouraged

35 8 0
                                    

Mengingat nasib hatinya menumbuhkan luka, memberi sayatan yang cukup dalam namun hanya bisa ia pendam. Menatap keluar melewati jendela malam gelap yang ia tuju, tak hanya sekedar rindu namun juga perih semakin menderu.

Cinta sendiri itu sakit, apalagi ditambah dengan mencintai dalam diam. Hatinya cukup perih dengan semua lukanya. Buliran air di dalam matanya masih cukup kuat hanya ditahan dengan kelopak mata indahnya hanya dengan pejaman mata dan hembusan nafas panjang.

Tok tok tok

"Masuk"

"Non ada tuan"

"Dia datang lagi?" Yang diberi pertanyaan hanya mengangguk mengiyakan.

"Saya akan segera keluar" ia beranjak menemui seseorang itu.

Navya kini berada di hadapannya tanpa menatapnya sedikitpun.

"Segini cukup?" Pria itu memberikan segepok uang untuk Navya. Navya sama sekali tak menerima uang itu, bahkan menoleh pun ia enggan. Tak mendapat sambutan dari Navya, ia meletakkannya di meja kemudian berniat meninggalkan Navya, namun niatnya terhenti karena mendengar ucapan Navya.

"Siapa anda sebenarnya?" Pria itu menghentikan langkahnya, kemudian menoleh.

"Kamu tak perlu tau siapa saya"

"Jelas saya perlu tau siapa anda dan apa maksud anda selama ini" suara Navya mulai meninggi menahan amarah dan menahan tangisnya.

"Untuk apa kamu mengetahui siapa saya?" Navya menghembuskan nafasnya pelan, menahan semua yang ingin meledak pada dadanya.

"Apa anda ayah saya?"

"Saya pikir uang yang selama ini saya berikan itu cukup untuk kamu" Navya menoleh terkejut mendengar pernyataan pria tersebut.

"Saya butuh sosok ayah" pertahanannya mulai runtuh, Navya mulai meneteskan butir bening dari matanya. Navya mendudukkan tubuhnya di lantai dengan isakan yang keras.

Pria itu menatap Navya dengan iba, kemudian ia menghampiri Navya dan meraih punggung Navya. Perlakuan lembut pria itu membuat Navya mendongak menatapnya.

"Kamu bisa menganggap saya sebagai ayah kamu" Navya terkejut dengan dua perasaan berbeda. Disatu sisi ia senang dapat menganggapnya sebagai ayah namun disisi lain hatinya perih mengetahui fakta bahwa itu berarti pria dihadapannya ini bukanlah ayahnya.

"Anda benar-benar bukan ayah saya?" Pria itu menggeleng pelan.

"Mengapa anda melakukan ini?"

"Kedua orang tua kamu adalah sahabat saya" Navya membelalakkan matanya terkejut.

"Maksud anda apa?"

"Saya akan memberitahumu, namun tidak sekarang karena saya harus pergi"

"Jika kau benar-benar ingin membantuku, mengapa tak kau nikahi saja mama?"

"Saya memiliki seorang istri dan seorang anak" pria itu mengatakan dengan tegas pada gadis yang ada dihadapannya ini.

"Maaf saya harus pergi" pria itupun beranjak meninggalkan Navya yang terduduk dengan mata berair. Hatinya cukup perih dengan fakta yang telah ia ketahui.

Navya beranjak kemudian menggapai uang yang ada di atas mejanya. Tak peduli berapapun jumlah uang yang diberikan lelaki itu, yang pasti dapat membiayai kebutuhan mamanya dan juga dirinya. Navya meraih gagang pintu itu kemudian menutupnya, ia lelah untuk perihnya hari ini. Ia ingin mengistirahatkan tubuhnya setidaknya untuk malam ini. Navya berjalan gontai pergi menuju kamar yang miliknya.

Tok tok tok

"Ck, apa lagi sih" gumam Navya mengatai tamu tersebut. Dalam hatinya bertanya, apakah pria itu datang lagi, tapi untuk apa.

DésoléTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang