10

3.7K 445 56
                                    

Mingyu menatap cemas pada pintu berwarna putih itu. Ini sudah hampir 1 jam ia bersama kedua orang tuanya menunggu sebuah hasil dari tes DNA. Ya, ini semua atas saran Nyonya Kim.

Walaupun wajah Hyunwoo sama seperti Mingyu kecil, namun wanita tua itu tetap saja pada pendiriannya.

Keras kepala. Begitu tuan Kim menyebutnya.

Suara pintu terbuka mengalih kan atensi Mingyu beserta kedua orang tua nya. Mingyu segera menghampiri dokter bername tag Jung Jaehyun dengan tatapan penuh harapan.
"Bagaimana dok?" Tanya Mingyu.

Jaehyun tersenyum. Ia menyerahkan lembaran hasil tes DNA milik pria di depannya ini. Hasil membuktikan bahwa 99,99 persen cocok. Kemarin ketika bertemu dengan Wonwoo dan Hyunwoo, Nyonya Kim memang meminta sehelai rambut Hyunwoo kemudian dicocokan dengan sehelai rambut dari putranya yaitu Kim Mingyu. Dan saat ini membuktikan bahwa Hyunwoo memang benar anak Kim Mingyu.

Mingyu tersenyum senang membaca hasil nya. Begitu juga dengan nyonya Kim. Seharusnya ia tidak ragu seperti ini. Tuan Kim disampingnya hanya merangkul pundak wanita yang ia cintai selama ini.
"Aku tidak sabar bertemu cucuku.." Gumam Tuan Kim.

*



*




*

Wonwoo tersenyum teduh saat melihat putra semata wayangnya makan dengan lahap siang ini. Ia sesekali mengelus surai hitam putranya dan terkekeh saat mendengar anak laki-laki itu bercerita mengenai anjing tetangga yang mengejarnya kemarin.

"Anjing Ken sangat besar eommaaaa! Ihhhh!" Hyunwoo bergidik ngeri saat membayangkan ketika anjing besar milik temannya itu mengejarnya kemarin.

"Kkkkkk oh ya?"

"Hum! Bahkan-"

TING NONG!

"Lanjutkan makan mu. Mengerti?" Wonwoo berdiri dari duduk nya saat melihat anggukan Hyunwoo. Ia bergegas kedepan untuk membuka kan pintu.

Matanya membulat saat melihat Mingyu beserta kedua orang tuanya.
"Ah- Annyeonghaseyo.." Wonwoo membungkuk sopan kemudian mempersilakan ketiga orang tersebut untuk masuk.

Nyonya Kim hanya memasang wajah datarnya setiap kali berhadapan dengan Wonwoo. Sedangkan lelaki manis itu hanya memakluminya. Sejak ia masih berkencan dengan Mingyu sampai akhirnya bercerai, Nyonya Kim memang menantang pernikahan mereka saat itu. Terlebih setelah 6 tahun bersama mereka tidak dapat memiliki keturunan saat itu.

Nyonya Kim membenci Wonwoo karena membuat putranya menjadi pencinta sesama jenis. Walaupun di negara mereka itu adalah hal yang wajar. Tetapi perempuan dengan harta melimpah dan bisnis yang sukses tentu saja tidak ingin menanggung malu terlalu banyak bukan?.

"Ekhemm..
Wonwoo-yaa.. Kedatangan kami kesini-"

"Kedatangan kami kesini untuk mengambil Hyunwoo." Potong Nyonya Kim.

"Mengambil Hyunwoo?" Wonwoo menatap satu persatu orang-orang dihadapannya.
"Apa maksudnya!?" Suara Wonwoo menjadi meninggi.

Nyonya Kim memutar bola matanya malas.
"Begini, Jeon Wonwoo-ssi. Kami akan mempertanggung jawabkan Hyunwoo. Kami akan membesarkannya." Jelas Nyonya Kim dengan wajah sinisnya.

"Eomma!" Sergah Mingyu.
"Bukan itu tujuan kita."

Mingyu menatap cemas ke arah Wonwoo yang hanya memandang kosong.
Sial! Seharusnya ia tak mengajak kedua orang tua nya untuk kesini.

"Pergi.." Lirih Wonwoo.

"Won-"

"Aku bilang pergi. Tidak kah kalian mengerti?" Wonwoo menatap Mingyu dan kedua orang tuanya tajam.

"Kau mengusir kami!?" Tanya Nyonya Kim tak percaya.
"Yak! Jeon Wonwoo!" Nyonya Kim berdiri dan menunjuk pria manis dihadapannya.
"Apa maksud mu mengusir kami!? Kami datang dengan niat baik-"

"Membawa Hyunwoo dariku? Itu niat baik?" Wonwoo bangkit dari duduknya. Matanya sudah berkaca-kaca mendengar pertanyaan nya.
"Setelah aku mengandung, melahirkan bahkan membesarkannya sendirian. Kalian dengan mudah nya ingin membawa Hyunwoo?" Wonwoo menatap ketiga nya tajam.

Tuan Kim menghela nafasnya kasar. Ia tidak tahu bahwa sang istri akan berkata seperti itu dan mengacaukan segalanya.

"Tentu saja! Kami akan mengganti rugi semua biaya Hyunwoo selama ini." Ucap Nyonya Kim.

"Tutup mulutmu!" Bentak Wonwoo.
"Aku tidak akan melepaskan Hyunwoo sama seperti aku melepaskan Mingyu." Tegas Wonwoo.

Lelaki manis itu menyeka air matanya kemudian berbalik hendak menyusul Hyunwoo. Namun terlambat, Hyunwoo berada di ujung pintu dapur yang tak jauh dari ruang tamunya.

"Eomma..." Lirih Hyunwoo.

Wonwoo bergegas menghampiri Hyunwoo dan menggendong putranya untuk masuk ke kamar mereka. Ia tidak ingin mempedulikan Mingyu dan mantan mertuanya.
Ia hanya ingin Hyunwoo. Dengan Hyunwoo saja sudah membuat ia sangat merasa bahagia.
"Eomma menyayangi mu. Sangat.." bisik Wonwoo.

*



*




*

Mingyu berjalan lunglai memasuki rumah yang sudah lama tidak ia tempati bersama kedua orang tuanya.
Tenggorokannya rasanya sangat tercekat akibat menahan tangis.
Impiannya untuk bersama Wonwoo dan juga Hyunwoo menjadi kacau dan tidak tercapai.

"Cha bora! Apa yang kau lakukan?"

Suara Tuan Kim mengisi keheningan ruangan itu.
Nyonya Kim memijit pelipis nya pusing. Tentu saja ia merasa sedikit marah saat tidak dapat membawa cucu nya untuk tinggal bersama.
"Apa yang ku lakukan? Aku melakukan hal yang seharusnya!" Jawab Nyonya Kim.

"Membawa Hyunwoo? Kau pikir Wonwoo akan melepaskan nya begitu saja?" Tuan Kim menggeleng kepalanya tidak percaya. "Tidak ada seorang ibu yang ingin di pisahkan dari anaknya sendiri."

"Aku tidak peduli Wonwoo. Aku hanya peduli pada Hyunwoo. Ia adalah pewaris kekayaan kita setelah Mingyu. Dan aku tidak ingin orang-orang tahu bahwa Hyunwoo adalah anak dari laki-laki seperti Wonwoo. Maka dari itu aku melakukan ini. Bawa Hyunwoo dan Mingyu tetap menikah dengan Chaeyeon."

Tuan Kim membulatkan matanya tidak percaya.
Sebelum Tuan Kim sempat membuka mulutnya untuk berucap. Mingyu lebih dulu menyela perkataan Wanita yang ia panggil dengan sebutan ibu dengan
"Berhenti mengatur kehidupan ku Cha Bora-ssi. Kau hanya orang asing bagiku sampai saat ini."


"Dan kau hanyalah seorang istri dan ibu yang gila kekayaan."

Mingyu melangkahkan kakinya pergi meninggalkan bora dengan amarah besar dan Tuan Kim yang menatap Bora dengan pandangan tidak menyangka.

*



*




*

"Aku ingin kau urus perceraianku. Lalu bawa Wonwoo dan juga Hyunwoo bersamaku."








TBC

Don't Forget usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang