"Maaf"

44 16 29
                                    

"You are a priority not an option."
-El-

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

04. 40 AM
Suara merdunya ayam yang saling bersahutan selalu berhasil membuyarkanku dari bunga tidur. Hal yang biasanya aku lakukan setelah bangun adalah sholat subuh. Tapi, kali ini tidak. Aku membuka hp, dan terlihat aku mendapat notifikasi pesan yang cukup banyak.

'Gini nih, waktu gabut aja pada ilang.' kataku dalam hati

Kulihat satu per satu nama yang mengirimku pesan. Ya seperti biasanya grup ciwi-ciwiku, grup kelas, dan Cici yang paling banyak mengirimiku pesan. Ada Arsen juga. Nggak heran sih. Aku dan Arsen sering kali bertukar cerita lewat chat, tapi kami lebih sering bertukar cerita secara langsung. Tak heran juga kalau Arsen tahu banyak tentang aku dan keluargaku, begitupun sebaliknya.

Setelah aku tau bahwa Reina menyukai Arsen, aku sedikit menjaga jarak dengannya. Sejak itu pula aku tak pernah cerita padanya lagi secara langsung. Demi menjaga perasaan Reina.

Kembali ke cerita.

Tak terasa sang surya sedikit menampakkan batang hidungnya. Aku bergegas keluar kamar dan memanggang beberapa roti yang akan ku olesi selai cokelat. Lalu aku juga menyiapkan beberapa susu hangat.

"Loh, anak ibu sudah bangun. Kenapa ibu nggak dibangunin?" kata ibu yang tiba-tiba datang

"Nggak apa-apa, kasian ibu capek pulang malem." balasku

"Anak ibu baikk!" ujarnya sambil mengambil alih yang ku kerjakan

Karena ibu mengambil alih yang ku kerjakan, aku kembali ke kamar untuk menyelesaikan persiapanku kesekolah.

Sejak kecil aku sering mendengar orang tuaku beradu mulut. Pernah suatu hari ibuku menangis dengan banyak tas disampingnya. Aku bertanya-tanya. Ada apa? Aku tak ingat apa yang waktu itu aku katakan. Tapi yang aku ingat kala itu aku juga menangis saat melihat ibuku menangis, dan yang kudapati adalah kata 'cerai'.

'Apa itu cerai?' tanyaku saat berumur 4 tahun.

Entah apa yang terjadi, beberapa hari kemudian mereka tampak akur kembali. Mereka bersama meskipun sampai saat ini aku tak merasakan keberadaan 'mereka bersama'.

Semakin bertambah umurku, semakin aku memahami arti kata 'cerai'. Tapi aku tak berhasil memahami kedua orang tua ku. Sampai saat ini pula aku tak tau permasalahan apa yang dulu terjadi hingga mereka memutuskan ingin bercerai. Aku tak tau apakah kedua kakakku mengetahui hal ini atau tidak.


Aku menyadari bahwa keluargaku berbeda dari yang lain. Aku tak bisa terbuka dengan keluargaku seperti aku terbuka dengan teman-temanku.

Terkadang aku iri dengan mereka yang mempunyai keluarga cukup harmonis. Aku pernah bertanya-tanya apakah keluarga yang tak cukup harmonis dapat dikategorikan dalam broken home? Kalian tahu bagaimana jawabannya ketika aku mencari tahu? Jawabannya ya, bisa jadi broken home. Kala itu hatiku amat hancur mengetahui kenyataannya. Amat sangat terpukul. Aku hanya bisa bercerita pada Cici dan Arsen. Karena mereka lah orang yang paling aku percayai.

'apakah kedua kakakku merasakan hal yang sama?'

Sebenarnya banyak pertanyaan yang menghantuiku. Tapi aku tak bisa bertanya pada siapapun. Karena aku takut aku akan semakin membenci keluarga ini jika mengetahui kebenarannya.

RetisalyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang