"Our bodies and minds need rest."
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Hingga tiba saatnya bel masuk berbunyi, dan saat itu pula aku lihat Reina masuk ke ruangan dengan mata sembab. Lantas Lia menyambut Reina dengan penuh pertanyaan yang sama sekali tak dijawab olehnya.
Sebelumnya, aku meminta Cici untuk mengatakan pada teman-teman satu kelas untuk melupakan apa yang mereka dengar dari mulut Reina. Aku tak ingin masalah ini menjadi semakin rumit karena ada campur tangan dari mereka. Dan pastinya aku tak mau menjadi alasan mereka membenci Reina, sahabatku.
'Gue ngerti, Ren. Lo ngomong gitu untuk nenangin diri lo sendiri. Menguatkan diri lo. Meskipun gue harus nerima 'senjata tajam' dulu.' kataku dalam hati
"Ren, maafin gue ya?" kataku dengan suara parau saat Reina sudah duduk dibangkunya
"..."
Tak ada balasan dari Reina.
"sshhh.. Ngapain minta maaf?!" bisik Cici
"..."
'Ya.. Mungkin Reina butuh waktu untuk sendiri.' kataku untuk menenangkan diri
---
04:00 PM
Bel pulang sekolah berbunyi.
Aku melihat Reina tergesa-gesa berjalan keluar kelas. Disusul oleh Lia yang kewalahan mengikuti Reina."Ren, tunggu gue!" kata Lia
"Ci, El.. Gue duluan ya, byeee." sambungnyaBelum sempat kami menjawabnya, mereka sudah menghilang begitu saja.
"El, bareng gue aja yuk? Ntar gue suruh Fajar nganterin lo. Atau.. Kita mau main? Kemana gituu terserah lo?" ajak Cici
"Nggak usah, Ci. Lo duluan aja, gue mau nonton latian futsal dulu soalnya." balasku
"Ha? Ngapain?! Udah kaga ada kak Kevin juga kan?" sahutnya
Apa yang baru saja dikatakan Cici membuatku semakin sedih. Semakin bertambah beban pikiranku.
"Bareng gue aja ya? Daripada sama ojol mulu, boros tau!" ajaknya sekali lagi
"Kaga, Ci.. Gue pengen liat orang main futsal!" tegasku
Hening sejenak..
"Yaudah.. Gue temenin, yuk?" katanya
"Fajar kasian dong..." balasku
"Alah, nggak apa. Paling juga ngaret dia." ucap Cici sembari berjalan keluar kelas
Kami berjalan melewati koridor kelas. Tampak tak sedikit dari penghuninya duduk didepan kelas, sekadar untuk melihat kegiatan ekskul di lapangan. Entah itu di lapangan voli, lapangan tengah, dan lapangan futsal. Tibalah kami di taman dekat lapangan futsal. Kami memilih taman ini karena memang disini kami bisa melihat dengan jelas permainan futsal tanpa terhalang pepohonan.
Ku pandangi semua pemain futsal tak lupa coach-nya juga. Memang benar, sudah tak ada lagi kak Kevin. Ia sudah tidak lagi tampak sebagai pemain maupun pelatih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Retisalya
Roman pour AdolescentsPada akhirnya aku masih dan akan terus jatuh hati pada seseorang yang entah hatinya untuk siapa. -Aeleasha