Makanan yg Arif pesan untuk ku tidak sepenuhnya kuhabiskan, karna aku tidak kuat dengan rasanya yg begitu pedas. Saat itu aku tidak sadar bahwa ternyata Arif memperhatikanku.
"lucu banget sih kurcacii gue"
Suara yg hanya terdengar olehku itu sontak membuatku terdiam dan menatapnya.
"kamu ngeliatin aku ya?"
"iya lucu soalnya, kepedesan gitu ampe merah bibirnya."
"masa sih, jangan2 bibirku dower yaa"
"hahahaha gpp dower lebih sexy"
"ish dasar cowo mesum"
Aku memukul pelan bahunya sambil tertawa bersama, tak ada yg kupirkan saat itu, aku hanya merasa sangat bahagia. Aku merasa begitu dekat dengannya. Tanpa kusadari rasa itu ternyata hadir, diam2 namun menusuk. Saat asyik mengobrol tiba2 teman sekelasnya Arif datang bersama seorang wanita dr kelasku, dan dia ternyata dua orang itu adalah Monik dan Fredy.
"wiiddiihhh ada yg baru jadian nih kayanya."
"iya nih gangguin yuk Fred"
Monik dan Fredy langsung duduk disebelahku dan Arif, ya aki sih tidak masalah hanya saja sedikit terganggu karna dengan begitu Aku dan Arif tidak bisa bercanda seasik tadi.
"kok cuma berdua si Rif? Dugaan gue bener ya lo berdua udh jadian."
Mendengar Fredy bicara begitu, aku yg sedang meminum jus melon rasa nya menjadi tidak karuan. Tapi Arif menanggapi nya dengan santai.
"kepo lo, lo sendiri ngapain berduaan ama si monik, pacaran mulu dasar"
"kalo gue sama monik emang udah jelas berduaan karna pacaran, nah lo berduaan tapi cuma temenan"
Deg.
Jantungku rasanya tiba2 ingin berhenti, seperti orang yg sedang kena serangan jantung, aku langsung diam dan menatap Arif tanpa disadari oleh siapa pun yg ada disekitarku."apaan si lo Fred kata siapa kita cuma temenan, orang kita juga lagi pacaran kok, baru jadian. Iyakan bunda"
Mendengar Arif ngomong gitu, tanpa sengaja aku menyemburkan minumanku ke arah Monik yang tepat berada di sampingku.
"aduh Ana hati2 dong, kok kaget banget gitu dipanggil bunda sama si Arif wkwkwk"
"hah ngga kok biasa aja, gue cuma pengen ketawa aja dipanggil Bunda sama si Arif, padahal kan kita baru jadian."
"emang serius jadian nih Rif?"
"yaiya dong, iyakan bunda, mulai sekarang panggilan kesayangan aku untuk kamu itu bunda oke"
"hah"
Aku hanya diam dan menatapnya dengan wajah bodoh. Tentu saja aku tidak tau apa yg dia katakan itu dalam keadaan sadar atau tidak.
"hahahahah kok pada serius gitu sih nanggepin nya, gue kan cuma bercanda. "
"huh dasar lo tukang baperin anak orang."
"emang, parah banget sih lo kalo si Ana beneran jatuh cinta sama lo, lo mau tanggung jawab?"
"ya mana mungkin lah Ana jatuh cinta sama gue, kan gue temen nya Ana, udah pasti gabakal suka dia sama gue, iya kan Na."
Perkataan Monik membuat senyum di wajahku sedikit memudar, sampai akhirnya benar2 hilang ketika Arif mengatakan bahwa aku tidak mungkin mencintainya hanya karna dia teman dekatku. Saat itu rasanya apapun yg kumakan menjadi hambar, dan mood ku seketika berubah. Tak menunggu waktu lama, aku mengajak Arif pulang, karna sudah hampir menjelang petang juga. Arif menurutiku, lalu kami pamit pada Monik dan Fredy. Aku sempat kesal saat mereka datang dan mengacaukan makan siangku dengan Arif, tapi mengapa aku harus kesal, toh Arif memang hanya Temanku.
"eh gue duluan yaa Mon, Fred."
"buru2 amat sih Rif"
"iya udh sore soalnya"
"yaudah"
"duluan ya"
"oke tiati"
Sambil berjalan ke parkiran aku terus saja diam dengan wajah yang datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA AKU, KAU, DAN RASA
Historia Corta"kurcaciii" Teriakan itu sudah tak asing bagiku. Dia yg membuat segalanya berubah, mulai dari keadaan hingga sampai pada perasaan. "tapi seneng kan tuh" Membuatku ingin lompat dari motornya dan berlari meninggalkan dia. "eh jangan terlalu deket nta...