Saat Eunbi membuka mata keesokan harinya, ia terbangun di sebuah kamar yang jauh lebih luas dan lapang. Gadis itu merenggangkan sedikit tubuhnya seiring cahaya mentari pagi yang menerobos masuk melalui celah-celah jendela. Eunbi pun memutuskan untuk bangun dan berjalan ke arah balkon di luar kamarnya yang berada di lantai dua.
Ia menggeser pintu kaca dan menyambut semarak pagi di luar sana. Deretan pepohonan yang bergoyang ditiup angin musim semi, kicau burung, dan gemericik air dari kolam air mancur di pelataran mansion membawakan euforia yang menenangkan perasaannya.
Gadis itu merentangkan tangannya, mencoba menghirup sebanyak mungkin udara segar untuk memenuhi paru-parunya. Ia pun termenung sejenak. Dirinya dan Jin kini telah resmi menjadi sepasang kekasih. Eunbi masih tak percaya bahwa mimpinya benar-benar menjadi kenyataan; Jin membalas perasaannya.
Untuk pertamakalinya Eunbi memiliki seseorang yang mencintainya tulus tanpa syarat apapun. Namun justru inilah bagian yang paling ia takuti. Gadis itu masih merasa asing dengan perasaan yang baru ini.. dimana ia tidak familiar terhadap apa yang dinamakan dengan kesetiaan, komitmen, dan mungkin.. cinta?
Eunbi tak tahu apa itu cinta.. hingga saat ini, ia tak pernah mengerti apa itu dan bagaimana cara memberikannya pada orang lain. Mungkin karena masa lalunya terlalu pahit dan menyakitkan sehingga cinta.. merupakan suatu kemewahan yang bahkan tak pernah diterimanya dari orang terdekatnya sekalipun.
Tapi, ia tetap yakin pada Jin dan perasaannya. Eunbi mencintai pria itu, begitupun sebaliknya. Tapi, bisakah mereka bertahan selamanya? Dalam lima atau sepuluh tahun mendatang, akankah Jin masih mencintainya?
"Eunbi.." suara rendah Jin serentak mengusir segelintir pemikiran dari kepala Eunbi.
Gadis itu merasakan bagaimana lengan-lengan Jin perlahan melingkari pinggangnya. Jin memeluk Eunbi erat dari belakang, seakan tak mau melewatkan sedetikpun waktunya tanpa merasakan kehangatan gadisnya yang cantik jelita.
"Kupikir kau melarikan diri.." gumam Jin sembari meletakkan dagunya di bahu kecil Eunbi.
Mendengarnya, Eunbi pun terkekeh pelan.
"Kenapa juga aku harus melakukannya?""Aku tak tahu.." jawab Jin seraya menghela nafas. "Mungkin ini terlalu berlebihan untukmu sehingga kau tak bisa menerimanya, atau hal lain mungkin.."
Eunbi menoleh sehingga mereka bertemu tatap.
"Mana mungkin aku melakukan hal seperti itu padamu, oppa. Apakah pengakuanku semalam kurang jelas?"
Jin merengut seraya mengedikkan bahunya.
"Aku tahu terkadang semua ini terasa berlebihan bagi sebagian orang. Kebanyakan dari para wanita tidak mau menjalin hubungan yang serius denganku.."
Jin tertawa kecil, lebih tepatnya mnertawakan dirinya sendiri.
"Aku sudah terbiasa dengan penolakan."
Eunbi agak terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya itu. Terbiasa dengan penolakan? Pria sesempurna dia pernah berkali-kali dicampakkan? Benarkah?
"Apa maksudmu, oppa?"
"Kau tahu, aku tidak terlalu beruntung dalam urusan cinta. Penolakan, perselingkuhan, pengkhianatan. Aku sudah pernah mengalami itu semua.."
Eunbi trenyuh mendengar pengakuan lain yang diam-diam mematahkan hatinya. Gadis itu menatap mata sendu Jin dengan segenap perasaannya, kemudian meraih wajah pria itu, membelai halus kedua pipinya lalu berkata,
"Percayalah aku berbeda dengan para mantanmu yang bodoh itu. Aku tidak sama dengan mereka.."
Eunbi tersenyum menampilkan paras cantiknya yang berseri, mencoba memperbaiki suasana hati kekasihnya yang tampak murung di pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sugardaddy (Jin x Eunbi) [COMPLETED]
FanficKwon Eunbi selalu merasa dirinya seorang pro dalam urusan mendapatkan uang. Mencuri, menipu, bahkan merayu pria-pria berdompet tebal adalah keahliannya. Namun belakangan ini, ia menemukan suatu aplikasi yang menawarkannya peluang lebih besar untuk m...